s e v e n

598 31 3
                                    

(Ps : chapter ini belum edit ya. kalau nemu typo bilang aja)

Oke.. Enjoy!

**

Alfa merasakan beberapa pasang mata tengah menatapnya lekat-lekat selama beberapa saat setelah mengatakan itu. Hawanya kini berubah jauh lebih menenangkan. Alfa menghela napas lega. Sedari tadi, mati-matian dia menahan ketakutannya dan memprioritaskan akal sehat-atau tolol?-nya.

Dia sendiri masih bingung kenapa dia bisa bicara begitu. Namun, di sisi lain dia kagum akan pemikirannya.

Tak melihat tanda-tanda mereka akan bersuara, Alfa mengibaskan tangannya. "Baiklah, begini saja, aku akan menunjukkan hal menguntungkan. Aku akan mengantar kalian ke tempat yang yah, tak banyak sih, sekitar sepuluh orang. Tak ada orang lain. Hanya mereka. Lumayan untuk modal awal. Itu pun kalau kalian mau."

Salah satu preman yang lainnya mengelus janggutnya sedang menimbangkan tawaran tersebut. "Setelah lo ngasih tau tempat itu, terus lo bakal kabur, gitu?" Dia menatap sangsi.

"Ah, kau itu bicara seolah-olah tak percaya padaku. Tenang saja, kami takkan kabur, lagipula kalian sudah membuat janji dengan atasan kalian, bukan?" Athena melotot, dia hampir histeris jika Alfa tak balas menatapnya penuh arti seraya mengangguk yakin. "Kami tak tega untuk mengingkarinya."

Ketiga preman itu menatap penuh minat. Dari sudut mata Alfa, dia melihat ketiganya saling melempar kode. Apa pun kode itu, Alfa tak boleh gagal.

Dengan begitu, Alfa tersenyum. Setengah jalan dia telah berhasil menjalankan rencananya.

"Ayo, cepetan jalan!" bentak Ji yang memegangi tangan Alfa agar tidak kabur. Alfa terus berjalan, memandu mereka ke tempat sebelum dia diculik tadi.

"Masih jauh nggak?" tanya Preman kerempeng yang memegangi Athena. Raut cewek itu memucat, dan terlihat-ah, pokoknya bikin Alfa memanas karena marah.

"Renggangkan tanganmu padanya. Kau membuatnya kesakitan. Dia masih pacarku, ingat? Lagipula, dia takkan kabur setelah aku memperingatinya," kata Alfa. Matanya terfokus pada Athena yang melempar tatapan nyalang padanya.

Laki-laki itu mencibir. Tak urung dia tetap melakukannya. Mereka berhenti di sebuah rumah tua kumuh. Berjarak beberapa meter dari rumah mewah di sebelahnya.

Si Preman berjenggot menatap selidik rumah itu. "Lo yakin ini tempatnya? Nggak meyakinkan seseorang berada di sana."

Alfa berkata dengan suara pelan, "Sangat meyakinkan untuk orang dengan tujuan tertentu-mencoba narkoba misalnya. Tempat ini aman untuk mereka."

"Anak jaman sekarang memang buruk kelakuannya."

Alfa mendengus. "Jangan sok mengomentari orang lain sementara kau juga sama buruknya dengan mereka. Hanya berbeda beberapa segi."

Mereka tak mengindahkan ucapan Alfa. Keduanya melangkah masuk sementara Si Preman berjenggot menjaga Alfa dan Athena.

Dalam diam Alfa tersenyum puas. Sebenarnya, cukup sederhana yang ia rencanakan. Hanya melemparkan petasan-yang semoga saja dapat digunakan-untuk mengalihkan perhatian mereka. Athena yang membidikkan batu dari katapelnya. Setelah itu kabur. Selesai.

Story of AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang