s i x

654 33 2
                                    

Seharusnya, Athena tak usah buru-buru lari menghindari Alfa. Seharusnya, dia memakai baju ganti sesuai saran Novan. Seharusnya, saat jam istirahat, Athena tak usah jajan.

Athena menendang satu botol kaleng yang berada di depan kakinya. Menumpahkan segala kekesalannya sambil merutuki kebodohannya yang berasal dari kata ‘seharusnya’. Hingga membuat dirinya nyasar bersama Alfa dan baju seragamnya yang kotor saat di tengah jalan lewat mobil dengan kecepatan tinggi, mencipratkan genangan air mengenai seragamnya.

Dan sekarang dia haus, pengen yang adem-adem tapi uangnya hanya menyisakan seribu.

“Mau berapa botol lagi yang ingin kautendang? Apa kau tidak lihat kalau kau membuat tempat ini kotor karena ulahmu?” tegur Alfa.

Athena melirik tajam. Tak urung, dia tetap menendang satu botol lagi, kali ini jauh lebih keras. Tepat jatuh mengenai tempat sampah yang berjarak lumayan jauh. Alfa menggeleng, menatap takjub.

“Oh, Man! Selain jago memanah sejauh beberapa meter, kau pandai tendang-menendang juga. Beruntung jika aku memiliki kemampuan itu. Aku tak akan susah payah lagi mengerjakan piket kelas,” kata Alfa.

Selagi berkomentar, Athena terus saja menahan keinginannya untuk menceburkan Alfa di danau tak jauh dari tempatnya. Sudah berkilo-kilo meter cowok itu berkomentar tak penting soal dirinya. Buat kuping pengang saja!

“Diem lo,” sembur Athena. Matanya masih melirik tajam.

Namun, yang dilirik malah tersenyum. “Kau haus, ya? Mau beli minum?”

Athena mendecakkan lidahnya. “Nggak. Udah gue bilang kalo gue masih kenyang!” Sebisa mungkin ia menolak bantuan Alfa. Dia tahu, cowok itu akan menuntut balik balasan setelah menerima bantuannya.

Bukan sok tahu atau berprasangka buruk, tapi, cari aman apa susahnya, sih?

Mereka berbelok, melewati gang yang mengarah pada daerah perumahan. Suasana di sana sepi. Beberapa mobil terparkir di depan rumah. Salah satu hal yang Athena suka dari daerah komplek; banyak tumbuh-tumbuhan hijau tertanam, membuat mata Athena nyaman.

Selang beberapa detik kemudian Athena menepuk dahinya. Dia lupa mengabari Novan! Bagaimana kalau cowok itu tengah menunggu lama? Astaga!! Jadi nggak enak kan! Segera Athena meraih ponselnya. Dia menggigit bibirnya selagi mengetik pesan.

Dan, sent!

“Thena, jangan injak!”

Terlambat.

Athena menunduk, melihat benda putih padat di kakinya. Kemudian dia menoleh ke arah suara gonggongan. Anjing itu kini menatap mereka berdua ganas.

Mati, gue nginjek makanan dia!

Athena mengambil tulang tersebut. Melemparkan tepat di dahan pohon yang berjarak lumayan jauh di belakangnya. Menyangkutkan benda itu dengan asumsi kalau anjing itu akan memprioritaskan tulangnya dan memilih mengejar makanan terbaiknya dibanding mengerjar Athena.

Tentu saja salah. Sekarang ini, Athena sudah berjuang keras agar tetap lari dari kejaran golden retriever ganas di belakangnya. Di sebelahnya, Alfa ikut berlari. Napasnya tersengal-sengal.

Story of AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang