t w e n t y f o u r

378 20 0
                                    

“Lo ke mana aja kemarin? Lo kan udah janji mau nemenin gue!”

“Maaf, kautahu kan aku sibuk menjaga Rean di Rumah Sakit.”

“Yaudah, besok gimana?”

Alfa menggeleng. “Nggak bisa. Maaf. Aku ada latihan bersama Athena, kemudian menjaga Rean.”

Bianca mendecak, menyilangkan kedua tangannya bak putri solo. Dia menatap Alfa sebal. “Kenapa sih, Athena mulu yang ada di otak lo? Apa sih kelebihan cewek itu sampe bikin lo berubah gini? Lo tau, Athena gak lebih dari cewek aneh yang suka tebar pesona sama cowok-cowok.”

Mendengar nama Athena disebut-sebut dengan sebuah penghinaan menyertainya, membuat Alfa jadi kesal. Belum mengerti soal manjanya Bianca yang merepotkan Alfa, kini dia menimpakan masalahnya ke Athena. Lagipula, Athena tidak serendah itu. Alfa menatapnya tajam, baru saja akan menyanggah ucapan Bianca, tiba-tiba Athena datang.

“Kenapa? Sirik amat lo sama gue,” sambar Athena, Bianca melempar tatapan menusuk, mengisyaratkan tak suka. Sedangkan Athena menatapnya menantang.

“Gak bisa permisi dulu, ya?” sindir Bianca. “Orang asing kayak lo itu ganggu kami tau nggak?”

Athena menatap takjub. “Ganggu? Harusnya gue yang ngomong gitu! Ngapain lo goda-goda cowok gue?” Alfa yang mendengar sebutan ‘cowok gue’ kini nyengir. “Manas-manasin pake ngejelek-jelekin gue lagi! Siapa sih lo?”

“Lo itu adik kelas kurang ajar, ya?” kesal Bianca dengan tangan telunjuk yang menunjuk Athena. Kemudian dia sadar kalau dia sudah menjadi bahan tontonan menarik bagi adik kelasnya. Dengan amarah campur aduk, Bianca langsung melengos pergi. Meninggalkan Athena yang sudah tertawa terbahak-bahak.

“Kau keren,” komentar Alfa. “Bagaimana kautahu kalau dia baru saja menjelekkanmu?”

Tawa Athena reda. “Gue denger tadi. Sengaja gak langsung ke sini, pengen tau aja dia ngomong apa aja.” Mereka berjalan bersisian melewati koridor.

“Hubungan kalian sepertinya tidak terlalu baik.”

“Nggak akan pernah baik.”

Alfa mengernyit. “Kenapa?”

Athena mengangkat bahu. “Gak tau. Dia selalu gitu sama gue, bawaannya sinis terus. Waktu itu aja dia keroyokin gue rame-rame sama temennya di toilet. Gila kan?”

Mata Alfa kini terbelalak, dia berhenti berjalan. “Apa?! Kenapa kau tak beritahukan aku dan ada masalah apa sih kalian?”

Athena mengibas-ngibaskan tangannya, tersenyum simpul seolah bukan hal besar. “Iri. Yaudah, sih, biarin, orang gue baik-baik aja kok. Haha, lo tau, kejadian itu adalah kejadian paling memalukan ala Bianca.”

“Maksudnya?”

Athena merangkul pundak Alfa, mengisyaratkan untuk jalan. “Omong-omong, gue gak pernah liat lo interaksi sama orang lain selain Bianca. Mana temen lo?” Alfa mendecak, dia tahu Athena mengalihkan pembicaraan saat dia ingin mengorek informasi lebih soal Athena-Bianca.

Tak urung Alfa menjawab pertanyaan Athena. “Ada. Di kelas,” jawabnya tanpa minat. Athena menoleh seolah melempar kata ‘serius?’ tanpa suara. Alfa tak menanggapi.

Story of AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang