f i f t e e n

408 23 0
                                    

Athena memijat pelipisnya. Kepalanya mendadak seperti berputar-putar. Teringat pembicaraan tadi bersama Liora seakan-akan menamparnya dengan fakta pahit.

“Udah lama gue suka Derry. Banyak yang bilang perasaan suka itu nggak baik buat cuma dipendem. Meskipun gue mikirin kata-kata itu berada di situasi tertentu. Kayak gini. Gue suka sama sahabat gue sendiri. Gue gak bisa gegabah kalau gak mau nantinya Derry malah ngejauhin gue,” kata Liora saat itu.

“Gue tau, tapi sekarang ini—”

“Iya gue paham, Then. Derry lagi ngejar-ngejar Salsya dan makin kecil peluang gue untuk dapetin dia.”

Athena menghembuskan napas panjang. “Begini, gue kenal Derry banget. Terutama pas dia jatuh cinta—dia bakal lakuin apa aja untuk menarik hati cewek yang dia suka. Tapi gue juga peduli lo, Ra. Gue gak mau lo terusan terbebani dengan perasaan lo sendiri.”

Mata Liora berkaca-kaca. “Maksud lo apa?”

“Nggak perlu jadi peramal untuk tau akhir kisah Derry atau elo. Yang perlu lo tau adalah bagaimana lo mengatasi perasaan lo sekarang ini. Please, coba untuk lupain perasaan lo. Anggep Derry gak lebih dari temen. Gue tau emang sakit, tapi gue gak mau kehilangan lo kalau misalnya Derry nolak lo. Dan gue ngerti mendem rasa suka ke orang lain emang berat, belum lagi tiap hari harus ngeliatin dia PDKT sama cewek lain.”

“Jadi,” jeda Liora. “gue harus lupain dia? Itu susah, Then, tapi lo bener. Gue gak pengen egois dan nyakitin diri gue sendiri. Tapi, kalau gue misalnya berhasil ngerebut hati Derry, lo dukung gue kan?”

Bodohnya Athena mengangguk. Munafik memang. Di depan berpura-pura menyetujui padahal di dalam dia menyukai orang yang sama. Bagaimana lagi, hidup ini penuh pengorbanan. Athena sendiri masih tak menyangka Liora menyukai Derry.

Yang artinya, Athena harus mengalah.

Sudah cukup dia selama ini bersikap egois seakan-akan Derry mudah untuk Athena gapai, dan sikap buruk Athena lainnya.

Derry. Bahkan mengingat cowok itu sekarang sudah beda lagi saja membuat Athena sesak. Ia rasa hubungan mereka akan berjalan melihat betapa cocoknya mereka.

“Jadi, apa kaupaham tentang apa yang baru kujelaskan?”

Athena masih diam. Bahkan arah tatapan kosongnya lurus ke depan, bukannya menatap buku.

Alfa lantas menyenggol lengan cewek itu. Reflek Athena menoleh, “Kenapa Der?” katanya cepat. Kemudian segera tersadar dan langsung menutup mulut karena salah bicara. Di depannya, Alfa sudah menatapnya datar. “Alfa gue—”

Masih dengan tatapan itu, Alfa berkata, “Masih kepikiran dia?”

“Alfa sori banget tapi gue gak sengaja ngomong gitu,” ujar Athena.

“Tak apa-apa. Wajar kok,” kata Alfa. Dia menatap Athena dengan raut kecewa. Seolah kurang, tiba-tiba terdengar dering dari ponsel Athena. Layar tersebut menampilkan nama Derry beserta fotonya saat bersama Athena berangkulan. Dan berhasil memperburuk suasana karena setelahnya Alfa membereskan buku-bukunya. “Angkat dulu teleponnya. Jangan merasa tak enak karena ada aku.”

Mata Athena menatap memohon. “Alfa jangan kayak gini please, gue bener-bener reflek tadi!”

“Reflek itu terjadi karena sebelumnya kau memikirkan sesuatu hal dan tiba-tiba saja hal itu akan terucap tanpa sadar.” Alfa bangkit sambil menenteng tasnya. “Sudah dua kali kau tak fokus. Seperti tadi, kaulupa kalau aku menunggumu di perpustakaan seperti katamu—mengganti waktu belajar kemarin.”

Story of AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang