t h i r t y n i n e

345 17 5
                                    

H-7

"Sudah siap?" tanya Alfa. Dia sudah siap dengan sepedanya di depan rumah Athena—omong-omong, Athena sekarang pindah di rumah Ayahnya. Athena sendiri mengangguk lesu dengan mata setengah terpejam. "Jadi atau tidak? Cuci mukamu dulu sana!"

"Udah."

"Lalu kenapa matamu setengah tertutup begitu?"

"Ya salahin elo yang ngajak subuh-subuh."

"Kau tidak sholat?"

"Udah. Biasanya sehabis sholat gue langsung tidur."

"Pantas saja. Itu berarti dirimu sendiri yang salah."

"Ya salahin mata guelah yang gak mau kebuka."

"Baiklah. Kalau begitu-"

Mata Athena kini terbuka sempurna. Dia menatap galak. "Apa? Mau batalin? Elo yang udah buat gue gak bisa tidur sekarang mau batalin gitu aja? Nggak bisa!" Dia langsung menaiki bagian depan sepeda Alfa. "Yuk, berangkat."

Alfa memicingkan matanya. "Yakin?" katanya yang dibalas pendelikkan mata oleh Athena seolah mengatakan "menurut lo?". Sesuai kesepakatan yang dibuat Alfa, selama seminggu ke depan, dia akan mengajak Athena bersenang-senang. Dan di hari pertama, Alfa mengajak Athena bersepeda keliling Jakarta. Iya, Jakarta. Bukan keliling komplek lagi.

Alfa mengayuh sepedanya pelan. Athena menikmati semilir angin pagi yang berhembus menerpa wajahnya. Rasa kantuk yang dari tadi ditahannya kini menghilang setelah puluhan kilometer. Mereka melewati jalan beraspal sepi yang sedikit menurun, di kanan-kiri, terdapat pepohonan dan rerumputan rindang membuat udara semakin sejuk. Kurang puas, Athena menyuruh Alfa mengayuh lebih kencang.

Alfa pun menurutinya. Dengan cengiran di wajah, dia mengayuh sepedanya makin kencang. Athena berteriak. Namun kesenangan itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba saja tangan Alfa tergelincir, membelokkan setir hingga arah sepeda berbelok ke kiri. Masih dengan kecepatan kencang, Athena yang menyadari ini di luar kendali kini memekik. "Alfa kenapa, nih?! Sepeda lo kenapa woy?! Rem cepetan!!"

"Nggak bisa, Then!" sahut Alfa, ikut panik juga.

"KOK BISA?!" semprot Athena. "Gue belum mau mati!"

"Siapa yang mau mati, sih?!"

"ALFA AWAAS!!"

BRAKK!!

Terlambat. Sepeda yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon besar hingga oleng dan Athena serta Alfa terpental. Athena terjatuh sambil memegangi sikunya sementara Alfa jatuh dengan posisi telungkup. Dengan pantat yang terasa sakit, dan dengkul cenat-cenut Alfa menghampiri Athena, melempar cengiran bersalah padanya yang dibalas tatapan judes oleh cewek itu.

"Tanggungjawab lo. Liat, lecet kan!" sembur Athena.

"Iya," Alfa menarik tangan Athena, memeriksanya. Kemudian mengembalikan lagi. "Nanti saja beli plester. Omong-omong, tadi itu menyenangkan. Kau keren dengan muka dan rambut berantakan begitu."

"Keren banget."

Atmosfer tidak lagi dingin, melainkan menghangat. Semburat oranye berpendar di langit. Athena dan Alfa mendongak. Matahari mulai terbit. Jadilah sisa waktu itu mereka habiskan untuk menonton matahari terbit.

Story of AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang