f o u r t y t w o

489 24 0
                                    

Lima tahun kemudian.

"INDONESIA! INDONESIA! INDONESIA!"

Gemuruh suara teriakan penonton di tribune saling bersahutan meneriakkan nama negara kebanggaan mereka. Gadis berkucir kuda dan berseragam putih-putih itu berjalan menuju lapangan, menatap mereka sambil tersenyum, serta menanamkan keteguhan dalam hati. Pandangannya tertuju pada satu sosok laki-laki terpentingnya, yang mendukung serta melatihnya sampai sejauh dia berdiri di sini.

Athena balas tersenyum sambil mengangguk pada Ayahnya di pinggir lapangan yang mengepalkan tangannya ke atas, memberi semangat padanya. Juga Hilla yang menggendong Nico yang berumur empat tahun, Bianca, dan Disa. Athena mendongak, menatap langit cerah seraya mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Mengumpulkan keyakinan yang selama ini ada dirinya.

Ia memasang anak panahnya. Lalu mengangkat busurnya setinggi bahu. Suara penonton yang sekarang meneriakkan namanya kini terdengar makin keras, mengobarkan semangat Athena. Mereka sudah jauh-jauh datang dari Indonesia ke Jerman untuk menyaksikan dirinya kompetisi mewakili asal negaranya. Dan Athena takkan mengecewakan mereka.

Athena menyesuaikan jarak target serta arah angin sebelum menarik tali busur hingga menyentuh dagu. Setelah menjangkarkan lengan penarik, dan menahan posisinya, dia menyipitkan mata, berusaha fokus mengarahkan pembidiknya pada target sasaran. Ia menarik napas, dengan jantung berdegup, ia mencoba rileks sambil melepas anak panahnya.

Dan Athena melakukannya beberapa kali.

Jangka waktu beberapa detik, suasana berubah tegang. Athena menahan napas saat selanjutnya suara penonton pendukungnya bersorak senang menyentakkan dirinya yang awalnya bergeming mengikuti arah bidikkannya. Athena tersenyum lebar, dia berhasil mengenai sasaran tiga kali tanpa mengenai sisi yang sebelumnya dibidikkan!

Sambil menunggu keputusan juri, Athena menghampiri Andra yang menyambutnya dengan merentangkan tangan padanya. Dia memeluk Ayahnya erat-erat.

"Nah, udah dibilang, kan, kamu itu hebat. Kamu bisa jadi lebih baik dari sebelumnya. Ayah percaya itu," kata Andra setelah melepas pelukannya. Athena mengangguk. Setahun lalu, dia sempat gagal mengikuti ajang SEA GAMES yang diadakan di Singapura. Padahal sudah jauh hari Athena mempersiapkan segalanya agar dia berhasil. Tak hanya itu, sebelumnya, Athena berkali-kali gagal mengikuti kompetisi panahan lainnya.

Hingga dia merasa, dia sulit menggapai cita-citanya. Dan hampir saja dia mendeklarasikan kalau dia telah gagal menjadi atlet panahan.

Bianca tersenyum seraya merangkul Athena, disusul Hilla, Nico, dan Disa.

"Astaga, lo keren banget tadii!" seru Bianca.

"Namanya usaha nggak akan menghianati hasil, Then. Kami semua yakin banget kalau kamu berhasil nantinya," kata Hilla, menepuk pundak Athena.

Di sebelah Bianca, Nico dan Disa yang sekarang ini berusia enam belas tahun berjoget ria. Sambil menyahutkan jargon mereka. "Kak Thena keren! Kak Thena kece! Kak Thena jagoan!"

Athena sendiri tertawa saat mendengarnya. Dia menatap mereka terkesima. Bahkan dia baru dengar jargon itu sekarang. Athena menatap keluarganya satu per satu. Di mulai dari Ayahnya, meskipun jadwal kerjanya padat, beliau teguh pada ucapannya untuk memberi dukungan penuh pada Athena. Menyisihkan waktunya melatih Athena sampai sekarang ini. Lalu Ibunya, yang berlaku sangat ramah, selalu menyemangatinya kala Athena merasa down.

Story of AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang