t h i r t y f o u r

333 18 5
                                    

Jantung Athena berhenti berdetak. Setelah Derry mengatakan itu dengan raut kesedihan serta keseriusan di wajahnya, Athena yakin Neneknya benar-benar tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Di sinilah Athena berada. Di depannya, berdirilah Alfa yang menatapnya dengan mata dan hidung memerah. Perasaan Athena makin campur aduk. Langsung saja Athena merangsek mendekati cowok itu.

“Nenek kenapa, Alf? Kenapa bisa masuk Rumah Sakit?” cecarnya. Air mata mulai menggenang di pelupuk mata. Memang, di perjalanan tadi Derry tak menjelaskan apa-apa karena suasananya kalut.

Air mata Alfa tumpah perlahan, dia mencoba untuk tersenyum kecil. “Athena yang sabar, ya? Masih ada kami yang selalu ada untukmu.”

Athena tersentak. “Maksud lo apa? Mana Nenek gue?!” Dia mencengkram kerah Alfa. Langsung Derry dan Ian meraih Athena dan menjauhkan dari Alfa.

“Lo kalau ngomong yang jelas! Kasih tahu yang sebenarnya!” bentak Derry. Alfa mengusap hidungnya.

“Nenek meninggal.” Kontan semua orang terkejut. Sedangkan Athena sendiri sudah terduduk lemas dengan keadaan seolah tak bernyawa. Dia menatap hampa pintu kamar Neneknya itu. Alfa ikutan duduk di depan Athena. “Aku mendapat kabar dari suster Rumah Sakit lewat teleponmu yang memberitahu Nenek kecelakaan dalam perjalanan ke tempat pertandingan. Tadinya aku ingin memberitahukanmu keadaan Nenek yang membaik setelah operasi. Tapi Nenek mencegah karena mengganggu pertandinganmu,

“Kautahu, Nenek sudah melihat pertandinganmu lewat video call. Beliau bangga. Saat kau mengambil pialamu, tiba-tiba mata Nenek sudah terpejam. Dokter lalu memeriksanya, dan berkata Nenekmu sudah tiada. Sebelum itu, Nenek berpesan padamu; jangan sedih Athena. Kehidupanmu masih panjang. Kaupunya masa depan. Apa pun yang terjadi kau jangan melihat masa lalu lagi. Nenek sangat menyayangimu.”

Sama halnya dengan Athena dan Alfa. Air mata Derry, Ian, Rena, dan Liora tumpah. Mereka terduduk di dekat Athena. Memeluknya erat. Pelukan itu tak berlangsung lama karena setelahnya Athena menyentak mereka. Dia berlari menuju kamar Nenek dengan tangan yang menggenggam erat piala.

Athena semakin lemas melihat sekujur tubuh Nenek diselimuti kain putih hingga menutupi wajahnya. Langsung ia membukanya. Senyuman lemah Nenek yang menyiratkan kedamaian dalam tidur panjangnya menjadi hal pertama yang Athena lihat.

“Nenek! Bangun, Nek! Lihat, Athena bawa kabar baik buat Nenek. Athena menang, Nek! Ayo buka matanya, Nek, cucu Nenek hebat loh, Athena sudah janji kan mau persembahkan kemenangan ini untuk Nenek?” Athena memegangkan pialanya di tangan Nenek yang rapuh. “Nenek juga sudah janji kan mau lihat kemenangan Thena?”

Athena mengguncang bahu Nenek yang tidak bereaksi sama sekali. Tangisnya semakin menjadi. “Nenek tolong bangun, Nek, jangan tinggalin Athena. Nanti Athena mau tinggal sama siapa? Athena nggak mau makan, tidur, bersih-bersih, nonton tivi sendirian! Athena butuh Nenek. Ayo, Nek, Athena nanti kangen masakan Nenek, kangen bercanda bareng pas masak sama Nenek. Kangen semuanya sama Nenek. Jangan diam kayak gini. Athena janji bakalan jadi cucu yang baik dan paling bisa diandalkan.”

“NENEEEK AYO BANGUUN!!” raung Athena. Alfa langsung masuk dan menahan tubuh Athena. Dia memeluk cewek itu erat-erat. Athena nyaris seperti orang kesetanan, dia mencengkeram kerah Alfa. “ELO JUGA! KATANYA SAYANG GUE! KENAPA LO MALAH NGEBIARIN NENEK GUE MENINGGAL SEMENTARA LO TAHU SENDIRI NENEK ADALAH ORANG YANG PALING GUE SAYANGI?! LO JAHAT ALF!”

Story of AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang