s i x t e e n

408 27 0
                                    

“Ada yang ingin ditanyakan soal materi yang saya sampaikan?”

Seisi kelas dengan kompak menggeleng dan berkata tidak. Pak Aryo tersenyum, kemudian mengangguk. “Baiklah, saya kira cukup. Sampai jumpa minggu yang akan datang. Assalamualaikum.”

Wa'alaikumsalam.”

Seperginya Pak Aryo, Athena sudah siap ingin ke toilet sebelum meluncur ke kantin. Namun langkah Athena terhenti saat Derry tiba-tiba mencegatnya di pintu.

Dia menatap sangsi. “Kenapa telepon gue lo matiin?”

Ternyata soal kemarin. Tentu saja hati Athena masih sakit saat mengingatnya. Tapi dia sudah bertekad untuk menganggap hal itu sebagai masa lalu. Bah, mempertahankan Derry semakin membuat keadaan Athena menyedihkan saja.

“Oh, itu, gak tau, Nenek tiba-tiba aja manggil. Otomatis gue matiin,” kilah Athena.

Bukannya percaya, Derry malah menatapnya curiga. “Kenapa sebelumnya gue gak denger? Abis itu kenapa juga lo gak bilang dulu?”

Athena mendecakkan lidahnya. Dia menarik ujung poni Derry, yang merupakan kebiasaannya, hingga kepala cowok itu berangsur ke depan. “Lo itu kenapa cerewet banget sih? Kayak sebulan gak ketemu gue aja!”

Derry lantas nyengir. “Lo kan tau gue lagi seneng, Then.” Dia menarik hidung Athena yang juga merupakan kebiasaannya.

“Aw! Sakit oy! Gue tadi nggak sekeras elo kali!” protes Athena. Yang dibalas juluran lidah oleh Derry.

“Yaudah sih, itung-itung terapi biar lebih mancung. Sekalian gue kan jarang banget tuh cubit hidung lo.”

Athena memutar bola mata. “Terserah.”

“Eh tunggu, tapi kenapa lo gak telepon balik?” tanya Derry lagi.

“Gak ada pulsa.”

“Ck, kere amat sih lo.”

“Ya elo sebagai orang kaya beliin kek,” balas Athena. Dia menyingkirkan Derry dengan tangannya. “Udah ah, gue mau ke toilet juga!”

Kebetulan saat Athena berbelok, ia melihat Arden berjalan menghampirinya. Dia tersenyum, menampakkan lesung pipinya.

“Hai,” sapanya. Athena balas senyum, dan mengangguk. “Gimana? Suka sama lagu yang kemarin?”

Athena mengangguk. “Suka banget! Lo tau, ampe gue jadiin ringtone.”

“Wah, seneng deh kalau gitu. Omong-omong itu memang lagu kesukaanku. Boleh deh, lain kali kalau nemu yang bagus aku kirimin lagi ke kamu,” kata Arden yang lantas membuat cengiran Athena lebar.

“Gue tunggu ya,” ujar Athena. Dia lalu teringat pada tujuannya. Dia mohon pamit pada Arden yang mengangguk mengiyakan sebelum berjalan ke toilet.

[]

Athena baru akan mencuci tangan di wastafel selesai buang air kecil saat Bianca tiba-tiba masuk bersama dua temannya, ikut mencuci tangannya di sebelah Athena.

Bianca menatap sinis Athena seraya menyilangkan tangannya. Dagunya dia angkat tinggi-tinggi sementara tatapannya menelusuri tubuh Athena seperti menyelidik. Athena yang tidak tahan kini menatap Bianca balik.

Story of AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang