f o u r t y o n e

332 17 0
                                    

H-3

Athena baru selesai mandi dan sudah menggunakan baju. Dengan cengiran lebar menghiasi bibirnya, dia keluar kamar menuju ruang tamu. Lalu menghempaskan pantatnya ke sofa. Dahi Athena mengerut melihat Bianca dan Disa turun dengan pakaian serba rapi.

“Kalian mau kemana?”

Bianca memakai sepatunya. Disusul oleh Disa di sebelahnya. Bianca melirik Athena sekilas. “Mal. Belanja buat dibawa ke Jerman.”

“Loh, sekarang? Masih tiga hari lagi, kan?”

Bianca menghembuskan napas. “Ya gue takutnya besok nggak sempat,” katanya. “Lo mau ikut nggak?” tawarnya yang langsung dijawab gelengan.

“Tapi nitip snack boleh?”

“Berapa?”

“Sebanyak-banyaknya.”

Bianca melotot. “Demi apa lo? Gila, aja lo beli segitu banyaknya! Gak ada duit!” semprotnya. Athena tertawa. Dia mengibaskan tangannya.

“Nggak. Gue bercanda. Terserah deh berapa.”

Bianca mengangguk. Dia menyikut Disa yang cengar-cengir dengan ponselnya, membuatnya tersentak. Mereka pun bergegas berangkat. Athena mengangkat bahu. Menyandarkan punggungnya di sandaran sofa sambil menunggu Alfa datang menjemputnya. Sambil nonton televisi, Athena tidak sadar kalau waktu menunjukkan angka dua belas siang. Ia berdecak. Ke mana Alfa?

Karena Athena pikir Alfa akan datang sore hari atau petang hari, dia memutuskan untuk mematikan televisinya dan membantu Hilla kala melihat mama tirinya itu menyiapkan segala sayuran di dapur.

[]

H-2

“Mukanya kenapa ditekuk terus, Neng?” goda Bianca saat melewati ruang tamu menuju dapur, mengambil camilan di kulkas.

Athena kontan melayangkan tatapan tajamnya. “Gak usah tanya! Gak lihat gue lagi duduk?” sahutnya pedas.

Bianca tertawa sambil berjalan kembali ke ruang tamu, mengambil duduk di sofa depan Athena. Kali ini Bianca paham penyebab Athena marah. Ia juga sudah paham memang sebelumnya Alfa rajin ke rumahnya akhir-akhir ini. Dan penyebabnya adalah karena kemarin Alfa tidak datang, padahal Athena sudah menunggu seharian. Hal itu membuat mood Athena sekarang ini dalam mode senggol bacok seperti tadi.

Berkali-kali mata Bianca menangkap Athena yang menghela napas panjang, lalu melirik jam dan melotot seketika. Tatapannya seolah sedang berpikir tentang pelajaran apa yang harus ia berikan pada Alfa saat cowok itu datang nanti. Bianca terkekeh kecil. Kalau boleh jujur, dia masih tidak menyangka teman masa kecilnya, Alfa, itu sudah memiliki pacar.

Alfa selalu menghabiskan waktunya untuk membaca buku. Dia jarang sekali berinteraksi dengan perempuan kalau tidak ada perlunya. Sifatnya juga antisosial. Lama Bianca ingin bertanya tentang bagaimana gaya pacaran ala dia. Namun ia urungkan karena pacarnya sedang marah karena ulahnya. Sebenarnya Bianca juga heran akan kesibukan apa Alfa lakukan sehingga ia tidak datang. Meskipun begitu Bianca akui mereka lucu.

Athena yang seperti ini. Dan Alfa yang seperti itu.

Tak tahan Bianca mengambil ponsel Athena yang tergeletak di meja. “Gue pinjem sebentar.” Dia merasakan tatapan Athena menghujaninya. Namun Bianca tak mengindahkan. Setelah pekerjaannya selesai, dia tersenyum puas. Tak lupa ia menghapus hasil karyanya di sana sebelum menyerahkan kembali ponsel Athena.

Story of AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang