FAJAR TELAH MENYINGSING, membuat burung-burung berkicauan, penanda jika pagi telah tiba.
Di dalam ruang kerjanya, laki-laki itu tersenyum puas. Ia menatap sebuah kertas di atas mejanya dengan sumringah. Salah satu jarinya ia ketuk-ketukkan di meja sementara sebelah kakinya ia letakkan di atas kakinya yang lain. Laki-laki itu duduk begitu nyamannya di kursi kebesarannya, memikirkan tujuannya yang sudah di depan mata, hanya sedikit langkah lagi terselesaikan.
Wajah tampannya mendongak saat mendengar suara ketukan pintu.
"Masuk."
Dari balik pintu, muncullah Derrick, seorang Beta yang sebenarnya memiliki umur lebih tua dari dirinya. Tentu saja karena pada awalnya, jabatan Alpha bukanlah untuk dirinya.
"Alpha." Derrick merendahkan sedikit tubuhnya, memberi hormat. "Saya telah menyelesaikan tugas yang anda berikan. Semua undangan telah kusebarkan pagi ini juga."
Sang Alpha mengangguk. "Kau menyebarkan undangan sebanyak itu sendirian?"
"Tidak, aku membawa Ethan dan Finnick bersamaku," jawab Derrick menyebutkan Gamma dan Delta di pack ini, Dark Moon Pack.
"Kau tahu?" sang Alpha memulai, "aku berhasil mendapatkannya semalam."
Derrick mengernyit. Namun lama-kelamaan, ia paham apa yang dimaksud sang Alpha. "Kau melakukan tahap terakhir itu?" tanya Derrick-menggunakan bahasa santai mengikuti alur pembicaraan sang Alpha yang tidak lagi berkaitan dengan masalah pack.
"Ya."
"Bagaimana bisa, Carius?" Derrick bertanya.
Alpha Carius hanya tersenyum miring. "Tentu saja itu adalah hal yang mudah. Aku yakin jika saat ini, jalang itu sedang menangis histeris di dalam ruangannya."
Derrick terdiam, tak bisa memberikan respon yang sesuai. Kemudian, Beta dari Dark Moon itu teringat satu hal. "Semua undangan itu, kau ingin memperkenalkannya, bukan?"
Carius mengangguk. "Lebih tepatnya, mempermalukannya. Kasarnya, aku ingin menghancurkannya, tukasnya. Ada apa? Kau melarangku? Jangan sampai aku mencium aroma menilai di ruangan ini, Derrick."
'Sudah sepatutnya Derrick melarangmu. Kau seorang Alpha, tapi tindak-tandukmu lebih buruk dari seorang rogue.'
Sebuah suara, yang amat familiar bagi Carius menyahut tidak sopan. Membuat laki-laki itu menggeram di dalam sana, seakan menyiratkan kepada Ray yang merupakan jiwa serigalanya agar tidak ikut campur
"Tentu saja tidak." Derrick menggeleng. "Itu semua hakmu. Aku bertanya karena aku ingin memastikan, apakah gadis itu tidak kau persiapkan terlebih dahulu?"
Carius mengernyit. "Mempersiapkan? Apa maksudmu?"
Derrick menghela napas. "Kau ingin memperkenalkan dia pada seluruh dunia, lalu kau memilih gadis itu tampil dengan banyak bekas luka? Kemudian ditambah dengan wajah pucatnya? Kantung matanya yang tak berbeda jauh dengan panda? Kau ingin seluruh dunia mengecam dirimu sebagai Alpha tak biadab?"
"Baiklah, baiklah" , ujar Carius. "Pergilah kau ke tempat Kaitlyn. Bawa sebuah gaun lengkap dengan pelengkapnya, pastikan benda-benda itu akan membuat gadis itu tampak seperti ratu. Aku yakin Kaitlyn tahu apa yang kusukai. Berapapun harganya, masukkan ke dalam tagihan pribadiku."
"Baik, Alpha," ucap Derrick. Laki-laki itu kembali merendahkan tubuhnya, melakukan hal sama seperti yang ia lakukan saat pertama kali bertemu sang Alpha.
Derrick berbalik badan, tetapi sebelum ia keluar dari ruangan, Carius kembali menambahkan perintahnya.
"Panggilkan Helena untukku. Perintah dia untuk menemuiku di ruangan ini."
Derrick mengangguk dan tak lama kemudian pergi meninggalkan ruang kerja Carius.
Sepeninggal sang Beta, Carius termenung, larut pada pikirannya sendiri. Ia sudah menandai gadis itu-yang berarti sekuat apapun Elra berlari (seandainya dia melarikan diri), gadis itu akan merasakan panas yang melingkupi bagian lehernya kecuali Cariuslah yang memutuskan ikatan mate mereka-jika ia melakukan hal itu pun Elralah yang akan mengalami rasa sakit kembali.
Ia juga telah melakukan penyatuan dengan gadis tawanannya, tapi kenapa ia tidak bisa merasakan walau sedikit emosi gadis itu?
Ini aneh, pikirnya.
'Bukan hal yang aneh,' sahut Ray. 'Hal semacam ini bisa saja terjadi jika gadis itu memblokirmu dalam pikiran dan hatinya. Maka dari itu kau tak bisa merasakan emosinya meski sudah melakukan penyatuan dan memberi kepemilikan.'
'Blokir?' Carius menggeram.
Jadi gadis itu sudah seberani ini? Memangnya siapa gadis itu dibandingkan dirinya? Jelas-jelas, gadis itu memiliki derajat yang lebih rendah darinya. Carius merasa memang seharusnya dari dulu ia dilenyapkan.
Suara ketukan pintu membuat atensi Carius tersadarkan. Ia menatap ke arah pintu dan menemukan Helena yang mengintip dari sana.
"Bolehkah aku masuk?"
Carius mengangguk. Ia menggerakkan dagunya, menyuruh Helena untuk duduk di salah satu kursi di hadapannya.
"Ada apa kau memanggilku?" tanya Helena tanpa menggunakan kesopanan yang baginya tidak berarti. Lagipula, ia sadar diri jika dirinya selalu dibutuhkan oleh sang Alpha, maka ia bisa memastikan kalau laki-laki itu tidak akan pernah mengusirnya.
"Setelah kau keluar dari ruangan ini, aku meminta kau untuk pergi ke ruangan Elra. Buka semua borgol dan rantainya. Ia tidak akan kabur karena aku yakin kedua kakinya tidak akan sekuat itu. Bawa sebuah selimut untuk menutupi tubuhnya dan panggilkan seorang warrior untuk membawanya ke salah satu kamar utama.
"Aku menugaskanmu untuk membuatnya menjadi secantik boneka. Beri dia riasan, aksesoris, sepatu, bahkan gaun terbaik. Untuk tiga poin terakhir, Derrick sedang dalam perjalanan untuk membelinya. Biarkan dia menerima semua fasilitas terbaik yang bisa diberikan para pelayan," jelas Carius panjang lebar. "Kau mengerti, Helena?"
"Ya," jawab Helena. "Apakah ini untuk acara nanti malam?"
Carius mengangguk. "Ah, satu lagi. Aku tidak ingin ada satu bekas luka yang terlihat. Jika bekas lukanya ada di bagian yang tidak tertutupi gaun, terserah padamu. Gunakan otak pintarmu dalam hal itu."
"Baik." Hanya itu jawaban yang bisa Helena berikan.
"Kau bisa meninggalkan tempat," tukas Carius. Helena mengangguk. Segera, wanita itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Beberapa detik setelahnya, tubuhnya hilang dari balik pintu disusul suara pintu yang tertutup.
Carius memutar kursi kebesarannya. Ia melirik sebuah figura berisikan foto sebuah keluarga. Itu adalah foto kedua orangtuanya, dirinya, dan kakaknya. Ia tersenyum miring. Ibu jarinya mengusap permukaan figura itu.
Sebentar lagi, aku selesai membalaskan dendam kalian.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Chain Love
Werewolf[completed] Rasa sakit adalah separuh jiwanya. Selama 17 tahun hidupnya disiksa dan dirantai oleh seseorang yang ternyata adalah matenya sendiri tak lantas membuat ia membenci matenya. Hingga rantai yang membelit terlepas, bahagia menyelimutinya. Me...