[4]

42.8K 3.7K 26
                                    

TRAGEDI MENGERIKAN ITU MEMANG sudah berakhir sejak belasan jam yang lalu, tetapi tak sedetik pun kedua mata Elra dapat memejamkan mata. Walau ia sangat ingin mengistirahatkan tubuh dan pikirannya dari semua hal yang menimpanya.

Elra mengeluh berkali-kali dalam hatinya kenapa kali ini tubuhnya tak bisa mengikuti kehendaknya. Akankah ini semua karena trauma?

Sebagai akibat dari dirinya yang tak bisa membiarkan kantuk ataupun lelah membuat tubuhnya tumbang, semua memori-memori buruknya kembali.

Dan apa yang terjadi kemarin, adalah salah satu yang terburuk dari semua peristiwa buruk di hidupnya. Tidak dapat dihindari sebab Elra sendiri tidak dapat mengenyahkan semua kenangan mengerikan itu dari kepalanya-yang berputar tanpa kendalinya bak piringan hitam namun tanpa henti.

Tak dipungkiri, berkali-kali air mata Elra menetes. Menganak sungai menuruni pipinya, membasahi wajahnya, dan setelah itu tangisannya berhenti dengan sendirinya.

Meski selanjutnya, lagi-lagi semuanya terulang kembali. Ditambah dengan rasa sesak, nyeri, dan sakit yang selalu menghempas dadanya. Membuatnya kesulitan bernapas seolah-olah paru-parunya dilarang menerima oksigen yang ia hirup.

Elra menggerakkan lehernya yang kaku. Kemudian turut menggerakkan anggota tubuhnya yang lain, dan merasa aneh saat tak lagi rasa pegal dan perih ia rasakan. Tubuhnya justru terasa bugar alih-alih remuk.

Memberanikan dirinya, ia menunduk. Alangkah terkejutnya Elra tatkala melihat tak ada lagi kulit dengan pigmen kecokelatan yang membungkus tubuhnya. Hilang, tanpa jejak secara misterius. Sebab yang ia dapati sekarang adalah warna putih pucatlah yang menjadi pigmen kulitnya. Begitu pucat, tetapi tidak seperti orang yang sudah mati. Mungkin pucatnya menyerupai makhluk abadi lainnya yakni vampir.

Sehelai rambutnya jatuh ke bawah saat ia menunduk. Lagi-lagi Elra seperti terkena serangan jantung mendadak. Bukan hanya kulit kecokelatannya yang berubah, tetapi rambutnya pun tak lagi berwarna segelap yang ia ingat.

Warna putih adalah yang ia lihat dari helai rambutnya yang jatuh. Elra menggerak-gerakkan kepalanya beberapa kali. Membuat helai-helai lainnya agar jatuh ke depan. Benar saja, rambutnya sekarang menjadi putih.

Ada apa dengan semua ini? pikir Elra. Kenapa warna putih mendominasi tubuhnya?

Elra memicing, membuat penglihatannya yang akhir-akhir ini buram menjadi lebih fokus. Ia baru menyadari, bersamaan dengan tubuhnya yang seakan mengalami transformasi barunya, semua luka-lukanya hilang. Seluruh permukaan kulitnya menjadi begitu bersih, bahkan bekas-bekas luka yang sejak bertahun-tahun yang lalu tak juga hilang, kini lenyap tak bersisa.

Elra mencoba menggerakkan salah satu lengannya. Susah payah, ia menarik lengannya dan mendekatkannya pada salah satu pipinya.

Astaga, batin Elra. Ia tidak bisa memercayai apa yang baru ia rasakan. Bahkan kulitnya terasa sehalus kulit bayi!

Ratusan pertanyaan menyeruak ke dalam benaknya. Tetapi, sekuat dan sekeras apapun Elra memaksa otaknya untuk bekerja, ia tetap tidak bisa menemukan apa yang menjadi alasannya.

'Mare?' Elra mencoba memanggil jiwa serigalanya. 'Mare?'

Tidak ada jawaban.

Elra menghela napas. Ia sedikit banyak paham kenapa Mare tidak mau menjawab panggilannya. Jelas itu karena apa yang menimpa mereka kemarin. Dan ia sendiri juga merasa sangat bersalah. Bukankah jika saja bukan dirinya yang menjadi tubuh manusia Mare, jiwa serigalanya itu tak akan mendapat siksaan seperti ini? Mare pasti akan hidup bahagia dan tenang, bukannya dipenuhi rasa sakit dan isak tangis.

Chain LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang