[25]

20.8K 1.8K 108
                                    

SUASANA KASTIL Raziel terlihat sangat sibuk.

Waktu yang ia punya tersisa dua hari. Dan dalam dua hari itu, Raziel harus memastikan semuanya siap. Tak ada yang boleh terlupakan.

"Kau terlalu memaksakan diri," tegur Raziel setelah melihat Jack beberapa kali melintas dengan para prajurit yang mengikutinya dari belakang.

Jack memberi Raziel sebuah gelengan. "Semuanya harus siap besok. Selain itu, Marlyn kuberi perintah untuk memerhatikan perkembangan para prajurit. Jadi, kita masih ada waktu satu hari untuk mempersiapkan diri."

"Bagaimana dengan perbekalan?"

"Tidak ada masalah."

"Obat-obatan?"

"Tersedia."

"Senjata?"

"Sudah disiapkan."

Raziel mengangguk-anggukkan kepala mendengarnya. "Ah, jangan lupa para wanita dan anak-anak baik di dalam kastil maupun di desa, sembunyikan di tempat rahasia kita. Selamatkan mereka semua. Kumpulkan semua pemuda. Kau pasti mengerti kalau musuh kita bukanlah makhluk lemah."

"Ya. Semua sudah kupersiapkan sebaik mungkin. Oleh karena itu, kau harus mendapatkan kembali Elra. Kau anggap saja kalau apa yang terjadi kemarin hanyalah pemanasan. Pertempuran yang sesungguhnya baru akan datang."

Raziel memperhatikan seluruh petarung yang dimiliki kerajaannya. Mereka semua  berlatih, beberapa ada yang beristirahat, dan sisanya menyiapkan keperluan timnya. Raziel memang membagi legiun pasukannya menjadi beberapa bagian karena hal tersebut akan memudahkannya ketika membahas strategi apa yang harus mereka gunakan.

"Bagaimana dengan keadaanmu?" tanya Raziel.

Jack menepuk bahu Raziel. "Aku baik-baik saja. Penyihir sialan itu tidak akan berhasil untuk melenyapkanku semudah itu, Kawan."

Yah, Raziel pun sebenarnya yakin akan hal itu. Sekalipun apa yang Wayline lakukan kemarin sukses membuat Jack kehilangan tenaganya selama satu hari penuh, ia tahu bahwa seorang peracik obat-obatan tak akan mudah tumbang. Lihat sekarang, pria ini bahkan sudah mengatur ribuan prajurit.

"Bagaimana dengan Meredith?"

Pertanyaan yang Jack lontarkan membuat Raziel bergeming. Ia ingin mencari penyihir putih itu--karena keberadaan Meredith satu dari sedikit solusi yang mereka punya saat ini.

Sementara itu, waktu yang mereka miliki bahkan kian menipis. Melakukan pencarian terhadap penyihir putih tidaklah mudah.

"Sejauh yang kuamati, persiapanmu bagus sekali, Nak."

Raziel sedikit terkejut saat mendengarnya. Tepat ketika ia berbalik, sepasang lengan langsung merangkul lehernya.

"Ibu," sapa Raziel seraya membalas pelukan sang Ibu. Begitu rangkulan itu terlepas, Raziel langsung bertanya, "Kalian kemari? Secepat ini?"

Sang Ayah mengangguk. "Kami kembali ke sini secepatnya, Rai. Pasukan kerajaan mungkin tiba petang ini. Ada beberapa kendala yang harus diselesaikan."

"Sekalipun aku sudah mengetahuinya sejak lama, aku masih tidak menyangka Ayah akan membantuku."

"Kau anakku dan Elra adalah anakku juga setelah kau mencintainya. Bukan begitu?" balas Raja Razor.

Raziel tidak memberikan respon apapun tetapi Ratu Jeanine terkikik karena sikap putranya yang terlihat salah tingkah.

Chain LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang