[6]

42.7K 4K 188
                                    

DI TENGAH-TENGAH RUANGAN megah itu, tak lagi terdengar suara raungan pilu dari seorang gadis bernasib menyedihkan. Tak ada lagi teriakan kesakitan yang menggema dan hilang sudah tangisan menyayat hati yang ia perlihatkan.

Gadis itu belum pergi, ia masih berada di sana. Dikelilingi para tamu undangan dan diberi tatapan iba juga prihatin. Namun, ia tak lagi berwujud seorang gadis dengan rambut seputih salju.

Suara retakan dan patahan tulang terdengar. Kaingan pun turut menyusul. Hingga akhirnya, sebuah gaun yang tak lagi berbentuk teronggok begitu saja di lantai.

Menatap para undangan dengan tatapan tajam yang mengerikan, seekor serigala berbulu putih berdiri dengan anggunnya-entah bagaimana penampakan serigala itu tampak saling berlawanan arah.

Merupakan sebuah pelanggaran aturan di Dark Moon Pack jika melakukan shift di dalam pack house, tetapi kali ini, seakan tak ada satupun makhluk yang menyadari adanya pelanggaar yang melanggar peraturan itu.

Semua yang berada di sana tampak tercengang oleh aura yang dipancarkan sang serigala. Bagi mereka, tak pernah mereka lihat atau temukan serigala yang memukau seperti ini.

Serigala itu-yang tak lain adalah Mare, melolong begitu kerasnya. Namun lolongan itu justru terdengar seperti melodi penuh elegi bagi orang-orang yang mendengarnya. Tak dipungkiri jika sarat penuh pedih, kecewa, dan sedih mengisinya.

Tanpa ada yang sempat mencegah, Mare berlari ke luar dari ruangan tersebut. Dan seolah disihir, semua orang langsung menyingkir dan memberikan serigala itu jalan keluar. Tanpa harus menembus keramaian dan melewati penjagaan para penjaga yang cukup ketat.

Mare berlari dengan kecepatan penuh. Semua yang ia lewati tampak kabur dalam kegelapan, tetapi penglihatannya yang tajam di minimnya cahaya jelas membuatnya selamat dari semua kemungkinan yang bisa terjadi.

Tubuhnya yang ramping dengan mudahnya menyalip di antara pepohonan yang rimbun. Iris matanya yang berwarna keemasan seakan menyala-nyala-menyiratkan akan amarahnya yang membara.

Lolongannya kembali ia gaungkan, membiarkan seisi hutan tahu sesakit apa hatinya saat ini.

Paparan sinar bulan membuat ukiran berwarna ungu di leher Mare terlihat semakin mengagumkan. Ukiran itu terletak dari dahinya dengan sulur yang merambat hingga lehernya, dan tepat di dahinya, seakan ada sebuah permata berwarna ungu yang tertanam.

Namun, alih-alih terlihat aneh, ukiran yang rumit itu justru mempercantik tubuh Mare.

Setelah berlari cukup lama dan jarak mereka sudah sangat jauh dari territorial pack sang Alpha, Mare berhenti kala sebuah tebing curam dengan jurang beraliran sungai berada di bawahnya.

Bisikan untuk melompat jelas sudah menguasai isi kepalanya, sedikit keraguan tertanam di hatinya. Jika mereka melompat, maka jelas ada kemungkinan jika mereka tak akan selamat.

Sebuah bisikan kembali menghampiri, mengatakan bahwa tak ada lagi walau secercah harapan yang mengharuskan mereka untuk tetap berada di dunia ini.

'Akhiri hidup kita, Mare.'

Permintaan itu berasal dari Elra. Terdengar lirih tetapi memiliki pengaruh besar untuk menghancurkan keraguan yang bergelayut pada Mare. Serigala itu mundur beberapa langkah sebelum berganti shift terlebih dahulu dengan Elra.

Elra-dengan tubuh telanjangnya-duduk lemas di atas tanah. Tenaganya seperti diraup habis darinya. Susah payah, gadis itu berdiri di atas kedua kakinya sendiri. Kemudian ia berjalan terseok-seok menuju pinggir tebing.

Elra berbalik.

Perlahan, ia menjatuhkan dirinya ke belakang, menjatuhkan dirinya dari tebing, dan membiarkan takdir untuk mempersilakan angin agar membawanya pergi ke dalam pelukan alam.

Chain LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang