ELRA PAHAM, IA TIDAK memiliki pilihan lain selain menurut dan patuh saat ini. Ia dengan berat hati harus mengikuti semua perintah Helena.
Contohnya seperti tadi, ketika wanita itu menyuruhnya masuk ke dalam kamar mandi--yang membuat Elra terkejut setengah mati karena ruangan itu berkali-kali lipat lebih mewah dibandingkan ruang tahanannya--dengan diikuti mungkin sekitar sepuluh pelayan di belakangnya.
Detik berikutnya, Elra hanya bisa terdiam seperti patung saat para pelayan itu mulai mengambil alih haknya untuk membersihkan tubuh secara mandiri seolah itu adalah kewajiban mereka.
Masing-masing dari para pelayan itu mengambil bagiannya sendiri. Ada yang mengurus kuku-kuku kaki dan tangannya, menggosok punggungnya, membasuh dan memberi rambutnya sampo, memberinya pijatan lembut, bahkan memberi perawatan khusus untuk wajahnya.
Sejujurnya, Elra menikmati semua hal itu meski dalam hati mempertanyakan apa niat terselubung dirinya diperlakukan bak seorang ratu.
Namun cara bicara Helena yang terdengar begitu menyebalkan seperti memaksa dirinya untuk menahan kekesalannya mati-matian.
Dengan demikian, di sinilah ia berakhir.
Duduk manis di depan sebuah meja rias, memandang melalui cermin bagaimana wajahnya sedang dipoles sana-sini, kedua tangan dan kakinya sudah dipegang oleh para pelayan--entah seperti apa hasil akhirnya.
Tak lama, ia diminta untuk berdiri. Kemudian salah satu pelayan berjalan mendekatinya, meraih tali-tali yang berada di belakang pakaiannya. Elra tidak tahu apa fungsi tali-tali itu tetapi begitu benda itu ditarik, ia merasa pakaiannya semakin menyempit-menghimpit kedua payudara dan dadanya serta membuatnya sedikit kesulitan untuk bernapas.
Pakaian macam apa ini? pikir Elra.
Elra tahu betul jika sejak tadi Helena terus mengawasinya. Tidak secara terang-terangan memang, tetapi ia selalu merasakan pandangan wanita itu selalu mengiringi semua pergerakannya. Seakan-akan dirinya akan menghilang jika wanita itu mengalihkan pandangannya.
Pintu kamar terbuka dan seorang laki-laki yang tidak pernah Elra lihat wajahnya memasuki kamar. Atensi Helena teralihkan darinya dan wanita itu berjalan ke arah sosok asing itu dengan wajah sumringah.
Dari pengamatannya, Elra dapat menyimpulkan kemungkinan bahwa laki-laki itu adalah seseorang yang mungkin memiliki pengaruh cukup penting di sini. Entah setara dengan sang Alpha atau di bawah kekuasaannya? Atau malah lebih berkuasa?
"Derrick!" Helena berseru-yang lebih terdengar seperti teriakan.
Jadi namanya Derrick.
"Hm." Derrick menggumam sebagai balasannya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya yang membawa sebuah paper bag berukuran besar dengan logo huruf K yang elegan.
"Apa ini?" tanya Helena heran.
Derrick menatap sekeliling. Netra kelamnya yang bersitubruk dengan netra violet milik Elra seakan menghipnotisnya. Bukan, bukan hipnotis seperti sang Alpha yang Elra rasakan. Namun lebih seperti mengintimidasi, mengancam, dan merendahkan.
"Untuknya," ungkap Derrick menunjuk Elra secara langsung-tidak peduli jika yang ditunjuk menunjukkan raut tersinggung. "Aku tidak menyangka fisiknya berubah seratus delapan puluh derajat. Bagaimana bisa?"
Helena mengedikkan bahunya tetapi menerima paper bag yang Derrick ulurkan. "Aku tidak tahu. Saat aku ke ruangannya, tiba-tiba saja dia kutemukan dengan keadaan seperti yang kau lihat. Apakah Alpha tidak menyebutkan sesuatu?" Penasaran, Helena membuka paper bag-nya dan mengintip apa isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chain Love
Werewolf[completed] Rasa sakit adalah separuh jiwanya. Selama 17 tahun hidupnya disiksa dan dirantai oleh seseorang yang ternyata adalah matenya sendiri tak lantas membuat ia membenci matenya. Hingga rantai yang membelit terlepas, bahagia menyelimutinya. Me...