RAZIEL SAMA SEKALI TIDAK bisa tenang.
Tujuh jam berlalu-dan kini telah lewat tengah malam, tidak sekalipun kecemasan dan kepanikan luar biasa absen dari dalam diri Raziel. Bukan tanpa alasan, semua itu disebabkan oleh seseorang yang dengan mudahnya tenggelam dalam tidurnya.
Melihat Elra yang masih memejamkan matanya, Raziel berpikir kapan kedua kelopak mata itu akan terbuka? Sungguh, ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika Elra memutuskan untuk menutup matanya untuk selamanya.
Ingatannya beralih pada beberapa jam yang lalu.
Ia baru saja menginjakkan kakinya di kastilnya sendiri dengan senyum yang merekah, tidak sabar bertemu Elra yang sudah ia pastikan menunggunya dengan kebosanan yang luar biasa. Terlebih, ia benar-benar tiba satu jam setelah matahari tenggelam di peraduannya.
Namun, senyumnya hilang saat ia tidak menemukan Elra di kamarnya. Segera ia bergerak menuju kamar perempuan itu, tetapi ia juga tidak menemukan apapun. Andaikan jantungnya bisa berdetak, bisa dipastikan saat itu debar jantungnya menggila karena kepanikan yang melanda. Terlebih saat ia bertanya kepada beberapa penjaga dan pelayan yang jika ia simpulkan hanya menjawab:
a. Mereka tidak melihat Elra.
b. Elra tidak keluar dari kamar Raziel setelah perempuan itu berjalan-jalan di taman rahasia.
Jika memang begitu, bagaimana bisa saat ini Raziel tidak menemukannya di sana?
Raziel kembali ke kamarnya. Berjalan memasuki ruang pakaian yang besar dan mencari keberadaan Elra di balik pakaian-pakaiannya-membuat asumsi guna menenangkan dirinya bahwa mungkin saja perempuan itu bersembunyi.
Kemudian ia beranjak menuju kamar mandi. Dimana ia mengetuk pintunya berkali-kali namun tak kunjung mendapat jawaban dan ketika ia mendorong pintu kamar mandi, dengan mudahnya pinru itu terbuka-tidak terkunci sekaligus tak ada orang yang berada di dalam sana.
Tidak hanya itu, Raziel bahkan pergi ke seluruh ruangan di dalam kastil hingga taman rahasia itu, tak juga ia temukan keberadaan perempuan bersurai putih itu.
Raziel duduk di atas ranjangnya. Kedua tangannya menopang kepalanya yang menunduk sementara jari-jarinya menggenggam rambutnya sendiri. Ia tahu, dirinya harus tenang dan berpikir jernih. Satu-satunya alasan ia tidak khawatir berlebihan-meski andai jantungnya bisa berdetak maka pasti detakannya menggila-adalah Raziel yakin Elra tidak diculik.
Kenapa? Karena kastil ini memiliki pelindung di sekelilingnya yang dibuat dengan tetesan darah Raziel sendiri. Hal itu menyebabkan jikalau ada makhluk asing yang memaksa masuk, ia akan merasakannya
Ketika Raziel mengangkat kepala, tatapannya terkunci pada satu sudut.
Itu adalah ruang rahasianya.
Dan ruang rahasia itu terbuka lebar-dimana seharusnya itu tidak terjadi karena di dalam sana terdapat sebuah benda yang amat sangat berbahaya. Pertanyaannya ialah, bagaimana bisa ruangan itu terbuka?
Raziel bangun dari duduknya, lalu berjalan menuju ruangan itu. Hidungnya mengendus, hampir tidak percaya ia mendapati aroma Elra dari dalam sana. Kenapa baru sekarang ia baru menciumnya? Yakinlah, semenjak dirinya menginjakkan kaki di kastilnya, Raziel tak pernah henti-hentinya mencari aroma Elra.
Kedua kakinya melangkah cepat-nyaris berlari. Tanpa memerlukan sebuah lilin sebagai penerangan, mata vampir Raziel lebih dari mampu untuk melihat dalam keremangan lorong itu.
Raziel berhenti sejenak kala melewati dinding lorong yang dipahat tulisan-tulisan asing. Ia tercekat saat sadar bahwa Elra sempat berdiri di sini cukup lama-ditandai dengan aromanya yang berbekas sangat kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chain Love
Werewolf[completed] Rasa sakit adalah separuh jiwanya. Selama 17 tahun hidupnya disiksa dan dirantai oleh seseorang yang ternyata adalah matenya sendiri tak lantas membuat ia membenci matenya. Hingga rantai yang membelit terlepas, bahagia menyelimutinya. Me...