✿ Stay Still ✿Enjoy reading, don't forget to leave your vote and comment after read this story.
***
Cantik, pintar, juga pendiam namun banyak bicara ketika berada di sekitar orang terdekatnya. Itulah sedikit gambaran Shin Hyejung. Apakah terlalu sedikit? Kalian ingin lebih? Baiklah, aku akan menjelaskannya sedikit lebih detail. Shin Hyejung, gadis berusia delapan belas tahun. Gadis itu termasuk tipe yang mau berbagi pada siapapun, terutama berbagi ilmu. Ia bukan orang yang terdaftar dalam kategori mereka yang pelit.
Hyejung mungkin pendiam, tapi bukan termasuk orang terkucilkan atau anti sosial. Gadis itu hampir saja mendekati kata sempurna karena pasalnya tidak ada manusia yang benar-benar sempurna di dunia ini. Barangkali dia bisa lebih sempurna lagi kalau saja tidak mempunyai kelemahan.
Hm, setidaknya seperti itu gambaran Shin Hyejung yang sedikit lebih detail. Tapi Kurasa cukup sampai disitu dulu. Kalian mungkin bisa mengetahui lebih dalam tentang dirinya jika terus membaca kelanjutan cerita ini, bagaimana? Ide yang menarik bukan?
Ting.
Ting.
Ting.
Baiklah, tidak tahu itu notifikasi yang keberapa kalinya yang jelas Hyejung ingin sekali mengutuk orang yang telah mengganggu kegiatan belajarnya itu. Besok ada test, tapi Hyejung sama sekali belum bisa memahami apa yang dipelajarinya. Baru membaca beberapa kalimat saja kepalanya mulai pening dan berdenyut. Apakah dia harus belajar sekeras itu? Ia sendiri malas dan belum memiliki keinginan untuk belajar saat ini. Mood-nya belakangan semakin buruk.
Seharusnya dia menahan diri, namun mendengar begitu banyak notifikasi yang masuk, ia mulai gerah sendiri. Tidak perlu berpikir lama, ia dengan mudah bisa menebak siapa orang yang mengganggunya itu lalu berakhir dengan memarahinya habis-habisan. Tapi tampaknya sang hati tidak semudah itu untuk membiarkan dirinya melakukan demikian. Hatinya menuntut Hyejung untuk selalu bersikap baik pada si pelaku. Sejahil apapun, semenyakitkan apapun, dan sejahat apapun perlakuannya pada Hyejung, hati bahkan tidak pernah bisa menolak pesona—seakan tahu mana yang harus dikejar dan mana yang harus dihajar.
Gadis bersurai cokelat gelap panjang itu bisa saja kehabisan kesabaran suatu waktu, tapi tidak tahu kapan datangnya waktu tersebut. Ia bisa saja melupakannya dan memulai hidup baru, kalau saja hal itu semudah membalikan telapak tangan. Seakan ketika orang itu tidak membutuhkannya, ia akan menjauh. Sebaliknya, jika orang itu membutuhkan dirinya, ia akan selalu berada di sisinya.
Ia sudah kebal mendengar berbagai macam cerita—mulai dari keluh kesah serta kebahagiaan pria itu yang pastinya tentang wanita lain. Mata pun tidak bisa menghindar kalau sudah melihatnya bercanda tawa bersama perempuan lain. Ah, percayalah itu hal biasa bagi Hyejung. Tapi seakan Tuhan tidak ingin Hyejung menjauh, pria tersebut malah semakin dekat dengannya.
Hyejung melirik jam yang tak jauh dari posisinya. Pukul setengah sebelas malam. Kalau diingat-ingat sudah cukup lama juga ia berkutat pada bukunya. Menghela napas sebentar lalu menatap layar ponselnya yang menyala terang. Ada notifikasi dari pria itu dan mungkin saja sepuluh pesan menumpuk di sana seakan memanggil Hyejung untuk segera dibuka. Hyejung yakin pria itu melakukannya karena sedang butuh. Dengan sedikit ragu, dia pada akhirnya membuka pesan itu. Ini gila, sudah seperti spam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
Fanfiction[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...