08. First Kiss

9K 1.1K 50
                                    

Memiliki akhir yang bahagia? Setiap orang pasti menginginkannya. Kebahagiaan itu perlu, dan kau mungkin harus berjuang untuk mendapatkannya sekalipun itu dapat menyakitimu. Benar bukan? Tapi siapa peduli tentang kesakitan itu sendiri ketika kau lebih membutuhkan kebahagiaan?

"Ada apa? Kau tampak kurang baik."

Park Jimin menoleh ke arah gadis yang sejak awal berada di sampingnya. Ia menatap lurus ke arah kedua mata indah itu cukup lama, ekspresinya mungkin tidak terlihat kalau dia bahagia. Dan dugaan gadis di sampingnya barangkali ada benarnya.

Beberapa menit yang lalu ia dan gadisnya sudah meresmikan pertunangan mereka. Pancaran kebahagiaan begitu tampak di wajah orangtua mereka, dan yang paling utama-gadisnya. Tapi ada yang berbeda dari Jimin malam ini. Mimik wajahnya terlihat tidak terlalu menikmati acara tersebut.

"Kau sedang mencari seseorang, ya?"

Lagi-lagi gadisnya yang membuka suara. Mungkin gadis itu sudah mulai gerah dengan tingkah Jimin yang terlampau gelisah sendiri. Bayangkan, sejak mereka resmi bertunangan, Jimin sama sekali tidak menampakan ekspresi kebahagiaannya. Ia selalu tertangkap sedang mencari atau menunggu kehadiran seseorang, dan gadis yang duduk di sampingnya itupun perlahan mengerti bahwa Jimin tengah mencari kebahagiaannya.

Kebahagiaan yang hilang.

"Seul, aku ke sana dulu, ya?"

Gadis itu mendesah pasrah ketika Jimin sudah berdiri dari tempat dan meninggalkannya begitu saja bahkan tanpa menunggu persetujuaan darinya. Kenapa sebenarnya dengan pria itu?

"Mau kemana dia?"

Seulgi menoleh begitu mendengar suara dari Bibi Park yang kini sudah berdiri tepat di sebelahnya. Tidak tahu sejak kapan dia tiba, yang jelas wanita paruh baya itu sedang menatapi punggung putranya yang sekarang sudah berada di tengah kerumunan tamu undangan.

"Aku tidak tahu. Sepertinya dia mencari seseorang."

Kini ia dapat melihat Jimin tampak terburu-buru dan mencari seseorang, entah siapa dan ia tampak begitu gelisah. Beberapa kali terlihat salah menghampiri seseorang, dan beberapa kali mengucapkan kata maaf.

Baiklah, mungkin itu pandangan dari seorang Kang Seulgi. Sekarang kita cari tahu dari sudut pandang seorang Park Jimin.

Pria itu mencari dan terus mencari. Ia sendiri tidak tahu, kenapa ia menadadak brutal seperti ini. Kalian mungkin berpikir, seharusnya Jimin bahagia telah bertunangan dengan kekasihnya bukan? Tapi sungguh, Jimin tidak bisa merasa bahagia saat ini. Ia sendiri tidak mengerti kenapa dan apa alasannya.

"Maaf, sepertinya aku salah orang." sudah yang keenam kalinya Jimin mengucapkan kata maaf dan membungkukkan badannya.

Ia menyipitkan mata, mempertajam indra pengelihatan. Sepertinya orang yang dicari memang tidak datang. Tidak, tidak. Dia tidak seharusnya menyerah secepat itu. Tidak mungkin dia segera kembali ke samping gadis yang sekarang menjadi tunangannya. Tapi melihat gadis itu bahkan tengah menunggunya di sana dengan raut wajah bingung, ia kehilangan konsentrasi.

Mungkin dia memang harus kembali. Tapi ketika ia hendak berbalik, ia menangkap wajah seseorang yang terlihat familiar. Ia berlari tergesa ke arahnya, menghampirinya yang tengah berdiri seorang diri dengan gelas minuman di tangan kirinya. Terlihat begitu menikmati pesta.

Jimin menepuk bahunya santai, "Taehyung."

Pria bersurai cokelat gelap itu menoleh begitu mendengar namanya disebut. Dia tampak terkejut ternyata temannya yang baru saja bertunangan inilah yang menghampirinya. "Hei Jim, selamat, ya. Pestamu bahkan meriah sekali."

Stay Still | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang