23. Silence

6.2K 806 68
                                    

Rasanya akan meledak saja ketika yang dia lakukan hanya berpikir dan terus berpikir soal masa depan. Tapi bukan hanya itu saja, ia juga memikirkan hidupnya yang akhir-akhir ini terasa begitu kosong dan hampa. Siapapun tahu apa dan kenapa penyebab dia bisa seperti ini.

Segelas milkshake yang baru saja dibelinya tidak lepas dari genggaman meski wajahnya tidak menunjukan kalau dia ingin meminumnya. Ia berpikir hanya untuk sekedar keisengan semata, karena sesungguhnya dia tidak terlalu menyukai minuman berbahan susu itu.

Pandangannya mengedar. Memperhatikan setiap hal-hal kecil yang terjadi di kedai minuman ini. Orang-orang tampak berseri menyambut hari, tidak hanya anak kecil, bahkan remaja dan orangtua di sekitarnya pun terlihat bahagia seolah tidak ada masalah. Atau barangkali mereka menyembunyikan masalah itu seapik mungkin.

"Hyejung."

Suara berat yang sedikit nyaring tiba-tiba memanggil namanya. Tanpa melihat lagi demi memastikan siapa orangnya, gadis itu sudah tahu sang pemilik suara. Meski jarang bertemu, ia tidak mungkin lupa dengan suara itu.

"Hoseok Oppa." Hyejung memalingkan pandangan menuju tempat di mana Hoseok berdiri. Tepat berada di sebelahnya.

Pria itu tanpa permisi segera duduk di hadapannya. Mencari posisi nyaman sampai dia mulai menemukan kenyamanan itu. "Apa yang kau lakukan sendirian di sini? Tidak bersama Yeonhee?"

"Tidak, aku hanya iseng saja menenangkan diri." Balas gadis itu santai.

Tapi dari raut wajah pria itu, Jung Hoseok terlihat sekali kalau dia mengerti apa yang sedang gadis itu pikirkan. Sesuatu pasti tengah mengganggu gadis itu, pikirnya. Tanpa perlu mencari tahu lagi, barangkali Hoseok ini lebih paham dari siapapun. Pria itu seolah sudah berpengalaman.

"Aku tahu hubunganku denganmu tidak sedekat kau dan Yeonhee. Tapi kau tahu, Yeonhee sering meminta saran dariku. Barangkali dan mungkin saja kau bisa bercerita dan aku bisa—memberi saran—jika kau mau?" Terdengar ragu-ragu, suara Hoseok terpotong-potong dan semakin mengecil, nyaris berbisik.

Hyejung yang diam-diam menikmati alunan musik yang sedang diputar di kedai itu mulai tertarik dengan ucapan Hoseok. Dia menatap ke arah pria itu dengan tatapan penuh arti. Menimang-nimang sejenak sampai dia mengambil napas, "Mungki aku ingin—jika Oppa tidak sedang sibuk." Pandangannya menatap laptop dan beberapa buku yang sejak tadi ada di tangan Hoseok.

Hoseok yang menyadari itu tersenyum kecil sebelum meletakan barang bawaannya di meja. Dia sendiri tidak ingat jika sedang membawa tugasnya.

"Sudah." Ujarnya semangat. Entah kenapa ia tertarik dengan gadis itu, dan rasa penasaran selalu mengitari dirinya setiap berada di dekat Hyejung. Ingin mengorek sedikit demi sedikit. Yah, walaupun dia tidak seahli itu dalam memberi saran, tapi dia hanya berusaha menjadi sosok kakak laki-laki yang baik, barangkali?

Lagipula Hyejung dekat dengan Yeonhee, adik sepupunya. Tidak masalah kalau Hoseok mulai menganggap Hyejung juga adiknya 'kan?

"Oppa yakin?"

Hoseok mengangguk. Ia telah memastikan bahwa tidak ada lagi yang bisa menganggu Hyejung untuk bercerita. Seolah Hyejung bisa menceritakan apapun padanya. Ini merupakan suatu kesempatan baginya, karena Hyejung mulai berani membagi kisahnya.

"Jimin—kau kenal dengan Jimin bukan?" Tanya Hyejung terlebih dahulu. Lalu mengigit bibirnya sendiri.

Hoseok tampak meningat-ingat. Nama itu terdengar sedikit familiar di telinga, sepertinya pernah mendengar nama itu beberapa kali. Lantas dia sedikit tersentak setelah akhirnya mengingat, sepertinya Yeonhee beberapa kali menyebut nama itu.

Stay Still | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang