Kring.. Kring..
Tidak tahu sudah yang keberapa kalinya dia mengabaikan suara alarm yang sudah berdering seolah meneriakinya untuk segera bangkit, pada akhirnya Hyejung kalah. Dia mengerjapkan mata berkali-kali, memandang kesal ke arah alarm yang berasal dari nakasnya—sangat mengusik tidur nyenyaknya. Ia ingin sekali kembali tidur, namun mendadak ia ingat bahwa ia tidak bisa. Ia harus segera bergerak mengingat waktu sudah menunjukan pukul delapan. Ia harus berada di rumah Yeonhee pada pukul sembilan.
Dengan tergesa, ia meraih handuknya dan masuk ke kamar mandi. Tidak perlu memakan waktu yang lama, ia selesai dan segera memakai pakaian yang seformal mungkin. Setidaknya ia harus berpenampilan lebih baik hari ini. Tidak lupa memberi polesan make up tipis yang membantu mempercantik penampilannya. Sempurna.
Ia harus cepat jika tidak ingin menerima makian dari Yeonhee karena lima belas menit lagi pukul sembilan menyapa. Selesai dengan segala hal, ia menyambar tasnya yang menggantung di kursi lantas keluar dengan terburu menuruni tangga rumah.
Seperti orang yang sedang dikejar-kejar, Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan memperhatikan dengan tatapan aneh dari bawah sana. "Sayang! Tunggu dulu, kau mau kemana?"
Hyejung tidak menggubris panggilan Ibunya. Sibuk mencari heels di rak sepatu dekat pintu rumahnya. Sempat mencocokan dengan pakaiannya, hingga menemukan yang paling serasi. Merasa Hyejung sedang terburu, Ibunya kemudian sedikit berlari mendekat.
"Hei, Ibu mengerti kau sedang buru-buru. Tapi tetap saja kau tidak boleh melupakan sarapanmu." ujar Ibunya setelah berhasil mendekat.
"Maaf, Bu. Aku tidak ada waktu lagi sekarang. Yeonhee akan mengoceh kalau aku terlambat. Nanti aku akan sarapan di rumahnya."
Ibunya menghela napas, "Dasar anak muda. Baiklah, tapi kau tidak boleh melupakannya."
Hyejung mengangguk sebelum benar-benar pamit untuk pergi. Setelah memberikan kecupan ringan di pipi Ibunya, Hyejung segera menuju rumah Yeonhee.
***
Hyejung sudah menapakan kakinya di rumah keluarga Choi. Meski nafasnya sedikit terengah, rupanya ia masih memiliki energi untuk berlari. Gawat sekali, waktu telah menunjukan pukul sembilan lewat sepuluh menit. Ia jelas terlambat, tidak tahu apa yang akan terjadi padanya kalau Yeonhee sudah bertatap muka dengannya nanti.
Melihat pintu rumah Yeonhee terbuka lebar, ia masuk pelan-pelan. Baru ingin menyapa, dia sudah dikejutkan dengan panggilan dari seseorang.
"Hyejung?" Matanya melebar ketika seseorang memanggilnya.
"Kenapa kau mengendap-endap seperti pencuri?" Orang itu berjalan mendekati Hyejung yang sekarang tidak berbeda jauh dengan orang kikuk.
Itu Jung Hoseok. Hyejung hampir mati terkejut kalau saja pria itu adalah Kim Taehyung. Kenapa Hyejung mendadak tidak bisa membedakan suara Taehyung dan Hoseok?
"Ah, kau takut Yeonhee akan menerkam dirimu sekarang juga, ya?" Hoseok menyipitkan mata, pikirnya menggoda Hyejung sepertinya akan menarik. Dan seperti yang Hoseok duga, Hyejung akan cemas. Terbukti gadis itu sekarang meremas tangannya sendiri.
"A—apa Yeonhee sudah siap?" Hoseok ingin terbahak-bahak mendengar nada gugup Hyejung. Tapi ia harus menahan itu.
"Ya, bahkan sejak tadi anak itu mondar mandir menunggumu dengan ekspresi yang—bagaimana, ya? Sulit sekali diartikan." Bisiknya, membuat Hyejung menegang. Memikirkan nasibnya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
Fanfiction[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...