17. Third Person Between Us

6.5K 871 22
                                    

"Jimin ..." Lirih gadis itu.

Dia melangkah tertatih, menghampiri Jimin yang sedang mematung di sana. Air mata membasahi pipinya, mengalir deras layaknya air sungai. Dia terisak, dadanya naik turun disertai perasaan yang campur aduk. Sedang sang pelaku utama yang menjadi penyebab gadis itu menangis hebat hanya bisa menatap kosong. Dia sedang berperang dalam ego sendiri layaknya siapa yang akan lebih dulu di pilih untuk diutarakan.

"Apa maksud semua ini? Aku tidak mengerti."

Jimin menarik napas, selagi merangkai kata. Suaranya bahkan mengalahkan suara klakson mobil yang berlalu lalang jauh di bawah sana. "Seul, aku—sepertinya sudah saatnya untuk mengungkap segalanya." Seperti memberi pembukaan, ia mengurung bagian inti yang telah ia rangkai.

"Tentang—apa? Bahwa kau menyukai dia?" Tangisnya hampir reda, namun meninggalkan isakan pilu.

Jimin terdiam lantas meraih kedua tangan Seulgi yang menggantung bebas di sebelah pinggangnya dan menariknya untuk lebih dekat. Ia menggenggam erat tangan mungil itu, kemudian mengelusnya hati-hati. Getaran pada tangan gadis itu seakan tersalur padanya. "Maaf, aku harus jujur. Bagaimanapun aku tidak mau menyakiti siapapun di sini. Sudah cukup satu orang tersakiti. Tapi—aku sepertinya tidak bisa lagi melanjutkan hubungan ini. Selama ini aku berusaha membuka hati, tapi entah kenapa rasanya tidak pernah bisa. Rasanya perlakuan yang kuberikan tidak tulus. Kau cantik, pintar, berbakat, dan lembut. Semua hal positif ada pada dirimu, hanya saja aku sadar, gadis lain yang menjadi temanku selama bertahun-tahun adalah alasan kenapa aku tidak bisa membuka hati untukmu."

Jimin membuang napas. Rasanya lega, apa yang selama ini terpendam akhirnya bisa ia sampaikan. Tapi ia tahu, semua belum berakhir. "Kau pantas mendapatkan yang lebih baik, Seul."

Seulgi melepas genggaman Jimin secara sepihak. Tangisnya kembali deras. Ia bahkan melayangkan pukulan bertubi-tubi serta dorongan hingga tarikan pada dada Jimin. Seakan dia siap menghancurkan tubuh itu. Tapi lekaki itu tahu, dia memang pantas dan sudah seharusnya mendapatkan itu semua. Dia sudah menyakiti banyak pihak.

"Kau memang egois, Jimin." Gadis itu terus memukulnya walau tenaganya hampir terkuras.

Jimin menahan tangan Seulgi sejenak hingga tangan gadis itu menjadi lemah, turun begitu saja dari dadanya. Itu kesempatan bagi Jimin untuk kembali meraihnya. "Aku tahu semua adalah salahku karena bersikap baik padamu, memberi perhatian lebih seolah aku memang mencintaimu. Sesungguhnya itu semua proses yang aku mulai. Tapi seiring berjalannya waktu—waktu itu seakan menyadarkanku, bahwa perasaan padamu hanya sebatas teman—tidak, kau bahkan aku anggap seperti adikku, Seul. Aku memang bodoh menyia-nyiakan gadis sehebat dirimu, tapi aku lebih bodoh lagi ketika menyia-nyiakan gadis yang sejak dulu ada untukku, dan gadis itu—Hyejung."

Seulgi terdiam. Baru saja dia ditampar oleh kalimat omong kosong dari Park Jimin. Tapi dia tetap tidak bisa, Jimin sudah terlanjur menorehkan perhatian lebih untuknya sehingga dia jatuh terlalu dalam. Seharusnya perjuangan itu hanya tinggal selangkah lagi untuk menjadikan pria itu miliknya. Tapi hanya karena orang ketiga di antara mereka, langkahnya seakan kembali ke titik nol.

Tapi melihat apa yang baru saja terjadi, ia mendadak ragu. Siapa sebenarnya orang ketiga di sini?

Jimin menatap manik Seulgi yang tidak memandangnya. Dia tahu, kekecewaan tengah membendung gadis itu."Seul, maafkan aku." Ujarnya sekali lagi.

"Bagaimana dengan pertunangan kita?" Kini mata itu kembali menatap Jimin. Tangisnya mulai stabil.

"Aku akan mengatakan segalanya pada orangtuaku bahwa aku ingin mengakhirinya."

Seulgi mendecih, mendadak pandangan itu menggelap. "Kau pikir semudah itu? Tidak, Jimin. Ayahmu menginginkan ini."

"Tapi aku tidak bisa, Seul. Kau juga begitu bukan? Kau—tidak benar-benar menyukaiku 'kan?"

Stay Still | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang