"Hei." Hyejung menoleh dengan malas mendengar Taehyung telah datang.
Pria itu meletakan tas di sampingnya yang tengah menatap gerak geriknya, kemudian ikut duduk. Hyejung memang beberapa hari terakhir selalu datang lebih awal dari Taehyung. Entah dorongan dari mana, tapi Hyejung sedang ingin berangkat lebih pagi dari biasanya.
Hari ini mereka sepenuhnya terbebas dari ujian. Sebenarnya tidak ada kegiatan karena pelajaran telah usai. Namun katanya akan di adakan beberapa perlombaan antar kelas. Tentu saja, Hyejung tidak berpartisipasi. Dia sama sekali tidak tertarik, karena hanya ingin menyendiri kali ini.
Matanya masih menatap pergerakan Taehyung yang membuat dahinya mengerut. Sepertinya ada yang aneh dari sosok Kim Taehyung pagi ini. Hanya dengan sekali kedipan, Hyejung bisa menyadarinya. Si aneh Kim itu memang terkenal dengan sifat tidak jelasnya. Tapi, kali ini ia benar-benar sesuatu.
Melihat Taehyung tersenyum sendiri membuat Hyejung ikut terbawa. Taehyung dengan mudahnya membuat sosok gadis bernama Hyejung yang hampir lupa tersenyum secara tulus itu ikut tersenyum sendiri.
"Hei, kenapa kau tersenyum seperti itu? Aneh sekali!" Taehyung menyadari perubahan ekspresi Hyejung. Ada yang terasa mengganjal, menurutnya.
Hyejung yang sadar seketika membuang senyum yang sama sekali tidak diundan itu, "Pabo! Kau yang sejak tadi tersenyum tidak jelas, tahu."
Pembelaan dirinya barusan berhasil membuat Taehyung melotot. Membuat alis tebalnya naik ke atas lalu berteriak, "Aku?!"
Gadis itu mengangguk, "Hm, kau tidak sadar?"
"Benarkah?"
Pria itu memang sungguh tidak menyadari apa yang dilakukannya barusan. Itu semua di luar otaknya, sebab di dalam otaknya dia tengah memikirkan gadis cantik yang kemarin tidak sengaja ia tabrak. Bagaimana gadis itu mengobati lukanya sendiri, dan hanya mengingatnya kembali saja membuat Taehyung berdebar tidak karuan.
Apa ini yang namanya jatuh pada pandangan pertama?
"Lihat—Kau tersenyum lagi." Hyejung histeris. Sepertinya Kim Taehyung sedang tidak waras, atau dia memang tidak waras.
"Ayo, ceritakan padaku. Apa yang terjadi? Kau sakit? Atau—"
"Hentikan, Jungie. Aku baik-baik saja."
Sayangnya gadis bermarga Shin itu tidak mudah percaya begitu saja dengan apa yang Taehyung katakan. Baginya itu hanya omong kosong. "Katakan kebenarannya, Tae. Atau aku akan terus mengganggumu."
Hyejung mulai mencubiti lengan Taehyung, kemudian berpindah menarik telinganya, menggelitik perutnya, bahkan tidak segan-segan meninju pelan pipi Taehyung yang mulus itu. Membuat si korban merasa tidak nyaman dan berusaha melepaskan diri dari kegiatan teman gilanya itu. Bisa-bisa dia remuk jika berteman dengan Hyejung terus!
Kenapa Park Jimin tahan berteman dengan gadis ini?
"Hentikan, hei—tidak—jangan di situ—astaga." Taehyung ingin membuang tawa ketika Hyejung mulai menggelitik perutnya lagi. Gadis ini benar-benar sadis.
"Tidak—sampai kau memberitahuku."
"Ayolah, kau terlihat seperti gadis liar jika seperti ini."
"Mwo—gadis liar katamu? Rasakan ini!" Hyejung kembali menyerang Taehyung, kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Jangan pikir Hyejung akan membiarkan begitu saja orang yang sudah menyebutnya yang tidak-tidak.
"Ah—Astaga! Jung!"
"Shin Hye—jung!"
Aduh, sudah Hyejung katakan 'kan kalau dia kesal sekali ketika Taehyung menyebut namanya setengah-setengah seperti itu?
"Sungguh, hentikan gadis nakal!"
Hyejung tetap menghiraukan Taehyung. Dia masih sibuk dengan kegiatan kesukaannya itu—mengganggu Taehyung. Hitung-hitung membalas perlakuannya juga.
"Katakan kalau kau menyerah dan akan menceritakannya padaku."
"Baiklah, hentikan, tolong." Taehyung akhirnya menyerah. Menarik napas sejenak seolah dia akhirnya mengibarkan bendera putih.
Mendengar Taehyung telah jatuh pada permainannya, Hyejung menghentikan kegiatannya. Dia menarik kursi untuk lebih dekat dengan Taehyung dan bisa menyimak lebih baik cerita yang membuat Taehyung tersenyum seperti orang gila sejak tadi.
"Jadi—"
Ting.
Wah, perfect timing sekali. Bunyi ponsel milik Hyejung membuat Taehyung memiliki kesempatan untuk menghindar. Ia mengisyaratkan Hyejung untuk mengecek ponselnya. Tapi sayang sekali, gadis itu menggeleng dan sama sekali tidak tertarik dengan bunyi itu.
"Hei, siapa tahu itu penting." Taehyung berusaha meyakinkan.
Padahal di dalam hatinya dia sangat berharap pesan itu memang penting. Sehingga ia tidak perlu mengeluarkan tenaganya untuk bercerita pada gadis cerewet di hadapannya itu. Dan paling penting, dia belum siap menceritakan apapun pada Hyejung.
Ting.
Mendengar bunyi kedua kalinya, Taehyung mendadak bersorak bahagia dalam hati. Pikirnya, pesan itu pasti benar-benar penting. Dia akan berterima kasih pada si pengirim jika dapat membuat Hyejung pergi saat ini juga.
"Cepat, bukalah."
Dengan terpaksa gadis itu meraih ponselnya dari sakunya kemudian membuka pesan tersebut, "Aish, aku benar-benar sedang malas—"
PJM : Jungie!
PJM : Ayo bertemu di atap, aku menunggumu.
Pesan dari Jimin itu membuat Hyejung sedikit gemetar sebelum dia menyadari bahwa Taehyung ternyata sedang mengintip pesan masuk tersebut.
"Pergilah, Jimin mungkin merindukanmu." Taehyung terkekeh.
"Sial, kau berhutang padaku, Kim Taehyung."
Gadis itu bangkit berdiri sambil menyentakkan kakinya ke lantai. Tentu saja itu membuat Taehyung tertawa terbahak-bahak. Kadang Hyejung itu bisa dewasa sekali namun juga kekanakan di waktu yang bersamaan.
"Kalian semua memang misterius." Gumam pria itu setelah Hyejung benar-benar menghilang dari hadapannya. []
***
Haii maaf part ini pendek banget dan cuma penuh sama TaeJung moment. sebagai gantinya, next part akan aku update lebih cepat dan pastinya lebih panjang sepanjang milik Jimin^^ #APAANSIH.
maksudnya sepanjang kakinya Jimin loh, heheheh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
Fanfiction[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...