Sepi, sunyi, senyap. Keadaan rumah Hyejung memang selalu begini. Selain tidak memiliki saudara kandung, kedua orangtuanya sibuk bekerja. Ibunya memang membuka butik di sebuah pusat perbelanjaan dan biasanya baru akan sampai rumah pada pukul tujuh malam. Sedangkan Ayahnya merupakan seorang pengusaha dan biasanya pulang ketika Hyejung sudah terlelap.
Sendirian? Tidak. Sesungguhnya Hyejung tidak benar-benar sendirian di rumah. Ada seorang asisten rumah tangga di sana. Tapi di saat-saat seperti ini, ia sudah pasti sedang istirahat di kamarnya dan akan selalu datang ketika Hyejung memanggilnya.
Gadis itu melirik ke arah jendela. Desiran hebat terasa, rupanya angin malam ini cukup kencang sampai tirai gorden kamarnya ikut berterbangan terdorong oleh kuatnya angin. Cepat-cepat ia melangkah ke arah jendela guna menutupnya. Berat jendela itu bahkan terasa bertambah dua kali lipat karena tolakan angin dari arah yang berlawanan.
Ia kembali pada kasur dan meraih laptop. Jari-jari lentik yang terawat sebaik mungkin itu secara bergantian mulai mengetikan huruf-huruf di sana. Sepersekon kemudian, ia sudah tidak bersuara dan mencari posisi senyaman mungkin dengan pandangan tidak lepas dari layar laptop. Apalagi yang bisa ia lakukan ketika sendirian di rumah?
Sesekali tertawa, sesekali ikut terbawa suasana. Yah, seperti itulah kehidupan seorang anak remaja. Benarkan? Jika kalian sedang bosan atau tidak memiliki kegiatan, menonton drama korea adalah hal yang paling menyenangkan bukan? Sama halnya dengan Hyejung. Gadis itu memanfaatkan waktu luang-lebih tepat lagi mengurangi rasa bosan yang menyerang dengan menonton. Ia lebih tertarik pada genre romance comedy dibanding yang menyedihkan karena dia tahu diri kalau dirinya sendiri bahkan sudah cukup menyedihkan selama ini.
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu terpaksa menuntut Hyejung untuk menekan tombol space pada laptop untuk menghentikan dramanya sementara, menghela napas sebentar, ia lalu menoleh ke arah pintu. Siapa yang mengetuk malam-malam begini?
Tanpa menunggu jawaban atau respon darinya, seseorang sudah membuka pintunya. Menampakan setengah tubuh yang belum sepenuhnya memasuki area kamar, Hyejung langsung mendapati presensi Ibunya yang masih mengenakan pakaian yang sama dengan pagi tadi sebelum wanita itu pergi ke butiknya.
"Sayang, sedang apa? Sudah makan?" Entah kenapa suara Ibunya selalu sama—terdengar begitu lelah ketika pulang, dan itu cukup membuat Hyejung merasa iba. Apa Ibunya harus bekerja sekeras itu? Kalau Hyejung meminta Ibunya diam di rumah sebentar bahkan wanita paruh baya itu selalu berkata kalau dia baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena baginya bekerja sama dengan melaksanakan hobi.
"Sudah, bagaimana dengan Ibu?" Balasnya sembari menutup laptop begitu mendapati Ibunya memutuskan untuk melangkah masuk ke kamarnya.
"Sudah tadi sebelum pulang." Ia sudah mengurangi jarak dengan menghampiri Hyejung dan memilih untuk mendaratkan diri di kursi yang tak jauh dari kasur putrinya. "Bagaimana sekolahmu? Ibu dengar dari Yeonhee akhir-akhir ini kau sering melamun. Kenapa sayang? Ada masalah?"
Yeonhee? Ah gadis itu benar-benar. Diam-diam gemar sekali menjadi mata-mata Ibunya dan menyebarkan informasi yang tidak semestinya ia sebar. Hyejung terkejut dalam keheningan. Kenapa juga Yeonhee harus melaporkan hal itu pada Ibunya? Ia lantas menggeleng, "Tidak ada, kapan Yeonhee—"
"Tadi anak itu menemani Ibunya ke butik dan tidak ada salahnya kan kalau Ibu menanyakan sedikit tentangmu? Hanya ingin memastikan karena selama ini Ibu jarang mengontrol keadaanmu. Ibu tahu kau sudah dewasa, pasti banyak masalah yang terjadi. Ketika muda dulu, Ibu juga seperti itu. Mungkin kau tidak bisa menceritakannya, tapi tidak masalah. Pesan Ibu, tolong jangan terlalu menyiksa diri pada hal yang membuatmu seperti ini. Kau ini persis seperti Ibu, tapi Ibu tidak mau kau terlarut dalam hal yang berat terus sayang." Jelasnya panjang lebar, tanpa memberi kesempatan bagi Hyejung untuk sekedar merespon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
Fanfiction[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...