Warning :
This part contain of a little mature content. Please read by your own risk. Tapi ini masih wajar, tidak terlalu melewati batas jika kalian memang tetap mau membaca. Happy reading!●●●
"Halo?"
"Jimin?"
"Jimin apa kau di sana?"
Yeonhee mengerutkan dahi. Ada yang aneh, jelas-jelas tertera nama Jimin di layar ponsel. Pria itu menghubunginya tapi tidak ada suara sama sekali yang terdengar. Seharusnya setelah si penerima merespon, penelfon akan mengatakan tujuannya. Tapi apa sekarang?
Satu jam yang lalu, Jimin mengatakan bahwa dia harus berbohong soal Hyejung pada Bibi Shin. Dan permintaan Jimin tadi sudah ia kabulkan. Beruntung Ibu Hyejung itu percaya. Jika tidak, tamat riwayatnya.
Setelah kembali teringat itu, Yeonhee berpikir keras. Memutar otaknya untuk bekerja meski tidak ingin. Dia khawatir barangkali Jimin menghubunginya untuk memberi kabar selanjutnya tentang apa yang harus dia lakukan.
Suara ketukan berulang memenuhi kamarnya yang hening. Ia hanya bisa berpikir keras saat jari-jarinya ia ketukan ke meja. Sepintas terbesit, ia berdiri tiba-tiba dengan gerakan cepat. "Apa jangan-jangan terjadi sesuatu dengan mereka?"
Gadis itu segera mengedipkan mata berkali-kali sebelum menggeleng cepat dan segera duduk kembali. Tidak, itu tidak mungkin sebab Jimin pasti akan menjaga Hyejung dengan baik.
Tapi mendadak dia kembali teringat, hubungan Jimin dan Hyejung sedang tidak baik akhir-akhir ini. Seperkian menit kemudian, Yeonhee bangun dari duduknya lagi. Menimbulkan bunyi nyaring saat kursinya menggesek lantai akibat mundur secara paksa.
Hal itu berhasil membuatnya mendapat teguran dari kamar sebelah. "Choi Yeonhee! Tidurlah!"
Dia menutup mulut, tidak percaya jika kegaduhannya akan terdengar hingga kamar Hoseok. Dan lebih tidak percaya lagi saat teriakan Hoseok dapat sampai ke kamarnya. Padahal dinding kamarnya cukup tebal.
Dipikirannya, Hoseok bisa saja merusak pita suaranya jika berteriak seperti tadi lagi. Dan itu tidak boleh dibiarkan terus menerus. Dia pasti akan menegur lelaki itu esok hari.
Yeonhee kembali mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak bisa menemukan alasan kenapa Jimin menghubunginya. Sebab ketika dia hubungi kembali, pria itu tidak menerimanya. Tapi rasa penasaran terus menghantui. Ia harus mencari tahu sebab jika tidak, ia tidak akan bisa tidur dengan tenang.
Ia meraih ponselnya kembali, berusaha mencari nama Hyejung. Mungkin gadis itu bisa menjawab pertanyaannya. Tapi sayangnya, hanya suara wanita dari operator yang dia dapat. Hal itu membuat Yeonhee berteriak kesal, "Aku tidak butuh suaramu, aku hanya butuh suara Jimin dan Hyejung!"
"Choi Yeonhee! Tidurlah anak nakal!" Kali ini teriakan Ibunya. Wow, dia berhasil mendapat teguran dua kali hanya karena dua manusia yang tidak tahu diuntung itu.
Ia menatap jam yang ada di dinding, pukul delapan lewat empat puluh menit. Gadis itu mendengus kesal sebelum menggebrak meja belajarnya pelan. Takut ditegur lagi. "Ini bahkan belum larut malam! Kenapa aku harus tidur?" Ia jelas tidak bisa mengeluarkan amarahnya begitu saja. Mungkin jika ia memukul keras-keras, Ayahnya adalah giliran selanjutnya yang menegur.
Pada akhirnya Yeonhee memilih untuk mencari nama Taehyung di ponselnya. Mungkin satu-satunya orang yang tersisa di bumi ini hanya Kim Taehyung. Kenapa pula harus pria itu? Yeonhee sendiri tidak tahu. Hanya saja, dia sadar akhir-akhir ini dia semakin dekat dengan Taehyung. Dan sejujurnya dia merasa nyaman di berada di sekitar pria itu. Seolah bisa menjadi diri sendiri dan bersikap sesuka hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
أدب الهواة[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...