❝ Too bad but it's too sweet. ❞
Sesuatu yang manis pasti akan ada saatnya di mana dia akan terasa sangat pahit. Begitu sebaliknya, sesuatu yang pahit pasti juga ada saatnya terasa manis. Ada penyebab kenapa sesuatu yang buruk akan terasa begitu manis untuk dihadapi.
Hyejung mengedarkan pandangan, tangannya tidak lepas dari Iced Americano yang digenggamnya sejak tadi. Gugup? Itu yang sedang ia rasakan. Kakinya tidak bisa diam, bergerak gusar karena gelisah. Sebenarnya, Jimin memintanya untuk bertemu sekarang dan mau tidak mau Hyejung harus menemui karena ia Jimin terus memaksa.
Walau mereka bertatap muka di sekolah, nampaknya tidak ada kesempatan bagi keduanya untuk menyapa satu sama lain. Hyejung selalu saja mengacuhkan Jimin jika mereka berpapasan. Bukan hanya karena ada Seulgi di sampingnya, tapi juga karena Hyejung tidak dalam mood yang baik untuk bicara. Timing mereka benar-benar buruk.
Pulang sekolah tadi, Yeonhee dengan napas memburu mengatakan bahwa Hyejung harus pergi ke cafe biasa tempat mereka bertemu. Ah lagi-lagi Yeonhee menjadi perantara. Yeonhee bilang, Jimin ingin berbicara empat mata dengannya dan tidak menerima alasan apapun kalau Hyejung menolak.
Yeonhee bahkan tidak segan meninggalkan Hyejung sendirian begitu saja setelah mengantarnya. Dia hanya berkata, "Nikmatilah persidangan kalian. Semoga berakhir menyenangkan." sambil memukul bahu Hyejung cukup beras. Ingatlah kalau jasa dan partisipasi Yeonhee di sini sangat besar.
Minuman yang di genggam Hyejung hampir terlepas ketika matanya tak sengaja menangkap presensi pria yang baru saja membuka pintu cafe. Nampak sangat keren dan tampan.
"Ya Tuhan!" Hyejung mendadak panik. Masih mengenakan seragam lengkap, ia segera meraih beberapa lembar tissue dari tasnya. Ceroboh, dia tidak sengaja menumpahkan minumannya pada rok sekolah. Ini tidak bagus, memalukan sekali.
"Hei! Astaga, kau baik-baik saja?" Tampaknya Jimin melihat kejadian barusan. Pria itu langsung menghampiri Hyejung dengan tergesa dan membantu membersihkan roknya yang sudah terlihat basah. Beruntung rok itu berawarna hitam sehingga tidak kelihatan warna cairan kopinya. Tapi tetap saja terlihat sangat basah.
Dalam suasana hening, pria itu masih sibuk membantunya dengan beberapa tissue. Sedangkan Hyejung, dia sedang mengontrol diri. Perasaannya tidak baik-baik saja, campur aduk. Antara panik, canggung, dan malu. Tidak lama kemudian, gadis itu mendengar kekehan kecil dari Jimin. Dia jelas sedang mengejeknya.
"Dasar ceroboh, orang-orang akan mengira kau mengompol atau lebih parah lagi jika mereka mengira kau sedang basah karena tepat di depan." Mata Jimin menatap nakal, dia bahkan berbisik dengan nada sensual tepat di telinga Hyejung. Tak lupa seringaiannya yang membuat gadis di hadapannya merinding.
Kalau saja Hyejung masuk kategori gadis penggila Park Jimin yang sampai rela membuka paha untuk pria itu, mungkin dia sudah tergoda. Tapi sayangnya dia hanyalah gadis polos yang langsung berdebar tak karuan ketika mendengarnya. Malah ingin meninju, lebih tepatnya. Hyejung segera melayangkan jentikan keras di dahi pria itu. Apa Jimin pikir Hyejung tidak mengerti? Hyejung memang polos tapi dia tidak sepolos itu.
"Hei nona, kenapa kau senang sekali melukai dahiku? Sudah bagus aku membantumu." Jimin memegangi dahinya sendiri.
"Membantu? Hei Tuan, kau bahkan hanya mengejekku dengan pikiran kotormu itu, dasar mesum." Hyejung tak mau kalah dalam membela diri. Sudah jelas satu-satunya yang bersalah di antara mereka adalah Park Jimin.
"Siapa yang mesum? Memangnya aku berkata kotor? Itu sih kau saja yang berpikiran mesum, benar 'kan?"
"Apa katamu? Kau yang mesum, Park Jimin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
Fanfiction[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...