Here is a special part for you all.
This part will be a few years later.
Kebahagiaan itu sebenarnya mudah untuk dicapai. Tidak ada kata sulit jika kita memang mau mencoba dan berusaha untuk meraih. Sangat sederhana, tidak butuh sesuatu yang ribet.
love can come to anyone suddenly, like the summer rain.
Hari ini hujan cukup deras, mengusik tidur cantik seorang Hyejung. Pagi ini dia terbangun seperti hari-hari biasa, dalam dekapan sang suami—Park Jimin. Rasanya sangat dingin ketika udara pendingin ruangan dan efek hujan deras bersamaan menerpa kulit. Tepat pada bahu telanjangnya yang tidak tertutup selimut.
Hyejung menatap miris pada pria di sampingnya. Bagaimana bisa Jimin tidur begitu nyenyak tanpa merasa kedinginan disaat ia hanya menutupi setengah tubuhnya? Bahkan tubuh berotot itu sama sekali tidak ditutupi sehelai benang pun. Astaga, yang benar saja. Dia mau pamer dan cari penyakit atau bagaimana?
Gadis itu kemudian berinisiatif untuk menarik selimut lebih tinggi agar menutupi seluruh tubuh Jimin yang tadi terpampang indah di depan mata. Sejujurnya dia tidak ingin hujan pagi ini mencuri pandang pada tubuh lelakinya itu.
"Eungh."
Mendengar Jimin melenguh pelan, Hyejung sontak mundur beberapa senti. Gadis itu sebenarnya merasa gugup karena khawatir mengganggu tidur Jimin, mengingat pria itu baru tidur beberapa jam yang lalu akibat aktivitas mereka. Ini semua salah Jimin sendiri—tidak mau berhenti. Terus meminta lebih sampai tidak ingat waktu.
Pandangannya tiba-tiba tertuju pada wajah pria itu. Garis-garis wajah hingga rahangnya sangat membuktikan bahwa Jimin sangat tampan hingga membuat Hyejung lupa akan kegugupannya. Gadis itu tidak bisa untuk tidak tersenyum. Separuh hatinya bahkan masih tidak percaya bahwa ia dan Jimin akan berakhir bersama. Jimin yang dulunya hanya teman biasa, lalu berubah menjadi teman spesial. Kemudian berubah lagi menjadi pasangan hidup.
Ini semua menakjubkan. Perjalanan panjang yang mereka hadapi hingga bisa mencapai titik saat ini adalah berkat orang-orang yang senantiasa mendukung. Walau perlu menghadapi rasa sakit yang cukup lama, tapi Hyejung sangat bersyukur.
Semua itu tidak bisa asal tebak, bukan? Kita tidak bisa menebak dengan siapa kita hidup nanti, bagaimana kehidupan kita kelak. Sang penguasa telah mengatur kehidupan kita.
Wajah damai Jimin pagi ini sepertinya akan menjadi kegiatan favorit Hyejung mulai hari ini hingga nanti. Tidak tahu sampai kapan, yang jelas Jimin terlihat tenang dan nyaman sekali.
Hyejung sama sekali tidak bisa mengelak bahwa wajah pria itu terlalu sempurna. Kelewat sempurna malahan. Rahangnya yang runcing, pipinya yang sedikit tirus—tapi kadang pipi itu bisa sewaktu-waktu terlihat berisi. Hingga bibir tebalnya. Kenapa begitu menggoda?
"Kau akan sakit jantung kalau melihatku seperti itu terus."
"Aw! Kenapa kau memukulku?" Jimin meringis setelah mendapat pukulan keras di lengan telanjangnya yang tidak sepenuhnya tertutup selimut. Mengusap lengan putihnya yang memerah. Cepat sekali meninggalkan bekas? Salahkan Hyejung yang terlalu terpesona padanya.
Hyejung berdecih, "Kau mendoakan agar aku sakit? Begitu?"
Gadis itu sekarang tengah merajuk, dan Jimin menyadari betapa menggemaskan gadis yang sekarang menjadi istrinya itu.
"Bukan begitu,"
"Bohong."
Jimin mengacak rambut gadis itu, tapi tidak ada kata lembut yang Hyejung dapatkan. Itu terkesan kasar dan tidak berperasaan. Wah, Jimin memang tidak pernah berubah sejak dulu. Masih sama, sering memperlakukannya dengan kasar. Menyebalkan memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
Fanfiction[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...