25. Park

6.5K 803 25
                                    

Hari ini tampaknya burung-burung terdengar asik bersiul tanpa tahu waktu, matahari dengan malu-malu lenyap kembali ke balik awan tebal meninggalkan seisi dunia dengan kegelapan dan menggantinya dengan cahaya malam. Yeonhee mengeratkan genggaman pada tali ranselnya. Tangannya turun ke arah rok pendeknya saat angin kencang nyaris menyingkap rok yang hanya di atas lutut itu.

Meski malam telah datang, gadis itu sama sekali tidak memiliki rasa khawatir berjalan sendirian. Ia merasa harus berani, mengingat jalan raya sangat ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang.

Langkahnya terhenti sejenak saat menangkap sosok tidak asing sedang melangkah keluar dari salah satu gedung. Rasa penasarannya cukup tinggi, dengan cepat ia membawa langkah kakinya mendekat. Seulgi berdiri di sana sembari melirik ke kiri dan ke kanan, seperti menunggu seseorang.

"Seulgi?" Panggil Yeonhee berani.

Gadis itu menoleh ketika merasa namanya terpanggil. Lantas kebingungan dan menunjuk diri sendiri. "Aku?"

"Ya, kau, Kang Seulgi." Jelas Yeonhee dan dengan berani menunjuk gadis itu.

Gadis di hadapannya tampak mengingat, tapi sepertinya memorinya tidak kembali dengan mudah. Matanya menyelidik Yeonhee dari atas sampai bawah. "Dari seragam yang kau pakai, kau satu sekolah denganku. Tapi maaf, aku tidak mengenal—"

Yeonhee tertawa lucu, memotong ucapan Seulgi begitu saja. "Hei nona, kau tidak perlu mengenalku. Tapi aku yakin kau mengenal Hyejung."

Mata Seulgi membesar dengan nafas tampak tercekat bersamaan dengan kepalan tangannya pada samping garis rok sekolahnya. Tentu saja dia mengenal Hyejung.

"Ah, benar. Kau memang mengenalnya." Simpul Yeonhee saat menyadari tatapan Seulgi berubah cemas. "Jangan gugup, aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu."

"Apa? Kau mau apa?"

"Dengar baik-baik Kang Seulgi. Kau adalah seorang perempuan, sama seperti aku, ataupun Hyejung. Sesama perempuan, bukankah kita jelas jauh lebih memahami soal perasaan dibanding pria?" Yeonhee berkata begitu serius dan mendadak udara berubah dingin sekali. "Kau tahu bahwa Jimin mencintai dia, bukan dirimu. Tapi kau memaksa, padahal kau tidak bisa melakukan itu, kau egois—hanya bisa memaksakan kehendakmu. Kapan kau berubah? Kau akan—"

"Cukup!" Keringat Seulgi entah sejak kapan sudah bercucuran, nadanya memekik. Ia merasa ditekan oleh Yeonhee. Dan ini sudah kelewatan. "Kau siapa? Hei, aku bahkan tidak mengenalmu, tapi kau bertindak seolah kau mengenal baik diriku."

"Aku? Ya, sayang sekali kau benar. Aku memang bertindak seolah aku mengenal baik dirimu. Tapi setidaknya aku jauh lebih mengenal Jimin dan Hyejung dibanding dirimu."

Seulgi mendecih, seolah kekuatannya kembali. "Kau pasti salah satu teman Hyejung yang merengek meminta agar aku melepas Jimin."

Tapi Yeonhee sama sekali tidak ambil pusing mendengar respon gadis itu. "Aku di sini bukan untuk merengek seperti yang kau lakukan pada Hyejung saat itu, tetapi aku ada di sini untuk menyadarkanmu." Tegasnya.

Seulgi, gadis itu tersenyum tipis mendengar betapa percaya diri gadis yang bahkan tidak dikenalnya itu. "Menyadarkanku? Apa yang harus kau sadarkan dari diriku?"

"Bahwa kau tidak bisa memaksakan hati seseorang. Aku prihatin pada Jimin. Bagaimana bisa ia membuka hati jika kau seperti ini? Kau terlalu posesif dan berambisi, tahu tidak?"

Meski kalimat Yeonhee terdengar seolah menamparnya, Seulgi hanya terkekeh. Sedangkan pikirannya tengah merangkai kata. "Semua hal yang ingin kau raih pasti butuh ambisi yang besar. Tidak ada gunanya keinginanmu itu jika kau tidak menggunakan ambisi untuk mendapatkannya. Apa aku salah?"

Stay Still | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang