3 unread message.
Hyejung memasukan kembali ponsel yang sempat ia keluarkan ke dalam tas ranselnya. Dalam lubuk hati, ia tidak tertarik untuk membaca pesan itu. Entah dari siapa dan kenapa, ia sendiri tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu. Ia tidak dalam keadaan yang baik saat ini sehingga ia hanya ingin tenang.
"Ibu, aku berangkat." Hyejung meraih tasnya tergesa-gesa. Ia akan terlambat jika terlalu lama sarapan. Ini juga salahnya karena bangun sedikit lambat dari biasanya.
"Hei, bawa bekalmu!" Ibunya berteriak, membuatnya menghentikan langkah dan mendapati sang Ibu menghampiri dengan dua kotak bekal di tangannya, lalu segera menyodorkan pada Hyejung. Mengisyaratkan untuk segera memasukannya ke dalam tas. Gadis itu sempat terpaku ketika melihat ada dua kotak yang disediakan. Ah benar, dia lupa kalau dia belum memberitahu Ibunya.
"Satu saja." Hyejung hanya mengambil satu kotak bekal dan langsung memasukannya ke dalam tas. Meninggalkan satu lagi yang masih di genggam Ibunya.
Tentunya hal itu membuat Shin Hyesun mengerutkan dahi. Ini aneh, tidak biasanya. Putrinya yang sering kali membawa dua kotak, kali ini hanya mengambil satu? Seingatnya Jimin juga selalu mengingkan bekal itu. Ia tahu betul sebab sejak dulu Jimin sangat menyukai masakannya. Tapi sekarang, ada yang tidak beres.
"Hyejung—"
"Bu, aku pergi dulu. Sepertinya aku akan terlambat jika terlalu lama." Potong Hyejung dalam sekejap, lalu berlalu meninggalkan Ibunya setelah berpamitan. Dia sudah tidak ada waktu lagi.
Tidak mau banyak pikiran, akhirnya wanita paruh baya itu menaruh kembali kotak bekal satunya pada meja makan lalu meneruskan sarapannya yang sempat tertinggal karena Hyejung. Namun di tengah sarapannya, Hyesun merasakan ponselnya bergetar. Ada notifikasi kalau sebuah pesan baru saja masuk.
Park Eunsoo : Hyesun, apa kabar? Kau baik-baik saja di sana? Kalau ada waktu, datanglah ke acara pertunangan putraku besok pukul tujuh malam di rumah kami. Jangan lupa ajak Hyejung. Kuharap kalian akan datang karena aku rindu kalian.
(Received 07.15am)Ia bahkan tidak bisa membaca dalam satu kedipan mata saja. Perlu memakan waktu berulang kali untuknya memahami isi pesan yang dikirim oleh sahabatnya dan kepalanya mulai berpikir kemana-mana. Secepat itukah sahabatnya itu menyerahkan putranya pada seorang gadis di usia yang masih sangat muda? Ia tidak habis pikir. Bukankah lebih baik kalau anak seusia mereka menikmati masa mudanya?
***
Hyejung mengatur napasnya yang tersengal begitu sampai di sekolah. Setidaknya sekarang ia bisa melangkah lebih santai memasuki gedung besar yang didominasi warna putih. Ia lega sekaligus bangga sebab ia datang lima belas menit sebelum kelas dimulai. Sejenak merapikan sedikit rambutnya yang berantakan akibat tiupan angin, lantas mengeratkan pegangannya pada tas yang ia gendong di punggungnya.
"Yahhh bukankah itu gila?"
"Tidak, mereka sangat cocok, jadi tidak masalah bukan?"
"Aku tahu, tapi bahkan mereka masih berstatus sebagai seorang pelajar."
Hyejung sekilas mendengar obrolan beberapa gadis yang berdiri di lorong sekolah. ini masih pagi, dia sama sekali tidak minat mendengar gosip murahan. Tapi mendengar betapa mereka berbincang dengan suara keras—seakan ingin didengar oleh sepenjuru sekolah, mau tidak mau telinga polosnya terpaksa mendengar.
Mendadak suasana terasa berbeda, ada yang aneh, pagi ini suasana terlihat berbeda. Orang-orang di sekolahnya terlihat lebih sibuk dan beberapa terlihat heboh sendiri. Ia yakin, sesuatu pasti baru saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
Fanfiction[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...