11. Unexpected

7.6K 975 24
                                    

Aku memang belum sepenuhnya mengerti perasaan ini, tapi satu yang bisa ku pastikan, bahwa aku mencintai dia.

Maniknya menatap lesu pada wajah gadis di hadapannya. Tapi tidak dengan kedua matanya. Menatap kosong seolah gadis itu tidak ada di sana dan dia hanya menatap sebuah dinding putih. Sedangkan wanitanya, hanya diam menatap setiap lekukan sempurna pada wajah pria di hadapannya. Terkadang menyunggingkan senyum sendiri menyadari betapa tampannya pria itu.

Senyumnya mengembang, semakin menjadi ketika dia sadar bahwa prianya tengah menatap lurus dan begitu dalam pada irisnya. Dia ingin sekali pria itu ikut tersenyum, namun ternyata apa yang dia bayangkan bahkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menyadari itu, senyumnya memudar perlahan. Rasanya gadis itu bisa saja menangis, tapi dia tidak ingin. Dia tahu, bahwa pria itu bukan menatap fokus dirinya.

Membuang muka ke arah lain, kemudian mengusap mata yang tidak seharusnya mengeluarkan air. Dia memandang khawatir, "Jimin, kau—apa kau ada masalah?"

Pria itu diam.

Gadis itu kembali tersenyum, namun secara paksa dan setipis mungkin. "Hyejung membuatmu sedih lagi?"

Entah dorongan dari mana, beberapa detik kemudian pria itu sepenuhnya sadar dan segera membalas tatapan gadis itu. Sebenarnya dia merasa sangat bersalah karena memikirkan gadis lain di saat dia sedang bersama gadisnya. "Bukan seperti itu, Seul—"

"Aku mengerti, Jim. Jadi apa yang Hyejung lakukan sampai kau seperti ini?" Gadis itu berusaha untuk tetap tersenyum. Hal itu membuat Jimin semakin menanamkan rasa bersalahnya mengingat ucapan Hyejung tempo hari bahwa Seulgi bisa saja menganggap Hyejung yang tidak-tidak.

Mungkin Seulgi terlihat manis dan pengertian. Ya, sejauh ini Jimin mengakui hal itu. Namun Jimin tidak tahu bagaimana sesungguhnya isi hati gadis itu. Selama ini Jimin hanya terus mencekoki nama Hyejung ketika bersama dengannya secara spontan, tanpa memikirkan dua kali tentang bagaimana perasaan Seulgi.

"Tidak ada. Seul, apa selama ini kau menganggap aku dan Hyejung—"

"Aku selalu berusaha mengerti bahwa kalian hanya berteman." Gadis itu lebih cepat memotong ucapan Jimin yang masih menggantung. Kemudian mengambil jeda sejenak sebelum kembali meneruskan apa yang harus dia katakan. "Lagipula aku tidak ada hak untuk mengatur pertemanan atau percintaanmu dan kalaupun aku melakukannya, kau tidak akan menyukainya 'kan?"

"Tapi kau tahu kita—"

Seulgi menanti kelanjutan ucapannya. Apa yang akan Jimin katakan lagi namun pria itu bahkan tidak segera melanjutkan.

"Sudahlah, Jim. Ayo pulang. Ibuku pasti sudah menunggu kehadiranmu."

***

"Setelah lulus, kuharap kalian lebih serius lagi."

Mereka semua memandang ke arah Nyonya Kang yang tengah menuang air ke dalam gelas untuk suaminya. Sukses membuat Jimin terkejut lantas meletakkan sendok dan garpunya sebelum menatap orangtua Seulgi penuh tanya. Tidak, ini tidak seharusnya terjadi.

"Apa maksudnya?"

Mereka terkekeh, menatap Jimin yang di mata mereka kelihatan begitu polos. "Tentu saja menikah, Jimin. Lagipula kami sudah membicarakannya dengan orangtuamu. Ah, aku jadi tidak sabar ingin mempunyai cucu-cucu yang lucu."

Jimin dibuat kelu, dia tidak pernah berpikir bahwa keingian orang-orang dewasa itu sebegitu mengerikan. Menginginkan sesuatu yang lebih dengan mengorbankan orang lain. Dia benar-benar tidak bisa. Bukan karena terlalu muda, melainkan dia sendiri masih mencari siapa pemilik hatinya yang sebenarnya.

Stay Still | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang