❝ I wanted to become happier and stronger but why am I getting weaker? ❞
Pertemanan di antara seorang wanita dan pria itu sesungguhnya tidak ada 'kan? Kalaupun terjadi, percayalah hal itu tidak akan dengan mudah bertahan lama. Entah salah satu dari mereka—ataupun keduanya sekaligus pasti akan jatuh lebih dulu atau bahkan saling jatuh. Jatuh cinta, lebih jelasnya.
Tapi kisah Hyejung ini mungkin ia berada pada poin pertama. Ia adalah satu-satunya yang jatuh pertama kali. Sekeras apapun ia mencoba untuk menyukai orang lain, dan mengelak bahwa ia tidak menyukai Jimin, hatinya tidak bisa semudah itu berubah dan akan tetap seperti awal. Seberapa kuat Hyejung mencoba, itu tidak akan pernah membuahkan hasil.
Hari ini Ibunya menitipkan bekal makanan untuk Jimin. Pria itu memang sudah dikenal baik oleh keluarga Shin, apalagi masalah Jimin tidak pernah bisa makan makanan sekolah, Ibunya jelas tahu yang satu ini. Tapi di sini Hyejung menimang-nimang tidak yakin, apakah ia masih sanggup untuk berbicara dengan pria itu?
"Jung?"
Hyejung menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya. Ia mengulas senyum begitu mendapati Yeonhee tengah berjalan sedikit tergesa menghampirinya. Melihat kedatangan Yeonhee, seketika terlintas sebuah ide di pikirannya.
Apalagi Yeonhee sekarang sudah tepat berada di sebelahnya dan ikut duduk pada kursi yang sejak tadi di tempatinya. "Ku cari-cari ternyata kau di sini." Napas Yeonhee terdengar tidak beraturan. Apakah ia sampai selelah itu mencarinya? Memangnya dia berlari?
"Ada apa? Kenapa kau tampak terburu-buru?"
"Jimin mencarimu."
Tunggu dulu, Jimin—mencarinya? Sejak kapan Jimin mencarinya lewat bantuan Yeonhee? Ia terkejut bukan main. Dan sialnya, hati batunya mendadak luluh begitu saja hanya karena mendengar bahwa pria itu sedang mencarinya. Ia bahkan melupakan kenyataan tentang dirinya yang sedang mencoba memulai tahap penyembuhan luka di hatinya.
"Untuk apa?" Hyejung penasaran.
Yeonhee menggeleng. Jelas dia tidak tahu, dia kemari hanya atas permintaan Jimin untuk membantu mencari Hyejung. Itu saja, selebihnya dia tidak paham. Pandangan Yeonhee beralih pada kotak bekal yang ada di pangkuan gadis itu. "Untuk Jimin?" Tanyanya dengan mata yang tertuju ada kotak tersebut.
Seolah mengerti apa yang sedang dipertanyakan oleh Yeonhee, Hyejung menganggukkan kepala dua kali. "Ibuku membuatkannya. Tapi aku—"
"Jung, seingatku tadi aku melihat Seulgi duduk di sampingnya saat di kantin dan Jimin sedang menyantap sekotak bekal nasi. Kupikir itu darimu?" Yeonhee memotong cepat karena tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. Ada yang aneh dan tidak beres di sini.
Hyejung menundukkan kepala, memandang kotak bekal yang ada di pangkuan. Jadi, apa gunanya menuruti permintaan Ibunya? Hyejung sendiri tidak mengerti, sebenarnya apa yang ada dipikiran pria itu? Kenapa Jimin mencarinya ketika sedang bersama Seulgi?
"Kau bilang Jimin mencariku?" Hyejung memastikan sekali lagi.
"Hm, cepatlah kesana. Dan juga—biar bekal itu untukku saja, daripada tidak ada yang makan." Yeonhee menyambar bekal makanan dari pangukan Hyejung. Nampaknya begitu menggiurkan, apalagi dia sedang menahan lapar tingkat dewa.
"Apa yang ia inginkan?" Hyejung bergumam kecil, nyaris berbisik. Berusaha untuk tidak mengundang telinga Yeonhee untuk mendengar. Tapi nampaknya telinga gadis yang mulai memakan bekal buatan Ibunya itu cukup sensitif seperti guru sejarahnya.
"Kurasa ada yang ingin ia sampaikan padamu."
***
"Ah, ternyata kau sudah makan, ya?" Hyejung sengaja berdiri agak jauh dari hadapan Jimin dan Seulgi. Menjaga jarak sampai terlihat seperti orang yang sedang bermusuhan sedang berbincang. Atau bahkan barangkali ada tembok yang memisahkan mereka. Batasan wilayah si jomblo dan wilayah sepasang kekasih. Begitu mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
Fanfiction[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...