⚠️ warning!
this part containt of a mature content please read by your own risk.Kehidupan terindah itu ketika kita memiliki seseorang yang dicintai disekitar kita. Apalagi jika perasaan cinta itu terbalas dengan semestinya. Benar bukan? Sosok gadis yang tengah tersenyum merekah di balik laptopnya itu merasakan bagaimana pahitnya perjuangan cinta dan juga hasil dari segala jeri payahnya.
Dikaruniai dua orang anak, dan suami pengertian yang tidak disangka-sangka adalah sosok sahabatnya sendiri itu membuat wanita beruntung seperti Hyejung tak henti-hentinya bersyukur.
Jadi, siapa bilang mencintai sahabat sendiri itu akan berakhir mengenaskan? Kisah Hyejung ini membuktikan bahwa tidak semuanya persahabatan antara pria dan wanita dapat berjalan mulus. Lika liku permasalahan pasti terjadi. Termasuk saling menyukai. Dan selagi kita percaya diri dan mau berusaha, pasti membuahkan hasil.
Di sudut lain, ada pula yang mengartikan persahabatan tetaplah persahabatan. Dan bagi yang kurang beruntung, mungkin dia bukan sosok yang pantas untuk menjadi pendampingmu, namun lebih pantas untuk menjadi sahabat dan pendengarmu.
Selagi sibuk dengan model pakaian yang sedang dibuatnya, Hyejung merasakan sebuah tangan melingkari pinggangnya. Dagu runcing yang membuat bahunya geli sekaligus terpaan napas di lehernya membuatnya menoleh dan malah tidak sengaja mempertemukan bibir lembabnya dengan sebuah pipi yang akhir-akhir ini berubah agak chubby.
"Jimin? Kau belum tidur?"
Hyejung menyimpan file desain pakaian yang baru seperempat jadi itu. Wanita itu memang memutuskan untuk kembali menjadi perancang pakaian untuk butik Yeonhee meski suaminya bersi keras tidak mengijinkannya. Alasannya cukup klise, hanya karena Jimin tidak ingin Hyejung kelelahan apalagi mendesain pakaian itu membutuhkan waktu, bisa saja wanita itu melupakan keluarganya karena terlalu fokus dengan satu hobi barunya itu.
Tapi, Hyejung tetaplah Hyejung. Ia bosan jika berdiam diri tidak punya pekerjaan. Ia butuh sesuatu untuk mengisi hari-harinya. Bermain dengan kedua anaknya saja tidak cukup dan Jimin lebih sering menghabiskan waktu di meja kerjanya.
Jimin mengendus, "Lihat." Jimin menunjuk kasur di belakang mereka yang jaraknya tidak begitu jauh dari sofa yang ada di kamar mereka—tempat Hyejung mengerjakan hobinya. Meski ia memilih duduk di lantai dan menjadikan sofa tersebut sebagai meja. "Kasur itu terlalu besar untukku tidur sendirian. Aku punya istri tapi kenapa istriku lebih sering tidur terlambat?"
Hyejung segera menutup laptopnya sebelum suaminya itu protes lebih. Ia memutar tubuhnya untuk menghadap pria dengan mata kantuk itu. "Baiklah, aku akan tidur. Hmm?"
Jimin tersenyum lebar. Ia merasa menang dari hobi istrinya kali ini. Ia segera menarik Hyejung untuk cepat berbaring di kasur mereka. Namun Hyejung menepis, "Tunggu, aku harus memastikan Jihye dan Minjung sudah tidur." Hyejung akan meninggalkan kasur itu, namun Jimin menahannya dengan membuat wanita itu berada di bawah kukungannya. Atmosfer di kamar berukuran besar itu berubah panas meski pendingin ruangan mereka sudah berada di suhu yang dingin.
"Jimin—" Hyejung yang kelabakan mendorong pelan bahu Jimin.
"Ssstt." Pria itu menyumpal bibir Hyejung dengan jari telunjuk. "Kau tahu? Seharian ini mereka nakal sekali karena kau tidak ada di rumah. Setelah aku memandikan keduanya, anak-anak nakal itu langsung tertidur. Mereka kelelahan setelah membuatku kewalahan, jadi jangan berisik, hm? Kau bisa membangunkan mereka."
Hyejung tidak mengerti, tapi setelah itu ia dihujami ribuan kecupan oleh bibir Jimin dengan liar. Hyejung yang terkejut, segera menahan Jimin. "Jim, hentikan. Kau mengantuk, ayo tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
Fanfiction[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...