Hyejung menatap lembar kosong yang semestinya menjadi lembar jawabannya. Sama sekali belum terisi. Hari ini hari terakhir ujian. Dia pening sekali, pikirannya kemana-mana bahkan memikirkan yang tidak perlu. Dia juga sempat memikirkan apa sudah mengunci pintu rumahnya atau belum saat akan berangkat tadi.
Memutuskan untuk berpaling sejenak, dia mengedarkan pandangan dan menemukan sosok Jimin yang terlihat tenang mengerjakan soal-soal itu. Kemudian pandangannya juga menangkap sosok lain, Kang Seulgi. Dia tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini menjadi sering memperhatikan gadis itu? Ini sama sekali bukan hal yang bagus. Dia beralih menatap Jimin sekali lagi sebelum kembali jatuh memandang Seulgi.
Namun dia baru tahu kalau sejak tadi Seulgi menangkap Hyejung. Gadis itu hanya tersenyum kecut ketika menyadari Hyejung tengah memandangi Jimin lalu beralih menatapnya. Mereka saat ini hanya sibuk menatap satu sama lain dengan tatapan tak dimengerti.
Merasa tidak ada yang perlu di pikirkan lagi, Hyejung kembali fokus. Waktunya telah berkurang lima menit hanya untuk berpikir. Dia harus segera mengisi lembar kosong itu jika ingin selamat.
Selesai ujian, Hyejung keluar dari kelas. Berjalan santai menuju atap sekolah. Taehyung tidak tahu kemana, padahal dia mengharapkan kehadiran pria itu untuk menjadi teman makan siangnya hari ini.
Yeonhee? Gadis itu sulit untuk ditemukan mengingat kelasnya tidak cukup dekat.
Sampai di atap, Hyejung membuka kotak bekalnya. Ibunya telah menyiapkan dua sandwich isi daging. Sebenarnya hanya memakan satu potong saja Hyejung sudah merasa kenyang. Ditemani udara yang cukup terik di siang hari ini, Hyejung mulai melahap perlahan makanannya. Tidak ada yang lebih enak dari makanan yang dibuat oleh tangan Ibunya.
"Kau sendirian lagi, di mana Kim Taehyung?"
Suara sedikit serak itu membuat Hyejung menghentikan acara makannya karena harus menoleh. Memastikan apakah suara itu berasal dari orang yang menjadi tebakannya.
Park Jimin.
"Huh? Kau tidak semestinya di sini, Jim."
Benar, seseorang yang hadir itu adalah Jimin. Di saat Hyejung membutuhkan Taehyung dan Yeonhee, kenapa Jimin yang datang? Sebaliknya, ketika dia sedang butuh pria itu, teman yang lain lah yang setia bersamanya. Ia selalu merasa hidupnya berputar-putar, namun tidak pernah menemukan titik ujung.
Jimin melangkah mendekat sebelum Hyejung mundur, "Jangan seperti itu, aku ke sini karena—"
"Ah itu, aku ingin sandwich-mu!" Jimin menarik kotak bekal Hyejung secara tiba-tiba.
"Begitukah caramu meminta makanan orang lain?" Hyejung menatap tajam kelakuan Jimin barusan. Tidak sopan sekali.
"Ayolah, Jung. Aku benar-benar lapar, dan aku tidak sengaja melihatmu kemari." Jimin mulai melahap sandwich-nya, lalu tersenyum jahil.
"Bukankah sekarang kau tidak memerlukan bekal dariku lagi? Kemana bekal dari kekasihmu?"
Hyejung tahu, pertanyaan barusan itu seharusnya tidak keluar dari mulutnya. Tapi dia tidak bisa menahannya terus-terusan. Pertanyaan itu pasalnya sukses membuat Jimin menghentikan kunyahan. Dia memandang kotak bekal milik Hyejung yang telah kosong itu dalam diam. Hanya terdengar helaan napas beratnya yang terlihat lelah.
"Sejujurnya, tidak ada yang lebih enak dari masakan Ibumu." ujar Jimin.
Tentu saja, itu benar. Lihat? Tidak ada yang bisa menolak masakan Ibu Hyejung. Sekali kau memakannya, maka kau ingin terus memakannya.
Namun Hyejung sadar, "Kau tidak boleh berkata seperti itu, Jimin. Bagaimana jika Seulgi mendengar? Dia pasti akan kecewa."
"Sudahlah, jangan bahas itu. Bisa bahas tentang kita saja?" Pria itu berusaha mengalihkan topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Still | PJM
Fanfiction[COMPLETED] Persahabatan antara seorang pria dan wanita tidak ada yang abadi, sama halnya dengan kisah mereka. Berjuang untuk sekedar bertahan, atau bahkan memilih untuk menyerah. Sikap Jimin yang sulit ditebak, sampai cinta sebelah pihak Hyejung y...