16

12K 807 3
                                    

Rio menarik napas panjang, setelah mendengar rencana-rencana yang disusun Fere untuk menyakiti Piere Abramo, Ayah biologisnya.

Ia kemudian berdiri dan meninggalkan meja kerja Fere tanpa berkomentar apapun, di hampirinya lemari es disudut ruangan, membuka pintunya dan berdiri di sana beberapa menit menatap kedalam lemari es yang hanya diisi berbotol-botol air mineral. Selalu sama, di manapun Fere tinggal tidak pernah sekalipun ia melihat Fere menyimpan sesuatu di dalam lemari esnya selain hanya air mineral.

'Harus ada yang bisa merubah dan menghentikan Fere. Tapi siapa?' Pikirnya. Rio yakin Dina tidak tahu apapun tentang rencana Fere ini.

Dina hanya dijadikan alat oleh Fere untuk membalas dendam sakit hatinya terhadap ayah kandungnya yang tidak pernah ada untuknya. Selama hidupnya Fere tidak pernah sekalipun bertemu dengan orang yang mengaku ayahnya, tapi tujuh tahun yang lalu tepat pada peringatan hari kematian Alana. Seorang Piere Abramo datang dan mengaku sebagai ayah kandungnya.

Kebencian yang telah dipupuknya sejak kecil membuat dirinya marah dan tidak pernah ingin bertemu dengan Piere Abramo, orang yang menyebabkan Alana-nya tidak pernah bahagia. Orang yang menyebabkan Alana-nya meninggal dan memilih mengakhiri hidupnya sendiri.

Semua ketidak bahagian Fere di masa lalu disebabkan olehnya, oleh Piere Abramo yang telah menghancurkan hidup Alana. Alananya yang cantik dan anggun tidak pernah menganggapnya ada, Alananya yang terus terpuruk setelah di tinggal Piere Abramo tidak pernah menginginkan dirinya terlahir kedunia ini, Alananya yang selalu menyalahkan kehadiranya karena telah membuat orang yang dicintainya pergi meninggalkannya, Alananya yang tidak pernah mau di panggilnya Ibu.

Seandainya saja pada waktu itu Piere Abramo tidak mendekati Alana dan menghamilinya mungkin Alana masih tetap hidup dan tidak akan ada Fere kecil yang selalu menangis meminta perhatiannya.

Fere diam dan merapatkan bibirnya, rahangnya berubah kaku dan keras. Semua kesalahan bermula dari pria yang sekarang memintanya untuk di panggil Ayah. Pria yang telah mencampakkan Alana dan membuat Alana membenci kehadirannya. Sulit bagi Fere untuk memaafkannya apalagi melupakan perlakuan Alana terhadap dirinya.

"Aku tidak pernah memintamu melupakan masa lalumu, tapi rencana-rencana kamu itu sangat gila dan tidak masuk akal." Rio menghampiri Fere dan duduk di ujung meja, "tolong pikirkanlah Dina yang tidak tahu apapun tentang rencanamu. Dina akan sangat terluka dan akan jauh lebih membencimu dari pada sekarang."

Fere hanya diam tanpa berminat menatap lawan bicaranya.

"Sebaiknya hentikan rencana-rencana bodohmu itu, sebelum semuanya terlambat."

"Tidak, aku tidak akan menghentikannya." Jawab Fere dingin.

"Kalau begitu jangan bawa-bawa Dina kedalam masalah yang sedang kamu hadapi saat ini."

Dan kali ini Fere menatap Rio tajam ketika nama Dina disebut, "aku tidak akan menyakitinya, sedikitpun aku tidak akan pernah melukainya. Aku hanya ingin membuat Piere Abramo menyesali apa yang pernah dilakukannya terhadap Alana."

"Tidak, bukan itu tujuanmu yang sebenarnya," Rio beranjak dan meninggalkan Fere menuju jendela kaca, lagi-lagi dia menatap kebawah, melihat kebisingan kota.

Setelah menganalisa semuanya, Rio baru menyadari kalau dendam yang Fere ciptakan bukan untuk Piere Abramo, tapi untuk dirinya sendiri yang tidak pernah mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang yang harusnya di panggilnya Ibu. Dan Dina harus rela menjadi obsesi Fere untuk mendapatkan apa yang tidak pernah di dapatkannya sewaktu kecil atau malah sebaliknya Fere akan menyakiti Dina untuk dapat melampiaskan amarahnya terhadap Alana.

'aku harus berbicara dengan Dina, bagaimanapun caranya, aku harus menemuinya.'

"Aku tidak ingin Dina tahu dan tolong rahasiakan semua tentang diriku padanya." Tiba-tiba saja Fere sudah berdiri di samping Rio dan dia melakukan hal yang sama dengan Rio yaitu menatap kearah jalan raya.

Rio hanya bisa menarik napas panjang, dia sudah tidak tahu lagi harus bagaimana menolong sahabatnya ini. "Kenapa?" Tanyanya kemudian.

"Masa laluku begitu menyakitkan... Aku tidak ingin di kasihani oleh siapapun termasuk Dina."

"Kalau Dina pintar dan peduli padamu, dia pasti akan mencari tahu sendiri dan aku tidak harus memberitahu dia."

"Aku minta padamu sebagai sahabat. Rahasiakan semua yang menyangkut diriku padanya." Tegas dan dingin jawaban Fere.

***

Belum sempat nyari buat ngisi mul-med dan ubah cover...

Pada akhirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang