Dina POV
Awalnya aku sangat excited, waktu Fere mengajakku ke Thailand untuk merayakan ulang tahunnya, sampai-sampai beberapa hari ini aku rajin googling tentang Thailand terutama Bangkok, aku menghapal beberapa tempat berbelanja, menghapal nama-nama jalan kalau-kalau nanti tersesat, aku juga menghapal tempat-tempat wisata yang mungkin akan ku kunjungi. Tidak hanya itu, aku juga berusaha belajar bahasa Thailand yang terkenal susah itu.
Tapi belakangan antusiasme yang aku rasakan mulai berkurang dan hilang, malah kalau boleh memilih aku lebih baik tidak ikut. Setelah dua hari menjelang keberangkatanku, aku memberitahu kabar bahagia ini pada keluarga dan reaksi mereka sangat diluar dugaan, mereka semua memintaku membelikan oleh-oleh, bisa dibayangkan berapa banyak barang yang harus aku beli dengan uangku sendiri. Ibu dan seluruh penghuni rumah jumlahnya lebih dari dua puluh orang
Aku langsung mengerang frustasi apalagi setelah melihat daftar titipan mereka yang di tulis Ares diatas selembar kertas polio. Ares menulisnya begitu rinci dan detail.
"Arghh!" Ku remas kertas tersebut setelah aku menjatuhkan diri di atas tempat tidur dan tidur terlentang, apa yang harus aku lakukan? Membatalkan keberangkatanku atau terpaksa membeli oleh-oleh untuk mereka dengan catatan bulan ini aku tidak bisa mengirim uang untuk yayasan.
"Ehem, kamu kenapa?" Tahu-tahu Fere telah bersidekap di hadapanku dan menatapku yang terlentang.
Aku terlonjak kaget, spontan bangun. "sejak kapan kamu berdiri di situ?"
"Sejak kamu mengerang frustasi dan tidur terlentang."
"Bikin kaget saja," ku rapikan rambut dan pakaianku dan berusaha menyembunyikan kertas yang sudah tidak berbentuk lagi. Tapi sayang tidak berhasil karena Fere terlanjur melihat dan merebutnya dari tanganku.
"Apa ini?" Dia membaca satu persatu pesanan orang rumah,
"pesanan orang rumah,tidak penting. Sini." Ku rebut kembali kertas tersebut,
"jangan sampai hilang kertasnya, kita akan membeli sesuai pesanan mereka."
"jumlahnya tidak sedikit Fere, lagi pula bagaimana membawanya, sudah lupakan saja."
"Aku tidak merasa keberatan sama sekali, dengan senang hati aku akan memberikan mereka oleh-oleh. Mereka pasti senang... Dina, biarkan aku membahagiakn mereka sedikit saja."
"Terserah kamu,"
"terima kasih, aku senang akhirnya ada orang yang mengharapkan oleh-oleh dariku."
"Memangnya selama ini tidak ada yang meminta?" Fere menggelengkan kepalanya lemah,
aku tersenyum dan menghiburnya, "mulai sekarang dan seterusnya kalau kamu ke luar negeri beritahu orang rumah, mereka akan dengan senang hati menulis daftar titipan." Fere membalas senyumku dan mengacak rambutku yang langsung aku rapikan sambil sedikit ngomel.
"Bereskan pakaiannya, besok kita berangkat,"
"siap Bos,"
"jangan lupa mandi!"
"Apa bau badanku tercium?"
"sampai kearah pintu tercium baunya."
"Eh..."
***
Lega rasanya sudah sampai di bandara Internasional Chi-a-ng Ma-i... Lho kok Chiang Mai, bukankah seharusnya aku berada di bandara internasional Suvernabhumi Bangkok. Positif thinking saja Dina, mungkin Fere mau mengajakmu transit dulu di sini sebelum melanjutkannya ke Bangkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada akhirnya
RomancePada akhirnya aku harus menyerah pada takdir Pada akhirnya aku harus membuang jauh harga diri serta ego ku Pada akhirnya aku harus menunjukkan baktiku pada Ibu. Ibu apapun akan ku lakukan untuk kesembuhanmu, termasuk menjual rahimku untuk mendapatk...