Sudah beberapa hari ini aku dan Mbak Letta kesana kemari mencari pinjaman. Jangan tanya hasilnya karena sampai detik ini pun uang yang kami butuhkan belum kami dapatkan.
Lama sekali aku menatap ponselku dan mencari nama dikontak list untuk mendapatkan pinjaman, ku telusuri satu persatu nama yang tertera di list. Tidak ada satupun nama yang dapat aku mintai pinjaman kecuali Mbak Santi pemilik agency tempat aku bernaung, tapi Mbak Santipun hanya bisa memberiku pinjaman sepuluh juta rupiah saja karena uang sebanyak yang aku butuhkan ia tidak mempunyainya.
Qina... Jangan tanya dia karena kalau dia punya uang sebanyak itu, sudah pasti akan dipakainya untuk biaya kuliah dan pindah tempat kost ke tempat yang lebih layak untuk ditinggali, karena memang selama ini tempat Qina kost sangat dekat dengan kejahatan. Kawasan padat penduduklah yang menjadi tinggkat kejahatan setiap harinya terus meningkat.
Pernah suatu hari aku menyarankan pada Qina untuk pindah dari sana dan jawaban Qina lagi-lagi soal uang, uang yang dia hasilkannya selama ini tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kalau dia pindah kost ketempat yang lebih besar dan layak.
Kembali ku teliti kontak list di ponselku, siapa tahu ada teman dekat yang terlewat. Satu persatu aku lihat dari mulai abjad A sampai Z dan hasilnya nihil, tidak ada satu orangpun yang dapat aku mintai pinjaman.
Akhirnya aku mengerang frustasi. Aku harus bagaimana, cara apa lagi yang harus aku lakukan untuk mendapatkan uang? Mbak Letta sendiri sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia hanya mampu mengumpulkan uang sebanyak tiga puluh lima juta rupiah, itupun tabungan untuk sekolah Galuh kedepannya. Ditambah dengan tabunganku dan hasil pinjaman sana-sini, total terkumpul kurang lebih seratus juta rupiah, dan itu sangat jauh dengan apa yang kami butuhkan. Duh, dari mana aku harus mendapatkan lagi sisanya? Masa iya aku harus jual diri seperti di sinetron-sinetron yang selalu di tonton Karni dan Ibu setiap malamnya.
Menjual keperawan untuk mendapatkan uang, amit-amit jangan sampai hal itu aku lakukan, aku jelas masih punya iman dan harga diri jadi hal-hal semacam itu akan aku jauhi, lagi pula Ibu pasti tidak akan menyetujuinya.
Tiba-tiba saja lagu Adam Sandler terdengar di ponsel yang aku pegang. Sumpah baru kali ini aku sangat benci mendengar suara romantisnya, aku malah ingin sekali melempar ponselku kalau tidak melihat nama siapa yang menelepon.
'Dikal'
Dengan cepat kugeser tombol berwarna hujau, "Ada apa Kal?" Anak itu memang sering menggangguku, dia menelepon tidak pernah kenal waktu dan tempat. Kalau saja dia bukan anaknya Ibu Lily donatur tetap Yayasan kami mungkin aku sudah memarahinya.
Tapi Dikal tetaplah Dikal, bocah berusia enam belas tahun yang aku kenal dari lahir, bahkan sewaktu Dikal balita aku sering membantu Ibu Lily menyuapinya makan.
Berbicara tentang Ibu Lily kenapa tidak terpikir olehku untuk meminjam uang padanya, Ibu Lily pasti akan membantuku kalau dia tahu Ibu dirawat di rumah sakit. Kalau perlu sertifikat rumah dan Yayasan akan aku bawa sebagai jaminan. Toh, kalaupun aku tidak bisa membayarnya, setidaknya rumah dan Yayasan masih bisa tetap kami tempati. Ibu Lily tidak akan sekejam itu mengusir kami, dia wanita yang baik dan selamanya akan tetap baik meskipun kami sudah tidak bertetangga lagi. Ya, semenjak suaminya meninggal dan dia menikah lagi dengan pengusaha kaya bernama Indrayana, dia lebih memilih pindah dan tinggal di rumah suami kayanya. Tapi meski demikian tidak pernah sekalipun Ibu Lily melupakan kami, sampai hari ini, detik ini dia selalu membantu kesusahan kami.
"Kamu masih dimana sayang?" Panggilan Dikal membuat aku jengah, sudah berapa kali aku tegaskan padanya jangan pernah memanggilku sayang! Tapi mana mau Dikal mendengarkanku.
"Di... Rumah sakit," Ya Tuhan, aku benar-benar lupa kalau hari ini jadwal Dikal les private, "maafkan Teh Dina Kal, Teteh lupa. Tiga puluh menit lagi sampai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada akhirnya
RomancePada akhirnya aku harus menyerah pada takdir Pada akhirnya aku harus membuang jauh harga diri serta ego ku Pada akhirnya aku harus menunjukkan baktiku pada Ibu. Ibu apapun akan ku lakukan untuk kesembuhanmu, termasuk menjual rahimku untuk mendapatk...