13

52.1K 1.8K 23
                                    

Fere POV

Senyum kemenangan ku perlihatkan dihadapan Dina, aku sudah menang atas dirinya. Ide membuat anak yang disarankan Risman cukup sepadan dengan uang tiga ratus juta rupiah yang diinginkannya.

Tapi kata 'menikah' tidak ingin aku dengar dari mulut siapapun termasuk mulut wanita di hadapanku ini. Aku menginginkan tubuhnya, bukan berarti aku harus menikahinya! Membuat komitmen dengan seseorang adalah hal yang selalu ingin ku hindari dan ingin kujauhi.

Tidak sedikitpun terlintas di benakku untuk bisa menikahi seseorang apalagi punya anak darinya. Aku sudah terlalu nyaman dengan hidupku ini, aku tidak membutuhkan keluarga, aku tidak membutuhkan dukungan dari siapapun, aku bisa berdiri sendiri dengan kakiku ini.

Trauma masa lalu lah yang menyeretku untuk hidup egois dan tidak mempedulikan orang lain. Bertahun-tahun aku mengasingkan diri demi menghindari orang-orang yang merusak masa laluku, masa dimana aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan kebahagian hidup.

Dan sekarang aku malah dihadapkan pada wanita berparas cantik yang memintaku untuk menikahinya karena ide Risman yang menurutku sangat tolol. Dan bodohnya aku malah mengikuti sarannya sampai aku terjebak disini bersama wanita yang sama sekali tidak bisa aku lupakan.

Risman harus mempertanggung jawabkan ide tololnya itu. Tanpa menunggu lebih lama lagi aku langsung menghubungi Risman lewat ponselku, tidak peduli malam sudah semakin larut, aku tetap memintanya untuk datang kemari.

***

Risman duduk disampingku berhadapan dengan Dina yang sedang menunggu keputusanku.

Tidak ada sedikitpun keuntungan buatku seandainya aku menikahinya, tapi Risman kembali meyakinkanku dengan ide tololnya itu, bahwa jika aku bersedia menikahi Dina maka dengan mudah aku bisa membalaskan sakit hatiku terhadap dua orang yang akhir-akhir ini mengaku sebagai orangtuaku. Terutama pria yang selalu mengharapkan aku memaafkan kesalahannya.

"Baiklah, aku bersedia menikahimu." Ucapku akhirnya. Sebuah rencana baru telah tersusun rapih di dalam otakku, aku ingin sekali melihat pria itu menyesali perbuatannya dimasa lalu.

"Kalau begitu aku akan menyiapkan beberapa surat kontraknya." Risman yang telah membantuku selama aku kembali ke kota ini mengeluarkan beberapa kertas dari dalam tas kerja yang di bawanya.

"Kontrak?" Aku dan Dina hampir bersamaan mengucapkannya sehingga tanpa sadar kami saling menatap.

"Uang yang dibutuhkan Ibu Dina bukan jumlah uang yang sedikit dan bagaimana seandainya Ibu Dina membawa lari uang yang Pak Fere berikan dan tidak menepati janjinya."

"Jadi kamu meragukanku?" Dina merasa tersinggung dan menatap Risman sedikit marah.

"Bukan begitu Bu Dina, ini hanya untuk berjaga-jaga saja. Kita tidak pernah tahu kedepannya akan seperti apa." Tidak salah Om Indra memilih Risman untuk menjadi asistenku, dia begitu cekatan dan tahu apa yang harus dikerjakannya sebelum aku menyuruhnya.

"Mana yang harus aku tandatangani?" Tidak ada ruginya aku menikahi Dina walaupun diatas surat perjanjian. Toh, aku masih bisa menikmati tubuhnya, bukankah aku menginginkan lebih banyak dari yang diharapkan.

"Tunggu..." Dina sukses menghentikanku yang hendak menggoreskan tandatangan diatas kertas bermaterai yang di sodorkan Risman. "Aku ingin uang tunai, bukan berupa cek atau giro." Lanjutnya

"Gampang diatur, berapa nomor rekeningmu?" Kuambil ponsel yang aku simpan di dalam saku kemeja denim yang ku pakai. Dan dengan lancar Dina menyebutkan nomor rekeningnya.

"Sudah aku kirim." Ku perlihatkan ponselku padanya dan Dina mengangguk lalu buru-buru mengeluarkan ponselnya dan mengecek jumlah uang yang aku transfer melalui M-banking.

Pada akhirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang