Author POV
"Dari mana kamu?" Suara Fere menggema di tengah kegelapan malam, waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Nada suara yang begitu dingin dan dalam membuat Dina secara langsung menghentikan langkahnya, padahal ia masuk dengan cara mengendap-endap supaya tidak menimbulkan suara sedikitpun, otomatis ia berhenti dan mengedarkan pandangannya mencari sosok Fere.
Lampu menyala, ruangan yang tadinya gelap dan hanya diterangi lampu taman yang menyorot di sela-sela jendela menjadi terang benerang. Dina sempat mengerjapkan matanya beberapa kali menyesuaikan penglihatannya. Tidak jauh darinya Fere berdiri di dekat saklar listrik, dia menatap Dina dingin dan marah, pakaian kerjanya sudah tidak beraturan. Jas mahal sudah tidak dipakainya, begitupun dengan dasinya, beberapa kancing kemeja birunya telah terbuka dengan lengan kemeja digulung secara asal, sebagian besar kemeja bagian bawahnya sudah keluar dan rambutnya tidak serapi biasanya.
"Aku tanya dari mana?" Dengan bersidekap melipat kedua tangan didada Fere menunggu jawaban Dina.
Dina hanya diam, ia bingung harus menjawab apa. Berbicara jujur atau bohong? Kalau jujur kemarahan Fere pasti akan bertambah, Fere pernah melarang Dina untuk tidak menemui orangtuanya, orangtua yang sangat dibencinya. Tapi kalau ia berkata bohong Fere pasti tahu segalanya.
"Dari rumah Ibu, ada sedikit masalah dengan yayasan," akhirnya Dina memilih berbohong dan apa yang di dengar Dina selanjutnya...
"Kamu pikir aku ini bodoh dan tidak tahu apapun, heh! Untuk apa kamu menemui Rio dan berkunjung ke rumah Dokter keparat itu?" Fere mendekati Dina yang diam dan tidak mau menatap mata lawan bicaranya.Dina mengatupkan bibirnya dengan mata menatap objek lain, bukan manusia super pemarah seperti Fere.
Tapi setelah mendengar Fere yang mengetahui segala kegiatannya selama seharian ini, Dina menjadi marah dan kecewa, ia balas menatap mata morion milik Fere, mata yang paling dibencinya, mata yang tajam dan dalam.
"Kamu memata-mataiku... Kamu menempatkan seseorang untuk mencari tahu kegiatanku... Kamu... Yang kamu lakukan itu sudah sangat keterlaluan!" Dina betul-betul tidak menyadari bahwa Fere mampu melakukan apapun.
"Aku melakukan apapun yang aku mau." Dan sekarang mereka sudah saling berhadapan.
"Sejak kapan?" Mereka saling menatap satu sama lain dan mengunci tatapannya.
"Sejak aku mengenalmu."
Dina langsung membuka mulutnya lalu menutupnya dengan tangan, ia tidak percaya sama sekali dengan pengakuan Fere, Fere menempatkan seseorang untuk memata-matainya, bahkan jauh sebelum mereka menikah. Sangat jelas Fere tidak menaruh kepercayaan sedikitpun padanya.
"Kamu sudah sangat keterlaluan!" Dina mendorong dada Fere dengan kecewa, "kamu tidak pernah memberiku sedikit saja kepercayaan. Aku kecewa denganmu."
"Yang harusnya kecewa disini itu aku bukan kamu!"
"Kenapa kamu yang harus kecewa? Sudah sangat jelas kamu disini menempatkan seseorang untuk menguntitku."
Sial! Kenapa Dina malah balik marah dan menyerangnya? Dari mana kekuatan itu datang? Dina tidak pernah semarah itu sebelumnya.
Tapi Fere lebih marah dari Dina, ia sudah merasakan kemarahan itu dari tadi siang semenjak Dina pergi menemui Rio dan berkunjung ke rumah orang yang paling dibencinya, entah apa yang di korek Dina dari mereka berdua. Sepanjang hari Fere terus menerus memarahi karyawan yang ditemuinya dan dia memecat beberapa karyawan yang bertanya padanya.
Kemarahan Fere memuncak ketika ia pulang kerumah dan tidak mendapati Dina dimanapun, ia menunggu Dina dengan muak, ia berdiri di depan jendela tanpa beranjak sedikitpun. Sudah untung ia hanya menempatkan seseorang untuk mengikuti Dina, bukan menyekapnya sehingga dia tidak bisa kemanapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada akhirnya
RomancePada akhirnya aku harus menyerah pada takdir Pada akhirnya aku harus membuang jauh harga diri serta ego ku Pada akhirnya aku harus menunjukkan baktiku pada Ibu. Ibu apapun akan ku lakukan untuk kesembuhanmu, termasuk menjual rahimku untuk mendapatk...