29

43K 1.9K 83
                                    

18+

Perlahan-lahan Dina menyandarkan punggungnya ke pinggiran bathtub dan menenggelamkan badan telanjangnya sampai sebatas dagu. Tanpa sadar ia memejamkan matanya, menikmati hangatnya air, di hirupnya udara sedalam-dalamnya, harum lavender dari sabun yang dipakainya membuat tubuh lelahnya menjadi rileks.

Dina menyungingkan senyum kala teringat kejadian tadi siang, ia sama sekali tidak menyangka sifat isengnya bisa membuat Fere panik. Fere ikut berlari mengimbangi dirinya, bahkan Fere rela berdesak-desakan didalam bis meski Dina tahu Fere merasa tidak nyaman tapi Fere sama sekali tidak mengeluh, dia hanya sedikit risih di tatap penumpang lain dengan tatapan heran.
Sungguh, kejadian yang tidak akan pernah dilupakan Dina seumur hidupnya.

Dina masih menyinggingkan senyum ketika matanya mulai berat, hangatnya air benar-benar membuat dirinya terbuai. Perlahan-lahan pikirannya kosong dan napasnya mulai teratur, tidak membutuhkan waktu lama Dina akhirnya tertidur.

***

Kali ini Fere yang menghubungi Risman setelah beberapa jam lalu ponselnya ia matikan dan baru mengaktifkannya kembali setelah berada di ruang kerjanya. Cukup lama ia berbicara dengan Risman sambil mengcek beberapa email yang masuk lewat laptopnya. Tapi ia terlalu lelah untuk mempelajari dan bertanya ini-itu pada Risman tentang meeting hari ini. Maka Fere menyudahi obrolannya sambil meregangkan otot-otonya yang terasa kaku. Ia butuh makan dan mandi untuk memulihkan tenaganya yang terkuras.

Dina... Fere tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, dia sungguh wanita istimewa dengan segala kekurangan dan kelebihan yang di milikinya. Terima kasih karena telah membuatnya bahagia hari ini.

Dengan bibir menyunggingkan senyum bahagia Fere berjalan menuju arah pintu dan senyum itu tiba-tiba lenyap ketika ia membuka daun pintu, wajah serius dan dingin kembali ia pasang ketika melangkah pergi meninggalkan ruang kerjanya.

Fere berjalan menuju kamar tidurnya sambil membuka jas yang dari tadi ia pakai, di lemparnya jas tersebut kearah tempat tidur setelah ia masuk. Fere kemudian berjalan menuju walk in closet, tangannya tidak diam, ia membuka beberapa kancing kemeja bagian atas yang sudah sangat mencekik lehernya, kemudian dengan santai ia menggulung lengan kemejanya.

Tatapan mata Fere beralih kearah pintu toilet yang sedikit terbuka dengan lampu masih menyala di dalamnya. Satu lagi kebiasaan Dina yang tidak bisa diubahnya, Dina selalu lupa mematikan lampu setelah dia memakai toilet, bahkan dia sering lupa menutup kembali pintunya, tapi kali ini Fere tidak marah karena hatinya sedang bahagia. Ia dengan senang hati mau mematikan lampu dan menutup pintu toilet tanpa perlu mengumpat ataupun mengomel terlebih dahulu.

Fere berjalan mendekati pintu toilet dengan tangan terulur hendak meraih saklar listrik, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ia tanpa sengaja melihat seseorang sedang berendam di dalam bathtub sambil memejamkan matanya. Ia terkesiap, seketika itu pula ia membeku menyaksikan pemandangan yang tidak ingin ditukarnya dengan apapun di dunia ini. Demi Tuhan Dina benar-benar cantik tanpa busana seperti itu, dia bagai sebuah lukisan langka yang siap diburu para kolektor.

Untuk beberapa saat Fere menahan napasnya dengan mata tidak berkedip sedikitpun, seolah-olah kalau ia mengedipkan matanya tubuh telanjang Dina yang baru pertama kali dilihatnya itu akan lenyap begitu saja. Ia laki-laki normal yang tidak akan menyia-nyiakan kejadian langka seperti ini.

Dengan tatapan matanya ia menelusuri keseluruhan diri Dina. Warna hitam rambutnya sangat kontras dengan kulit putihnya yang mulus tanpa cacat, wajahnya cantik dan lembut membuat siapapun yang melihatnya akan langsung mengakui kecantikannya, bibirnya... Bibir itu yang selalu ingin dicicipi Fere setiap saat. Pandangan mata Fere berlabuh kearah leher jenjang Dina, ia bersumpah jika di beri kesempatan ia tidak akan melewatkan sedikitpun dari leher itu untuk dicumbuinya. Matanya turun lebih kebawah dan menatap sepasang payudara bulat nan kencang milik Dina, meski terhalang riak air tapi cukup jelas bagi penglihatan Fere, perut rata dengan lubang pusar kecil menambah keseksian tubuh Dina. Fere sempat menarik napas berat ketika matanya tertuju pada lipatan dibalik kedua paha Dina, akan seperti apa rasanya jika miliknya berada sana? Napasnya mulai memburu karena fantasi liar yang ada di dalam otaknya, jakunnya naik-turun, dan dengan susah payah ia menelan ludahnya karena tenggorokannya tiba-tiba saja merasa kering. Hasrat datang tanpa diundang membuat selangkangannya sakit, ia ingin pelepasan sekarang juga, ia ingin merasakan bagaimana nikmatnya kedua tangannya menggenggam payudara milik Dina, ia ingin merasakan sensasi yang sangat luar biasa ketika miliknya berada di dalam milik Dina, ia ingin memiliki tubuh Dina secara utuh.

Pada akhirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang