Fere POV
Perjanjian tetap perjanjian, meskipun aku enggan untuk melaksanakannya, tapi perjanjian itu telah dibuat dan disepakati bersama.
Aku dan Dina sudah menandatangani surat kontrak yang telah kami berdua sepakati. Sesuai isi perjanjian tersebut Dina harus rela mengandung anakku. Anak yang sebetulnya tidak aku inginkan, walau bagaimanapun juga hanya itu satu-satunya caraku untuk mengikat Dina.
Dan besok pagi adalah hari penentuan itu, hari dimana Dina harus siap mengandung anakku dan berada disisiku lebih lama. Sembilan bulan, cukup bagiku untuk membuat Dina jatuh cinta.
***
Ku tatap rumah sakit yang di rekomendasikan Rio untukku. Sebuah rumah sakit mewah dengan fasilitas dan team Dokter nomor satu. Aku memang menginginkan yang terbaik untuk Dina.
"Kamu dimana?" Dina langsung menanyakan keberadaanku ketika aku mengangkat telepon darinya.
"Aku di gerbang masuk, pintu selatan." Ku jawab pertanyaan Dina setelah aku menemukan sebuah papan tergantung dengan tulisan 'Pintu selatan.
"Tunggu aku di sana, aku akan menjemputmu."
"Tidak usah, kamu tinggal sebut lokasimu dan aku yang akan menuju kesana."
"Baiklah, ruang ginekolog lorong timur. Dengan nomor antrian sembilan dan aku tinggal menunggu dua pasien lagi. Jadi kalau kita ingin masuk berdua, kamu harus secepatnya datang."
"Iya bawel. Tunggu aku sebentar lagi sampai."
Aku tersenyum ketika melihat Dina duduk diantara pasien lainnya, wajah Dina tampak tegang karena beberapa kali kulihat dia menggenggam tali tas Prada yang di pakainya. Kejadian kali ini mengingatkanku pada beberapa bulan yang lalu, ketika untuk pertama kalinya Dina pergi bersamaku.
"Hai," sapaku dan duduk disampingnya lalu menggenggam tangannya yang dingin. Dengan menggenggamnya siapa tahu bisa mengurangi ketegangannya.
"Tinggal satu pasien lagi selanjutnya aku." Mata Dina menatapku cemas.
"Kalau kamu mau, kita bisa menundanya satu sampai dua bulan mungkin atau setelah kamu benar-benar siap." Sejujurnya aku ingin Dina bilang 'iya aku tidak keberatan menundanya'
Dina menarik napas panjang dan menghembuskannya, "tidak, aku tidak ingin menundanya akan sangat sulit membuat janji berikutnya dengan Dokter terbaik di rumah sakit ini."
"Kalau kau punya Rio semuanya akan lebih mudah. Rio bisa membuat janji kapanpun kita siap." Bukankah Rio sangat menjaga hubungan baik dengan pemilik rumah sakit ini. Membuat janji temu dengan salah satu Dokter tidak akan sulit.
"Ibu Dina, silakan masuk." Seorang suster memanggil nama istriku.
"Sayang masih ada waktu kalau kau mau membatalkannya,"
Dina tersenyum lalu menggeleng pasti, "temani aku."
Ku lihat seorang Dokter wanita sedang duduk di balik sebuah meja sambil mempelajari tulisan diatas kertas di hadapannya, wanita muda dan cantik itu menatap kearah kami dan tersenyum. "Silahkan du... DINA."
Dia berdiri dan menghambur kedalam pelukan istriku. "Apa kabar kamu?" Tanyanya sambil mencium pipi kiri dan kanan.
"Baik, kamu sendiri bagaimana?"
Dina yang semula tegang dan ragu untuk masuk berubah senang kala melihat Dokter yang kemungkinan besar adalah temannya itu."Sangat baik. Ya, Tuhan. Aku kangen banget sama kamu Mel."
"Sama aku juga kangen."
"Ini...ini suamimu, Din?" Dokter muda nan cantik itu memberikan senyum terbaiknya untukku. Walau demikian senyum Dina tetap jauh lebih menawan dimataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada akhirnya
RomancePada akhirnya aku harus menyerah pada takdir Pada akhirnya aku harus membuang jauh harga diri serta ego ku Pada akhirnya aku harus menunjukkan baktiku pada Ibu. Ibu apapun akan ku lakukan untuk kesembuhanmu, termasuk menjual rahimku untuk mendapatk...