21

12.9K 814 4
                                    

Author POV

Setelah berpamitan Fere benar-benar membawa Dina pergi menuju rumah seseorang yang paling di bencinya. Seseorang dimasa lalunya yang selalu ingin ia hindari. Kalau bukan karena dendamnya Fere tidak akan pernah mau memperkenalkan Dina pada mereka. Dan mereka harus tahu bahwa Alana masih tetap ada di hati Fere meskipun kejadiannya telah bertahun-tahun lalu, Fere tidak mungkin bisa melupakannya begitu saja.

Diliriknya sekilas Dina yang sedang duduk di sampingnya, Dina begitu menikmati perjalanan kali ini, dia tidak sibuk melihat-lihat jalan yang di lalui atau duduk siaga dan menjauhi Fere. Dia begitu santai dan rileks tapi ada yang aneh, pikir Fere.

Kembali Fere memperhatikan cara duduk Dina yang tidak biasa, dia menegakkan punggungnya tanpa berani menyentuh sandaran jok mobil. Kali ini dia kenapa?

Fere melajukan mobilnya dengan cepat sebelum mengeremnya secara mendadak, cittt... Dan mereka pun sampai terpental ke depan lalu terhempas kebelakang. Dina sempat kaget, mengelus dadanya tanpa ada makian-makian atau sumpah serapah untuk Fere. Dia kembali duduk tegak.

"Hati-hati," ucapnya kemudian, "beruntung jalanan sedang kosong. Coba kalau seandainya di depan ada mobil dan kamu menabraknya mungkin kita bisa saja tinggal di rumah sakit."

Ini baru Dinanya, tapi kenapa dia hanya menasehatinya. Bukankah Dina akan mengomel dan menyalahkan keteledorannya. Ada yang aneh dengan diri Dina? Dan sejujurnya Fere tidak menyukainya sama sekali.

"Cara kamu duduk mengganggu penglihatanku." Akhirnya Fere mengutarakannya setelah mobil berhenti di bahu jalan.

"Oh, maaf." Dia merapikan pakaiannya dan kembali duduk tegak.

"Hanya itu, hanya itu jawabanmu?" Fere terlihat kesal karena Dina tidak mengerti maksud perkataannya.

"Lalu kamu ingin aku menjawab apa?"Dina merubah posisi duduknya tapi tetap tidak menyentuh sandaran jok mobil.

"Setidaknya jelaskan kenapa kamu duduk seperti itu!" Bentak Fere, memperjelas ucapannya.

"Oh, itu..." Dina mulai tersipu, ia tidak berani membalas tatapan tajam Fere.

"Heh..." Fere menunggu jawaban Dina dengan tidak sabar.

"Itu karena..." Dina menelan ludahnya beberapa kali karena terlalu malu dan gugup, "itu karena... Karena aku tidak ingin mempermalukanmu dengan memakai pakaian kusut. Apa kamu tahu bahan sutra seperti ini mudah sekali kusut dan meninggalkan bekas." Fere mengalihkan tatapannya, dia tertawa begitu keras.

"Jadi karena itu? Aku bisa membelikanmu pakaian dengan bahan lain supaya kamu tidak merisaukannya." Ucap Fere di sela-sela tawanya.

"Tidak perlu, aku terlanjur jatuh cinta pada pakaianku ini."

"Kalau begitu duduk santai, aku jamin kamu tidak akan pernah mempermalukanku dengan pakaian kusut. Dan lagi aku hanya ingin mengajakmu bertemu seseorang bukan kesebuah event besar." Fere mendorong tubuh Dina dengan lembut untuk bersandar.

"Begini lebih baik," Dia mulai menjalankan mobilnya secara perlahan menuju arah tujuannya yaitu sebuah kompleks perumahan elite yang berada tepat di belakang rumah sakit Harapan.

Sebelum sampai di tempat tujuan Fere harus melewati dua pemeriksaan, pertama dia harus melewati satpam kompleks dan menulis sedikit laporan di sana, kedua dia kembali di introgasi satpam rumah sebelum di perbolehkan masuk.

"Memangnya kita akan kerumah siapa sih?" Akhirnya Dina bertanya karena rasa penasarannya.

"Turunlah," Fere mengajak Dina turun setelah memarkirkan mobilnya di tempat khusus. Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Dina.

Pada akhirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang