17

54.7K 1.9K 31
                                    

Fere POV

"Terima kasih banyak Re, Om tidak tau lagi harus membalas semua kebaikanmu dengan apa?" Om Indra menepuk bahuku seusai meeting, dia tersenyum bangga padaku. Sudah sangat lama aku tidak pernah melihat senyum bangga Om Indra yang ditunjukkan untukku, terakhir kali aku melihat senyum itu di hari kelulusan gelar sarjana yang aku dapatkan, tepatnya tujuh tahun lalu. Tapi dihari itu juga dia memperlihatkan kecemasannya setelah melihat Piere Abramo datang menemuiku dan memperkenalkan dirinya sebagai Ayah yang tidak pernah ku kenal.

"Om bangga padamu." Ucapnya tulus.

Aku hanya tersenyum kecil sambil membereskan beberapa berkas yang masih berserakan diatas meja. Hari ini adalah meeting terakhir yang aku lakukan untuk menyelamatkan Faddist fashion. Karena kelalaian dan ketidak hati-hatian Om Indra dalam menjalankan roda bisnisnya, aku harus turut campur membantu Om Indra dan kembali menanamkan modal untuk sebuah perusahaan yang bukan bidangku. Demi nama baik Om Indra apapun akan aku lakukan, seperti Om Indra yang merawat dan menolongku selama ini.

Sejak Alana yang tidak pernah menganggapku ada meninggal, hak asuh atas diriku sepenuhnya berada di tangan Om Indra, adik angkat Alana. Termasuk semua aset yang ditinggalkan keluargaku untuk sementara di pegang Om Indra sampai aku cukup umur dan bisa mempertanggung jawabkan semuanya. Tidak sedikitpun Om Indra mengambil keuntungan dari harta warisan keluargaku.

Om Indra telah bekerja keras mempertahankan dan mengembangkan hotel peninggalan keluargaku. Tapi sekarang dia tidak perlu bekerja keras lagi karena aku sudah bisa berdiri sendiri, bahkan hotelku jauh lebih maju ketika berada ditanganku.

"Seandainya kamu tidak membantu Om, apa yang akan terjadi dengan perusahaan Om?" Tarikan napas panjang kudengar setelah Om Indra duduk di kursi lain yang ada tepat di sampingku.

"Gulung tikar dan memulai lagi dari awal." Jawabku asal.

Om Indra kemudian tertawa, "bagaimanapun terima kasih banyak." Ucapnya sekali lagi.

"Apa yang aku lakukan sekarang ini tidak sebanding dengan kebaikan Om selama ini."

"Tidak perlu berhutang budi seperti itu... Tanpa adanya Kakek-Nenekmu dan tentu saja Alana. Om tidak akan pernah menjadi bagian dari keluargamu."

Aku hanya tersenyum kecil, lalu mengambil air mineral yang ada di depanku dan meneguknya sampai tandas, "bagiku Om adalah satu-satunya kerabat yang aku punya, setelah kematian Alana. Kebaikan Om tidak bisa aku balas dengan apapun... Dan masalah ini hanya sebagian kecil hal baik yang bisa aku lakukan untuk menolong Om."

"Semakin hari kamu jauh semakin dewasa. Om betul-betul bangga punya keponakan sepertimu... Dulu Om sempat khawatir denganmu, tapi rupanya Lombok membawa perubahan besar pada dirimu."

"Karena Piere Abramo tidak akan bisa menemuiku di sana."

"Hhm..." Om Indra kembali menarik napas panjang, "dia Ayahmu Re, darah Abramo mengalir dalam dirimu."

"Dia bukan Ayahku! Dia hanya orang yang tanpa sengaja menghamili Alana."

"Suka tidak suka, mau tidak mau. Dia tetap Ayahmu, orang yang membuatmu ada di dunia ini."

"Tapi karena dia juga Alana membenciku dan tidak pernah menganggap ku ada! Karena penderitaan yang dia berikan Alana lebih memilih bunuh diri dibanding harus hidup denganku... Semua penderitaanku selama ini berasal darinya, dari Piere Abramo, orang yang tidak akan pernah aku maafkan seumur hidupku."

Biasanya setelah melihat kobaran api kebencian di pupil mataku, Om Indra lebih memilih diam dan menunggu sampai emosiku kembali reda, tapi kali ini dia tidak begitu.

Pada akhirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang