Part 14 (Elvina POV)

5.7K 475 5
                                    

Entahlah, aku hanya bisa diam dan menahan tangis ku saat mendengar teriakan El dari dalam.

Ku lirik Alfaro sekilas, dia juga sama seperti ku hanya bisa diam memandang pintu kamar El yang tertutup rapat itu.

Ku dengar Alfano menarik nafas dan membuangnya dengan kasar.

"Sayang, dengerin papi".
"Papi bakal berusaha mewujudkan permintaan kamu tapi tolong buka dulu pintunya ya". Ia pun kembali mencoba membujuk el

"EL GAK MAU, SEBELUM PAPI SAMA MAMI JANJI SAMA EL hiks hiks". Ya tuhan aku tak ingin memberikan janji kosong kepada el.

"Iya papi janji sayang, buka ya". Ya tuhan kenapa juga dia harus berjanji.

"MAMI". Teriak el yang sukses membuat ku terkejut.

"I-i-ya mami ja-jan-ji". Ucap ku ragu

tak begitu lama pintu kamar El terbuka, ku lihat El berusaha mengusap air matanya.

Aku pun segera memeluknya tanpa mengucapkan apa pun, aku hati kusangat sakit melihat anak ku seperti ini.

"Mami". Panggil El dengan suara seraknya sehabis menangis, aku pun segera melepaskan pelukan ku dan menatap malaikat kecil ku ini.

"Papi". Lagi-lagi ia mengeluarkan suaranya dan itu memanggal Alfaro, yang di panggil pun hanya memberikan senyumnya kepada El, uhhh dasar sok manis.

"El, ingin papi sama mami tinggal sama el". Aku hanya diam saja mendengarkan ucapan el kepada kita hmm maksudku, aku dan alfaro

"Jadi, mulai nanti malam papi tidur di sini sama El dan mami, gak boleh nolak karna papi dan mami udah janji sama el, janji adalah hutang itu sih kata omah resi". Ya tuhan apa lagi ini, kenapa el punya fikiran seperti itu sih.

"Tapi El, mami dan papi kan gak ada ikatan pernikahan jadi gak boleh tidur satu rumah nanti timbul fitnah". Aku pun mencoba menerangkan dengan lembut.

Bisa bahaya kalau alfaro tinggal disini, bisa timbul fitnah lagi.

Dan ku lihat el sempat terdiam sambil tatapannya menerawang lurus.

"Ya mami sama papi nikah aja kan beres". Mendengar itu keluar dari ucapan El maembuat ku terdiam dan tak bisa berkata-kata lagi.

"Iya papi dan mami bakal menikah tapi gak sekarang sayang". Ucap alfaro tenang dan aku pun menderkan nya serasa ingin mencabik-cabik mulut itu.

"Pokoknya El minta nya sekarang". Bentak el dengan wajah yang terlipat dan itu tandanya ia akan mnangis, ya tuhan aku hanya bisa diam mendengar dan melihat semua ini, aku bingung harus bagaimana sekarang dan aku juga memikirkan kata-kata Daddy.

Aku tak mau egois lagi, aku harus mimikirkan perasaan el, harus bisa membahagiakan anak ku, malaikat ku, aku sangat menyayangi dia, aku rela sakit hati demi dia, semoga aku bisa melakukan ini semua dan semoga keputusan ku benar.

"Sayang dengerin mami". El pun diam
"Menikah itu gak gampang sayang, butuh proses buat urusin document-documentnya sayang". Ucap ku yang lembut berhasil buat El diam dan menundukkan kepalanya tapi sesaat kemudian ia mendongakkan kepalanya dan menatapku.

"Mami kan punya uang banyak, mami bisa kan urusin document-document untuk menikah dengan ngasih uang ke anak buah mami". Ucapan El berhasil membuat ku terdiam dan tak tau harus menjawab apa.

"Pokoknya El gak mau tau, besok mami dan papi harus sudah menikah dan tinggal bareng dengan el". Bentaknya dan itu sukses membuat ku ternganga, kenapa El seperti ini.

"Tap--".

"Kalau mami gak mau turutin kemauan El, El bakal bilang sama oma ghina untuk bawa El pergi". Lanjut El dangan mengancamku.

Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan, aku hanya diam dan pasrah saja dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Baiklah jika kemauan anak papi seperti itu, besok papi dan mami pasti akan menikah". Pernyataan itu sukses membuat ku semakin terkejut dan aku melirik tajam laki-laki yang sudah membicarakan pernyataan omong kosong itu.

"El, el sekarang mandi terus makan, oh ya mami lupa kasih tau el, om fadlan ada di bawah loh, el gak mau temuin om fadlan?". Ucap ku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan yang tak masuk akal itu.

"Gak, sebelum mami janji dan setuju". Ya tuhan, kenapa aku memiliki anak yang sifatnya seperti ini, ini semua pasti gara-gara oma resi.

"Mami gak mau janji el, mami takut gak bisa nepati janji mami nanti".

"Kalau mami gak mau janji berarti mami gak sayang sama el". Ck anak ini selalu begitu, selalu mengeluarkan jurus mautnya itu dan tatapan yang teramat sedih, melihat dia seperti itu membuatku semakin bersalah.

"Hmm i-iya mami jan-ji". Mendapat jawaban dari ku, El pun menganggkat semyumnya, aku bahagia melihat dia bahagia, apa pun aku harus mempertahankan senyum dan kebahagian milik El.

"Mami, boleh bicara dengan papi sayang?". El pun hanya mengangguk dan memberikan senyumannya kepada ku, dan sebelum aku pergi, El segera mencium seluruh wajahku.

"Papi, jongkok". Setelah mencium wajahku, el juga melakukan hal sama kepada alfaro, aku hanya diam saja melihat itu semua.

Setelah sudah selesai, el segera meninggalkan ku dan alfaro berdua.

tak ada yang membuka suara sama sekali, aku hanya diam dan menunggu alfaro membuka percakapan terlebih dulu tapi bukan kah aku yang tadi ingin berbicara kepadanya, ya sudahlah apa boleh buat.

"Hmmm". Dehem ku
"Masuk". Aku pun akhirnya menyuruh alfaro masuk ke dalam kamar el, alfaro hanya menurut dan melangkah masuk, setelah itu ia pun segera menutup pintunya.

Aku menatap jendela dengan lurus.

"Soal tadi?". Tanya alfaro membuka percakapan pertama kali dan itu sangat tepat sekali.

"Iya". Jawab ku singkat.

"Aku serius prill, aku ingin menikahi mu".

"Bagaimana dengan istri mu?".

"Aku akan ceraikan dia". Mendengar jawaban itu aku pun menggelengkan kepala.

"Tidak, jangan ceraikan istri mu".

"Maksudmu?".

"Jangan sakiti dia, dia sangat mencintaimu dan tak ingin kehilangan mu, aku tak mau ia terluka karna diri ku, ia tak tau apa-apa dan...".

Aku pun menarik nafas dalam dan menghembuskanna perlahan.

"Jadikan aku istri kedua mu". Saat mengucapkan itu entah mengapa dada ku serasa sesak dan nafas ku seperti berhenti.

"Kau gila prill, aku tak akan membuat mu sakit lagi, aku tak ingin kau terluka lagi, aku mencintai--".

"DAN KAU GILA, JIKA KAU MEMBUAT MENANGIS WANITA YANG SANGAT MENCINTAIMU". Bentak ku kepada alfaro dan ia pun diam menerima bentakan ku.

"Kamu tau al, sakit saat kita di sakiti oleh orang yang sangat kita cintai dengan tulus dan itu yang pernah aku rasain, jadi jangan pernah kamu menyakiti hati wanita yang sudah mencintai mu".

"Jika kau mau menikahi ku, turuti apa yang aku katakan barusan dan jangan sampai public mengetahui jika aku sudah menikah, rahasiakan semuanya".

Setelah berbicara seperti itu aku pun berbalik dan pergi meninggalkan alfaro terdiam sendiri.

~~0~~

Banyuwangi, 13 Maret 2017

Arrogant CEO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang