Part 25 (Author POV)

2.4K 149 16
                                    

Terlihat gadis kecil nan lucu menggemaskan sedang terikat di salah satu bilik kamar.

Ya gadis itu adalah El.

Di lain sisi di ruangan yang sama terlihat seorang wanita dewasa yang masih bisa di bilang cukup muda tersenyum licik dan mulai berjalan mendekat.

"Gara-gara ibu mu hidup ku jadi berantakan, jika ibu mu tidak mengusik kehidupan ku, aku tak akan berbuat seperti ini kepada mu anak manis". ia pun mulai mencengkram pipi gadis itu.

"hmmhmmhmm". El yang mencoba bicara pun tak bisa mengeluarkan suaranya ia hanya bisa menangis dengan air matanya mengalir deras.

ia takut dengan sosok wanita di depannya yang sudah tersenyum licik itu.

"kau tau, ibu mu sudah merebut suami ku".
"dan ibu mu juga yang sudah membuat kehidupan ku seperti ini, dulu ia juga yang merebut pacar ku dan sekarang, SEKARANG SUAMI KU". emosi si wanita pun tak bisa dikendalikan ia mencengkram dagu El dengan cengkraman yang kuat hingga El pun menangis hingga sesegukan.

"cihh".
"Hahahaha, kau anak kecil yang sungguh manis jangan coba-coba tunjukkan wajah sedih mu itu, aku tak akan pernah kasihan pada mu". setelah itu ia pun segera melepaskan cengkramannya itu dan segera pergi meninggalkan El yang sedang menangis ketakutan.

disisi lain Elvina sudah bergerak cepat, ia sudah menghubungi orang-orang kepercayaannya untuk menyebar mencari sang putri.

"shittt". ia mendecih tak terima dan memukul setir kemudinya.

"siapa yang berani-berani bermain dengan ku?". tanya pada dirinya sendiri.

"jika ketemu, aku tak akan membiarkannya hidup tenang". dan Elvina pun kembali menjadi sosok yang kejam karena ia tak akan pernah tinggal diam jika salah satu dari keluarganya celaka, terutama kali ini adalah sang putri.

tak lama terdengar deringan dari ponselnya, ia pun segera mengangkatnya.

"Hallo".

"dimana pril?".

"dijalan, aku share loc".

ia pun segera memutuskan sepihak dan segera mengirim share loc kepada sang penelfon tadi.

ia segera menghentikan laju mobilnya di salah satu cafe terdekat.

Ia segera turun dan memasuki cafe, ia berjalan dengan sedikit angkuh dan tapi itu justru membuatnya terkesan semakin cantik.

Ia segera duduk di tempat paling pojok dan menurutnya itu adalah tempat yang sedikit ptivasi namun tak apalah.

Elvina pun segera memanggil pelayan dan memesan minuman penghilang dahaganya.

Dan tak lama pun seorang laki-laki terlihat memasuki cafe dengan penampilan sedikit acak dan itu semakin menambah ketampanannya.

"Sorry pril". Ucapnya.
"Sudah menunggu lama?".

"Tidak".
"Duduk dan segera pesan aja". Ia pun menangguk dan segera memanggil pelayan untuk memesan.

Setelah selesai memesan dan menunggu pesanannya, ia kemudian berdehem.

"Kamu sudah menemukan dimana EL pril?".

"Belum, anak buah ku sedang mencarinya dan jika sudah mendapatkan orang yang sudah menculik anak ku, aku pastikan orang itu tidak akan hidup tenang". Ucapnya menahan geram.

Dan tak lama terdengar suara getar hp, ia pun segera menoleh dan ternyata itu adalah salah satu dari anak buahnya yang mengirim lokasi dimana sang anak di sekap.

"Finally".
"Sudah ku duga". Ia pun mematap Alfaro dan tersenyum mengejek.

"Kenapa pril?". Alfaro yang tak tau pun hanya menatapnya bingung

"Ayo ikut aku, aku sudah tau dalang penculikan ini". Ia pun tak berniat menjawab pertanyaan sang suami.

Alfaro yang akhirnya paham pun hanya bisa mengangguk dan mengikuti sang istri.

Sesampainya di parkiran.

"Kita semobil saja, mobil kamu tinggal disini saja". Tawar Alfaro kepada sang istri.

Dan sang istri yang awalnya ragu pun mengangguk tanda setuju.

Didalam mobil hanya kesunyian yang ada, tak ada yang sedikit pun ingin berbicara.

"Pril". Panggilan itu membuat sang pemilik nama menoleh, menatap orang yang sedang memanggilnya yaitu Alfaro.

"Bisakah kita seperti dulu?". Tangan kirinya terulur menggenggam erat tangan wanita di sebelahnya.

"Aku sungguh menyesal".
"Aku ingin kamu tau prill, bahwa cinta ku gak pernah mati buat kamu, kamu yang dari dulu ada di hati ku sampai sekarang". Ia pun mencoba meyakinkan sang wanita pujaannya.

Prilly atau Elvina pun hanya diam tak menjawab atau pun berniat untuk menjawab karena ia tak tau harus berbuat apa.

Alfaro yang melihat itu hanya menghela nafas pasrah, segera menyingkirkan tangannya dan kembali fokus ke jalanan.

"Iya". Hanya itu yang keluar dari mulut Elvina yang membuat Alfaro menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.

"Iya apa prill?". Tanyanya yang tak tau maksud dari kata IYA yang keluar dari mulut sang istri.

Elvina pun menghembuskan nafas dan mengedikkan bahu, ia tak menjawab atau memberi penjelasan, ia mulai kembali serius mencari sang putri.

Alfaro pun hanya menatapnya tersenyum.

"Kita belok ke kiri habis itu jalan lurus ada pertigaan belok kanan habis itu disana ada rumah kecil, dan itu hanya ada satu rumah".

Alfaro pun mengangguk menuruti intruksi sang istri.

Tak lama pun ponsel Elvina berdering, ia pun melihat dan ternyata dari nomor yang tak dikenal.

"Hallo".

"Kalau pengen anak lo selamat, lepasin Alfaro".

"Cihh, sudah aku duga ini semua ulah mu"  ia kemudian melirik Alfaro yang ternyata Alfaro juga sedang menatapnya dan bertanya dari tatapannya, dia hanya mengedikkan bahu.

"Kalau gue gak mau, lo mau apa?".

"Berengsek, gue bakal bunuh anak lo".

"Coba aja lo berani nyetuh anak gue sedikit aja, kelar sudah hidup lo dan juga keluarga lo". Dengan tersenyum sinis.

"Brengsek lo". Sambungan itu terputus sepihak dan yang memutus adalah siapa lagi kalau bukan Elvina.

"Siapa Prill?". Tanya Alfaro yang penasaran.

"Bukan siapa-siapa".  Elvira hanya menjawab tanpa minat dan tersenyum sinis.

Di sisi lain di sebuah rumah kecil yang lumayan jauh dari perkampungan.

"Berengsek".

Pyarr

Seorang wanita yang melemparkan ponselnya setelah sambungan dari ponselnya terputus sepihak, ia sedang marah dengan orang yang baru saja ia telfon.

Ia pun bergegas menuju sebuah kamar, disana ia akan melampiaskan kemarahannya.

sebelumnya ia telah bersiap-siap mengambil alat-alat yang ia butuhkan.

"saatnya bersenang-senang sayang". Dengan senyum liciknya.

_________________

Banyuwangi, 24 july 2019

Arrogant CEO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang