Entah sekarang aku harus bagaimana? Aku masih tak percaya akan kata-kata dari prilly.
"Ohh shitt". Umpat ku kesal dengan hari ini, hari tersial ku.
Seandainya prilly tau, tentang perasaan ku selama ini kepada dirinya.
Aku pun segera menjalankan mobil ku menuju ke kediaman keluarga Fendrick, ya rumah prilly tepatnya.Aku tak akan bisa tenanmg karna kejadian tadi, aku juga tak mau jauh dari el anak ku.
Di dalam mobil aku mencoba menghubungi prilly tapi sial dewi fortuna tak berpihak kepada ku, ponsel prilly mati.
Aku pun masih mencobanya berkali-kali tapi nihil, hanya jawaban dari operator yang terdengar di telinga ku.
"Shittt". Umpat ku lagi dengan memukul setir kemudi ku.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah prilly dengan kecepatan dia atas rata-rata.
Aku pun segera turun dan berlari kecil menuju rumah prilly, saat aku melangkah masuk semua orang yang ada di sana menatap ku dengan datar, berbeda dengan tatapan seorang pria yang menatapku garang, aku hanya bisa menanggapi dengan senyum terbaik ku.
"Mau apa lo kesini?". Tanya pria itu yang kurasa sangat ketus.
"Saya kesini ingin berbicara kepada prilly". Jawab ku sesopan mungkin karna mengingat ini adalah rumah prilly dan juga mengingat aku bukanlah tamu yang di undang oleh keluarga ini.
"Disini gak ada yang bernama prilly". Ucap pria itu dengan nada dan tatapan tak suka kepada ku.
"Hmm maksud saya nona elvina". Aku pun masih menampilkan senyuman ku dan masih menjawab dengan sesopan mungkin, dan ku lihat prilly menatap ku tajam, aku hanya tersenyum melihatnya.
"Baik lah, mari iku saya ke ruangan saya". Ucap prilly akhirnya, ia pun bangkit dan aku pun mengekor dari belakang, kita-- aku dan prilly memasuki sebuah ruangan dan aku tau itu adalah ruangannya karna disana banyak foto-foto terpampang jelas miliknya dan juga el anak ku.
Aku pun melihat sekilas dan saat aku melihat ke arah kiri ku, di sana telihat foto bayi yang sangat cantik dan juga lucu, aku tak henti-hentinya mengulum senyum melihat foto itu.
"Itu foto el masih bayi". Suara itu menyadarkan ku dari ketertarikan ku dangan foto yang aku pandangi sedari tadi.
"To the poin saja". Ucapnya kepada ku.
Aku yang mendengarkan hanya membuang nafas gusar.
"Aku ingin kita menikah prill". Saat aku mengucapkan kata-kata itu wajah prilly seakan terkejut dengan apa yang dia dengar barusan.
"Ck jangan bercanda tuan". Decaknya dengan senyum mengejek kepada ku.
"Sunggu prill, aku serius... kamu tatap mata ku, apa di dalam sana kamu menemukan kebohongan dari ku?". Ia pun menatap mata ku dalam mencoba mencari kebohongan dari sorot mata ini tapi, sungguh aku berbicara serius dengannya, aku ingin kita-- aku dan prilly bisa merawat el bersama.
"Bagaimana istri mu? Aku tak mau jika dia menganggap ku sebagai orang ketiga".
"Aku tak pernah mencintai talita prill, aku sangat mencintai mu dari dulu dan aku menyesal dengan perbuatan ku dulu, semenjak itu aku mencoba mencari mu sampai aku frustasi karna kamu menghilang tanpa jejak, dan saat itu mama melihat ku yang diam termenung di dalam kamar tanpa melakukan hal apapun itu". Aku menerawang tentang masalalu ku yang sangat frustasi ketika prilly meninggalkan ku tanpa kabar dan seolah ia lenyap ditelan bumi.
"Dan beberapa hari, mama menjodohkan ku dengan talita, awalnya aku menolok alasannya karna aku tak mengenal talita bahkan aku tak mencintai dia, tapi mama selalu ada cara supaya aku bisa menerima talita dan akhirnya aku pun hanya pasrah dan menuruti keinginan mama". Aku memandang prilly yang diam mendengarkan cerita ku, aku pun tersenyum melihatnya.
"Dari awal aku menikah dengan talita, aku tak pernah menyentuhnya sampai sekarang pun aku tak akan berfikiran untuk menyentuhnya, aku terlalu mencintai mu prill, aku tak bisa berpaling begitu saja dari mu". Akhirnya aku bisa mengeluarkan semuanya, apa yang aku rasakan selama ini.
"Tapi maaf tuan, aku sudah tak mencintai mu semenjak perlakuan masa lalu mu dulu terhadap ku". Ia pun segera memalingkan wajahnya dari pandangan ku dan berbalik memunggungi ku.
Aku tak percaya akan jawabannya barusan karna aku yakin di dalam hatinya paling dalam masih tersimpan sedikit cinta untuk ku.
"Tapi prill, beri aku kesempatan prill". Ku lihat prilly nampak berfikir dengan masih posisi membelakangi ku.
Dan sesaat kemudian prilly berbalik menghadap ku dan keseriusan di balik mata ku.
"Prill please demi el". Mohon ku kepada prilly dan semoga dia mengabulkan permohonan ku.
"Oke, aku kasih kamu satu kali kesempatan jika kamu tak bisa membuktikan itu, tinggalkan aku dan juga el, jangan pernah kamu menampakkan wajah mu kepada kami terutama el". Ya tuhan apalagi ini tapi jika aku tak mengiyakan maka tak ada lagi kesempatan yang akan di berikan prilly kepada ku.
Aku hanya mengangguk ragu, ini semua ku lakukan demi meperjuangkan cinta ku yang selama ini hilang dan juga memperjuangkan buah cinta ku yaitu malaikat mungil ku, Elisa Kirana Fendrick.
"Apa boleh aku bertemu dengan el?". Izin ku kepada prilly dan mendengar itu dia menaikkan sebelah alisnya.
"Aku hanya ingin meminta maaf kepada el prill".
Ia pun diam menimbang-nimbang perkataan ku, dan saat itu juga dia mengangguk tanda ia mengiyakan ku untuk bertemu dengan el.
Kita, maksudnya aku dan prilly keluar dari ruang kerja nya dan segera menuju dimana aku bisa menemui el yaitu kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini.
Saat kita, aku dan prilly keluar, semua orang menatap kami bergantian dengan wajah yang terheran-heran, dan biasa aku hanya tersenyum menanggapai tatapan mereka tapi saat aku melihat wajah prilly, ia seperti cuek dengan tatapan itu dan bersikap seperti biasa datar, seperti buka prilly yang aku kenal dulu.
Dulu prilly sangat ramah kepada semua orang, murah senyum, dan selalu ceria serta tertawa, berbeda dengan sekarang, apa ia berubah karna masa lalu dulu, ya tuhan maaf kan aku sudah merusak seseorang yang sangat aku cintai seperti ini.
Aku berjanji, aku akan berusaha berubah prilly ku seperti dulu lagi, bagaimana pun caranya.
Saat itu juga kita-- aku dan prilly telah sampai di depan kamar el, disana prilly mencoba membuka pintunya tapi nihil ternyata pintu kamarnya di kunci dari dalam.
"El". Panggil prilly tapi tak ada jawaban sama sekali dari dalam.
"El, buka pintunya". Sepi, masih tak ada jawaban dari dalam kamar.
"El, mami tau el marah sama mami karna tadi hanya diam tak menjawab permintaan el, oke mami minta maaf". Aku yang mendengar itu segera menepuk pundak prilly, ia melihat ke arah ku.
"Ada apa dengan el?". Pertanyaan itu meluncur dari mulut ku tapi ku lihat prilly cuek bebek dan segera kembali mengetuk pintu dan juga membujuk el, aku pun hanya menghela nafas.
"Biar aku yang mencoba". Prilly pin segera bergeser ke belakang dan aku yang sekarang sedang mencoba membujuk el untuk keluar dari kamar.
"El, ini papi sayang, buka pintunya ya". Tapi masih saja tak ada jawaban dari dalam, tapi bukan Alfaro namanya jika belum berhasil harus berusaha sampai berhasil."El, papi mohon buka ya pintunya, kalau gak di buka pintunya, papi gak mau deh kasih hadiah ulang tahun el nanti". Tapi tetap nihil tak ada jawaban tapi beberapa menit selanjutnya aku mendengar suara tangisan dari dalam.
"El, kamu ken--". Belum sempat aku mengucapkan pertanyaan.
"EL HANYA INGIN KADO, MAMI SAMA PAPI TINGGAL SAMA EL, EL INGIN PUNYA PAPI SAMA MAMI hiks hiks". Teriakkan itu membuat ku dan prilly bungkam saat itu juga.
Aku menatap prilly yang hanya diam, dengan menahan air mata yang akan keluar dari pelupuk matanya.
Aku kembali diam dan menatap lurus ke pintu kamar el, entahlah apa aku bisa mewujudkan permintaan anak ku itu?
~~0~~
Banyuwangi, 06 Maret 2017

KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant CEO [END]
Romans#Sequel Fall in love with CEO Elvina Aprillya Fendrick adalah wanita satu-satunya yang menjabat sebagai CEO di negara ini. Elvina memiliki sifat yang hampir sama dengan sang daddy yaitu Digo Fariz Fendrick yang mungkin lebih, karna elvina memiliki s...