14. Kejujuran Vanerro

127 7 0
                                    

Vanerro berjalan menyusuri koridor kelas IPS dengan tatapan yang terus tertuju ke handphone.

Bukan. Dia bukan memaikan handphonenya. Tapi, ia sedang mengirim pesan ke kakaknya. Bisma.

Saat sampai ujung koridor, ia sengaja memberhentikan memaikan handphonenya dan menatap ke sekeliling. Dan ia menangkap sosok perempuan yang akhir akhir ini menjauhinya.

Vanerro langsung berjalan cepat menuju ke perempuan itu. Caramel.

"Caramel" panggil Vanerro saat ia tepat berada di hadapan Caramel. Membuat Caramel yang sedang membaca novel mau tak mau harus mendongakkan kepalanya melihat siapa yang memanggilnya.

Jderrr..!

Novel yang berada di tangan Caramel hampir terlempar karena Caramel saking kagetnya.

Caramel langsung menutup novelnya dan berdiri.

"Gue ada urusan" ucap Caramel berusaha meninggalkan Vanerro.

Tapi, tangan Vanerro dengan sigap menarik Caramel.

"Ehh.."

"Gue mau ngomong sama lo" ucap Vanerro sambil menarik paksa Caramel.

Caramel hanya diam dan membiarkan Vanerro menariknya dan mengajaknya. Entah kemana.

Vanerro membawa Caramel menuju ke rooftop sekolah.

Disana, ada sofa butut berwarna biru laut kusam.

"Mau ngapain kesini?" tanya Caramel yang mengikuti Vanerro duduk di sofa itu.

Vanerro menatap mata Caramel lekat lekat.

Caramel pun sebaliknya.

Caramel melihat ada raut keresahan dalam tatapan itu. Tatapan mata hitam legam dengan bulu mata bawah yang lentik itu seakan menghipnotis Caramel.

Vanerro mulai menyondongkan kepalanya. Caramel pun reflek memundurkan kepalanya.

"Vanerro" panggil Caramel yang tak di gubris sama sekali oleh Vanerro.

Malah makin lama, Vanerro makin menepis jarak di keduanya.

Kini kepala Caramel sudah berbantalkan pinggiran sofa.

"Vanerro" panggil Caramel lagi.

Vanerro tersenyum miring, lalu ia mengusap hidung mancungnya yang memerah.

"Vanerro" panggil Caramel lagi dan lagi.

Akhirnya, Vanerro pun kembali duduk seperti semula.

Caramel pun menghela nafas lega.

"Gue nggak akan apa apa in lo kok" ucap Vanerro sambil tersenyum simpul.

Caramel pun percaya bahwa Vanerro tak akan berbuat yang aneh aneh kepadanya.

Caramel pun tak merasa cemas bila Vanerro yang melakukannya tadi.

Vanerro mulai menggenggam tangan Caramel.

"Boleh gue jujur?" tanya Vanerro sambil menatap Caramel 'lagi'.

Caramel hanya mengangguk.

Vanerro tiba tiba memeluk Caramel.

"Gue kangen sama lo" ucap Vanerro sambil menyandarkan kepalanya di bahu Caramel.

"Ro" panggil Caramel berusaha melepas pelukan Vanerro.

"Biar gini dulu ya Ra! Gue kangen banget sama lo" ucap Vanerro sama sekali tak mau melepas pelukannya.

Caramel hanya meng-iyakan ucapan Vanerro. Karena jujur, ia juga rindu akan laki laki yang berada di pelukannya ini.

Do You Still Want To Hide Your Feelings?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang