DhirgaNada 4 - I wanna tell...

4.1K 233 8
                                    


"Kita sempat saling membahagiakan"

•••

Dhirga berdecak kesal ketika mengingat hari ini adalah hari Senin, yang artinya dia kembali bekerja di kantor papanya. Kenapa juga tidak ada toleransi kepada Dhirga, contohnya datang semau Dhirga, seolah papanya dengan sengaja menjebak Dhirga tanpa dia sendiri sadar.

Setelah melihat jam, Dhirga langsung berlari menuju mobil agar dirinya tidak terjebak macet. Dhirga tersenyum karena jalanan ibu kota belum dipadati oleh penduduk, beruntung juga Dhirga bisa bangun pukul empat pagi dimana biasanya dia masih berada pada mimpinya.

Telepon berdering, Dhirga segera memakai earphone miliknya, untuk mengdengarkan si penelpon berbicara.

"Halo Pak Dhirga, meeting-nya dibatalkan!" suara di sebrang sana membuat Dhirga lemas seketika. Rasanya dia ingin sekali membanting mobil saat ini, tapi sayang ini keluaran terbaru.

"Ya, sudah, tidak apa-apa!" Dhirga kemudian menutup telponnya. Ini sangat menyusahkan baginya.

Dhirga menjalankan mobilnya dengan kecepaatan biasa, dia tidak tahu tempat mana yang akan dia tuju. Karena mood-nya sekarang ini sudah jauh dari kata baik. Dhirga membelokan arah menuju sebuah restoran karena dia tidak sempat sarapan gara-gara meeting tidak penting itu.

Payah!

Sebuah restoran cepat saji. Restoran itu bergaya Amerika, berada tepat di pinggir jalan raya. Dhirga memilih kursi yang dekat dengan jendela, setelah selesai memesan makanan. Pandangan Dhirga, melihat ke arah McD yang berada tepat di sebrang restoran mewah ini.

Kemudian, sang takdir mempertemukan mata Dhirga menuju mata Anada. Beku. Satu kata untuk mewakili seluruh perasaan Dhirga maupun Anada.

Saat Anada mengatakan bahwa dirinya memiliki kekasih, rasanya saat itu juga hati Dhirga hancur sehancur-hancurnya. Tapi, apa aslinya Dhirga sepengecut ini? Ya, bahkan dulu dia lebih pengecut dari ini.

Hanya saja, ketika Anada masih betah memandanginya, Dhirga tahu bahwa banyak pertanyaan dikepala wanita itu. Dhirga menghela napas beratnya, kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan menuju restoran sebrang.

Baru kali ini, Dhirga merasakan setiap langkahnya sangat sulit namun terlalu cepat. Bahkan dia tidak sadar bahwa dirinya sudah berada di depan McD.

Dhirga kembali menghembuskan nafas beratnya, kemudian dia mendorong pintu itu perlahan dan memasuki bagian dari restoran itu.

"Hai," sapa Dhirga.

Anada tersenyum, "hai."

"Kamu keberatan tidak jika aku duduk di sini?" tanya Dhirga.

Anada menggeleng. "Tapi,mungkin restoran sebrang akan sangat keberatan."

Dhirga terkekeh, ternyata bagaimanapun orang itu hilang ingatan. Tetapi, dia masih orang yang sama. Dhirga duduk dengan canggung.

"Nada, aku tahu banyak yang ingin kamu tanyakan. Nada, sekarang kamu bisa bertanya." Dhirga mengulum senyum.

Anada menunduk sejenak untuk menetralisir rasa gugupnya, kemudian dia menatap Dhirga lamat-lamat seolah takut adanya kebohongan di mata Dhirga. Tapi, semuanya masih sangat terasa terluka dari matanya.

"Apa kamu yang menyebabkan hilangnya semua memori aku, Dhirga?" tanya Anada dengan nada pelan bahkan mungkin Dhirga nyaris tidak mendengarnya.

Dhirga mengangguk, "saat itu, otak aku udah gelap Nada."

Anada menutup matanya sejenak, "bisa kamu pergi dulu sekarang? Aku ingin sendiri." Anada tersenyum seolah tidak ada apa-apa.

Dhirga menatapnya dengan sendu, tapi dia tidak ada pilihan lain selain menjauh. Karena jika, Anada sudah meminta, Dhirga tidak bisa berubuat apapun selain menurutinya. Bagi Dhirga, Anada adalah apapun yang harus dia utamakan.

Bertemu kembali dengan wanita itu saja sudah membuat Dhirga senang bukan main, apalagi berbicara walau dia tak mengenali Dhirga. Jadi, tidak masalah jika Dhirga diusir atau apapun, toh Dhirga yakin bahwa Anada akan kembali bertanya kepadanya.

Karena sumber jawabannya adalah Dhirga, sumber jawaban dari segala tanya dari Anada adalah Dhirga.

***

Terlalu banyak yang Anada harus tanyakan, tapi bagaimana jika satu pertanyaan terjawab berhasil membuat hatinya mendadak sakit dan kepalanya menjadi pusing? Anada menatap pria yang masih duduk di sebrang restoran mewah.

Pria itu juga menatapnya. Bagaimana mungkin dia yang sepertinya sangat mencintai Anada bisa membuatnya hilang ingatan. Lantas, bagaimana cara pria itu menghilangkan ingatannya? Dipukul? Atau sihir?

"Nona, ada pesan dari tuan yang tadi duduk di sini." Tiba-tiba saja pelayan itu datang dan menyodorkannya selembar tissue yang sudah digulung rapih.

Perlahan Anada membuka tissue itu yang terdapat seutas tulisan.

Aku ingin mengatakan, dulu aku dan kamu sangat saling mencintai.

***

AMNESIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang