DhirgaNada 36 - Kiss.

2.2K 86 2
                                    

[Abaikan aja mulmed. Cuma lagi kepingin pamer]

•••

Putih, bau obat, dan ranjang yang sempit. Tidak salah lagi, ini rumah sakit. Anada membuka matanya perlahan kemudian menatap area sekitar. Anada mencoba bangkit dari tidurnya, tapi rasa sakit datang dari kakinya yang terbungkus rapih oleh perban putih. Dimana Calvin? Anada membuka godeng yang menutupi ranjangnya dengan ranjang lainnya.

Di sana ada Calvin yang terbaring lemah. Dahi diperban, tangan di infus, kaki yang diperban. Dia lebih mengenaskan daripada Anada. Anada segera mencari sandalnya, kemudian berjalan menuju Calvin.

Utuh dan tersentuh. Entah sejak kapan Anada merasa hatinya menghangat menlihat Calvin. Dia memang lelaki baik, bahkan sejak awal pertemuan mereka. Sejak Calvin mengatakan bahwa mereka akan dijodohkan. Calvin adalah lelaki yang nyaris sempurna, lelaki yang bahkan terlihat tanpa cela. Semua kesempurnaan seolah terletak kepadanya, tak pernah ada niat Calvin untuk mencelakaan Anada sejak dulu.

Lelaki yang berbaring ini benar-benar sangat mencintainya. Tidak seperti lelaki yang kini berada di Jakarta yang mungkin saja sudah bersama dengan perempuan lain.

Tiba-tiba Calvin membuka matanya. "Anada?"

"Hai Cal, makasih untuk semuanya!" Anada tersenyum begitu juga dengan Calvin. "Aku enggak tahu kalo kamu enggak dateng untuk selamatin aku, mungkin sekarang aku udah jadi—"

"Kamu nggak boleh ngomong gitu Nada!" cegah Calvin seolah paham apa yang Anada katakan.

Anada duduk di ranjang Calvin. "Maaf Cal, karena aku kamu jadi begini. Aku biang masalah, nggak sama kamu sama Dhirga atau sama siapapun!"

"Berhenti Nada, kamu sama sekali nggak salah. Kamu hanya korban Nad. Sekarang, yang perlu kamu lakukan jalani hidup kamu seperti biasa." Calvin mengelus puncak kepala Anada.

"Seperti biasa?" tanya Anada seolah asing dengan kalimat itu.

Calvin mengangguk. "Ya, seperti biasa. Bersama dengan Dhirga."

Anada segera menggeleng. "Dhirga? Dia di mana? Apa dia masih peduli denganku Cal?"

"Tentu saja, hanya dia merasa bingung Nad!"

"Aku rasa tidak Cal. Kamu yang peduli denganku, aku akan bercerai dengannya. Dan aku akan memilihmu."

Hangat rasanya. Indah rasanya, saat Anada mengatakan semua itu. Ini yang Calvin inginkan bukan? Ini yang Calvin minta bukan? Lantas mengapa hatinya merasa tidak bisa untuk menerima Anada?

Calvin segera menggeleng. "Nggak Anada. Itu bukan cara yang baik. Aku memang ingin kamu yang mengisi hidupku. Tapi... takdirku memang bukan kamu Nada. Aku hanya tercipta untuk menjadi pahlawanmu, bukan terlahir untuk menjadi pangeranmu. Tetaplah bersama Dhirga."

Anada tersenyum kemudian memeluk Calvin dengan erat. "Cal, kenapa kamu berhati sangat lembut?"

Calvin membalas pelukan Anada. "Karena aku mencintai kamu Nada. Dan cinta itu bukan tentang memiliki, tetapi melihat cintanya bahagia. Sungguh Anada, cinta yang aku punya bukan sebuah obsesi, tetapi ini nyata."

Hangat. Itu yang Anada rasakan. Entah sejak kapan melepaskan pelukan dari Calvin adalah sebuah hal yang menyesakkan baginya. Ini bukan sebuah pertanda bahwa Anada jatuh cinta, tetapi Anada menyayangi Calvin. Hanya saja, cinta Anada memang tercipta untuk Dhirga. Lelaki yang telah meregut segala kebahagiaan Anada.

"Cal. Aku menyayangimu!"

"Nad. Aku mencintaimu!"

Mereka saling tersenyum. Calvin pihak yang selalu merelakan itu kembali merelakan bidadarinya pergi. Bersama dengan lelaki yang dia cintai. Munafik bila Calvin tidak menginginkan Anada saat wanita itu mengatakan akan bercerai, hanya saja, bagi Calvin semua ini sangatlah jelas menunjukan bahwa Calvin dan Anada hanya ditakdirkan bertemu tidak untuk bersama-sama.

"Anada, boleh aku meminta sesuatu?" tanya Calvin.

"Apa?" tanya Anada.

"Cium aku, sekali saja," pinta Calvin.

Anada tersenyum. Ini bukan ciuman nafsu atau bahkan sebuah perselingkuhan. Ini sebagai simbol bahwa mereka telah mejalani hubungan sebagai adik dan kakak. Calvin berjanji, ini pertama dan terkahir. Dan Anada tahu, karena Anada percaya pada Calvin. Lelaki 'kan yang dipenggang adalah omongannya.

"Aku tidak akan membiarkan si bangsat Dhirga menyakitimu!"

Anada hanya tersenyum ketika nada posesif itu terucap dari mulut Calvin. Anada menaratkan bibirnya di bibir Calvin. Ini pertama dan terakhir.

***

Maaf ya baru update✌ baru sempet nih. Mulai besok akan cepet lagi kok. Pensinya udah selesai.

AMNESIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang