DhirgaNada 35 - Run!

1.8K 81 9
                                    

Duar!

Suara tembakan itu terdengar begitu kencang. Seketika, mobil yang Anada tumpangi berhenti. Supir itu langsung menodongkan keluar dari mobil, kemudian membuka pintu mobil belakang dan membawa Anada. Jari-jari supir itu langsung mencekik leher Anada. Dan pistol langsung ditodongkan tepat di otak Anada.

"Keluar kau pencundang, jangan bersembunyi. Kau akan menyelamatkan wanita ini bukan?" tanya supir itu.

Anada tidak kuat saat jari-jari itu semakin erat mencekik Anada. Anada segera menginjak kaki lelaki itu, bukannya bebas. Rambut Anada malah di jambak. "Berani kau melarikan diri? Kau mati saat ini juga."

Anada mendongkakan kepalanya. "Aku lebih baik mati, dari pada harus menjadi jalang tuanmu! Ayo tembak aku sekarang!" meski rambutnya masih terkena jambakan, Anada masih mampu berbicara dengan jelas pada orang menyebalkan di depannya.

"Kau menangtangku wanita manis?" tanyanya langsung mendorong Anada hingga terjatuh dan kembali menodongkan pistol ke kepala Anada.

"Ayo tembak aku!" kata Anada. "Lagi pula, kau tidak mampu melakukannya, aku tahu kau dibayar berapa untuk ini. Itu hanya untuk uang makan siang suamiku."

"SHUT UP!" bentak lelaki itu. "Aku yang boleh berbicara di sini. Kau menyuruh siapa? Siapa yang akan menyelamatkanmu?"

"Tentu saja suamiku!" jawab Anada sekenanya padahal dia tidak tahu siapa yang tadi menembak ban mobil hingga berhenti. Pokoknya, Anada harus berani untuk melawan walau sebenarnya dia sangat ketakutan sekarang ini. "Cepat tembak aku!" tantang Anada.

Lelaki itu menekan pistolnya sementara Anada menutup matanya. Dan... Duar! Peluru itu akhirnya keluar dari pistol. Aku mati? Tanya Anada dalam hati. aku mati? Anada tidak percaya, pelan-pelan dia membuka matanya melihat lelaki berlumur darah di kakinya. Bukan peluru lelaki itu, tapi lelaki dibaliknya... Calvin?

Ah, Calvin menyelamatkan Anada?

Dengan cepat Anada lari menuju Calvin. Tanpa sadar, Anada memeluk Calvin. Calvin tersenyum dan mengelus puncak kepala Anada. Bukankah, ini yang selama ini Calvin inginkan? Ya, tentu saja hanya tinggal selangkah.

"Calvin makasih." Anada masih memeluk erat Calvin.

"Sama-sama, ayo pergi dari sini Nada!" Calvin menarik tangan Anada. Belum sampai lima langkah, gerombolan lelaki yang mengunakan pakaian serba hitam berjalan menuju mereka. Calvin melirik Anada, Anada mengangguk seolah paham apa yang harus mereka lakukan.

Satu....

Dua....

Tiga....

Lari. Itu yang mereka lakukan, ya tentu saja gerombolan mereka sangat banyak sementara Calvin tidak membawa siapapun. Dia memberanikan dirinya setelah berhasil menyadap telepon genggam milik Bimo. Ah, Calvin terlalu pintar bila dibandingkan dengan Dhirga yang bodohnya melepas Anada. Eh, melepas? Calvin lagi-lagi tersenyum.

Calvin masih terus berlari bersama dengan Anada, tanpa sadar Anada menggengam tangan Calvin. Dan untuk kesekian kalinya, Calvin tersenyum melihat Anada.

"Nada?" tanya Calvin dengan napas yang sama sekali tidak teratur.

"Kenapa?" tanya Anada.

"Kalo kamu masuk angin nggak apa-apakan?" tanya Calvin.

Anada mengerutkan alisnya, Calvin segera melepaskan genggaman dengan terus berlari dia mengoroh sesuatu di kantung celananya, dia juga membawa pena. Menuliskan sejumlah uang dollar di cek-nya. Calvin segera menggengam kembali tangan Anada, dan membawanya belok ke arah kanan tepat di depan mini market Calvin langsung mendekati seorang pengendara motor yang sedang berdiri di sisi motornya dan memberikan cek-nya. Si pengendara tidak mengerti dengan apa yang di maksud Calvin yang sekarang tidak mempunyai waktu banyak.

Calvin langsung merebut kunci motornya, sebelum sempat si pengendara protes, Calvin membawa kembali cek-nya dan memperlihatkannya pada sang pegendara. Anada segera naik di belakangnya.

Si pengendara itu menatap curiga takut-takut itu hanya cek kosong mana mungkin seseorang memberikan ganti sebuah motor jelek dengan harga 1.000.000 $ dollar. Calvin langsug membawa dompet dan melemparkan kartu namanya. Si pengendara langsung membawanya, bersamaan dengan Calvin yang melajukan motor meninggalkan sekumpulan yang mengejar mereka.

Calvin mengencangan motornya. Begitu juga dengan Anada yang mengencangkan pelukannya. Calvin melirik ke arah kaca spion dan, langsung tersenyum. Tapi, belum lama Calvin senang karena dua hal; pelukan Anada, dan lolos dari kejaran mereka, Calvin tidak sadar bahwa motor yang dia kendarai menuju tangga... alhasil, mereka terjatuh dari tangga dan motor.

***

Maaf banget kalo bahasanya jadi kaku😂 akunya akhir-akhir ini zibuk pake [z]. Soalnya lagi persiapan pensi sekolahan, pulangnya sore terus. Dan selalu langsung tidur, karena cape, kena angin, tambah selalu enggak enak badan. Jadi, mungkin sampai hari rabu aku enggak tahu bakalan update atau enggak. Berdoa aja, supaya, badanku sehat amin🙏

AMNESIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang