DhirgaNada 14 - Romantic?

1.9K 120 6
                                    

Bruno Mars - Marry You.

•••

"Nada, masa kamu marahnya sampe sekarang sih?" tanya Dhirga saat mereka sudah berada di dalam mobil Dhirga. Dan Dhirga masih bisa melihat wajah kesal Anada kepadanya.

Dhirga kira, Anada akan langsung menampilkan senyum hangat alanya, atau kata-kata kaku yang sering dia ucapkan. Tapi, berbeda dengan sekarang. Bagi Anada kedatangan perempuan tadi membuatnya kesal sekaligus cemburu. Apalagi, adegan menempel-nempelkan tubuhnya ke Dhirga. Dasar wanita gatal, nanti-nanti Anada akan memberikannya salep.

"Nada?" Dhirga menyentuh punggung Anada.

Anada langsung menguap, "Aku ngantuk," kata Anada langsung menyenderkan kepalanya ke kaca mobil.

Dhirga tidak kuat untuk tidak tertawa melihat tingkah Anada yang tergolong sangat menggemaskan itu.

"Nada, ada yang mau aku bicarain sama kamu," kata Dhirga.

Anada masih terdiam seribu bahasa, sambil menutup matanya yang sebenarnya agak-agak mengintip itu, hanya sekadar melihat ekspresi Dhirga—kekasihnya yang tampan itu.

"Bangun dulu deh," titah Dhirga.

Anada membuka matanya kemudian menatap Dhirga dengan polos, memerhatikan bulu mata Dhirga dan alis tebal milik lelaki itu. Entah mengapa, Anada sangat menyukai semua yang berada di wajah Dhirga. Rasanya, begitu indah. Apalagi, bibir merah mungil milik Dhirga yang selalu tersenyum sangat manis untuknya.

Sialan, kenapa Anada berpikiran tentang ciuman waktu itu? Oh, ayolah, itu sangat memalukan. Anada menggelengkan kepalanya untuk mengusir seluruh pikiran menjijikan itu dari kepalanya. Dan kembali manatap mata Dhirga.

"Apa?" tanya Anada.

"Aku mau kamu jadi istri aku." Enam kata itu meluncur begitu saja, bahkan tanpa ekspresi yang romantis. Bahkan di sini tidak ada bunga, atau cincin? Ini bukan seperti yang Anada inginkan. Makannya Anada hanya diam. "Mau 'kan?" tanya Anada.

Anada menggeleng. "Kamu masa ngelamar perempuan kayak begini sih? Nggak romantis banget!" dengus Anada.

Dhirga hanya menyengir memperlihatkan jajaran gigi putihnya. "Ya udahlah. Udah terlanjur ini, kamunya mau enggak?"

"Nggak!" jawab Anada.

Wajah gembira Dhirga seketika berubah menjadi muram. Apa ini benar-benar Anada? Dia menolaknya? Dhirga memandang Anada dengan tatapan tidak suka dan sebuah protes karena merasa tidak adil untuknya.

"Anada kamu serius?" tanya Dhirga.

Anada mengangguk, "kita baru kenal. Meski kamu yakin udah kenal aku." Anada tersenyum.

Untuk pertamakalinya Anada tidak menyukai senyum Anada. Dhirga merasa hatinya telah dipatahkan menjadi beribu-ribu bagian.

"Anada denger aku, aku enggak mau kehilangan kamu kayak yang udah-udah. Aku ingin kamu di samping aku selamanya, selamanya Anada. Tolong, jangan begini. Kehilangan kamu selama 8 tahun aja udah buat aku stress dan hampir mau akhirin hidup aku. Tapi, selalu gagal dan aku tahu itu tandanya aku belum waktunya mati, supaya bisa bertemu dengan kamu lagi. Tolong jangan buat aku begini, Nada."

Anada menatap Dhirga. Ya, mungkin menyiksa bagi siapapun dipisahkan selama 8 tahun, dan setelah bertemu, pernyataan cintanya ditolak. Seperti menggengam pohon kaktus ditepi jurang. Sakit.

"Tapi Dhirga, aku belum tahu kamu. Aku mau kita menjalani seperti ini dulu," kata Anada dengan nada membujuk.

"Anada kamu enggak percaya dengan aku?" senyum getir di bibir Dhirga.

Anda mengigit bibir bawahnya sebelum akhirnya angkat bicara. "Baiklah, mari menikah," putus Anada.

Dhirga membulatkan matanya. Mana ada yang menerima lamaran seperti itu. "Kamu enggak romantis sayang..."

"Memangnya kamu romantis?" tanya Anada.

Dhirga hanya menyengir kemudian mengacak-acak rambut Anada. Mereka meninggalkan rumah sakit, dan Dhirga melajukan mobilnya menuju rumah tantenya Anada. Di jalan Dhirga mengangkat obrolan seputar hidup berumah tangga.

Anada hanya membiarkan Dhirga meracau semaunya. Tapi, dibalik itu Anada tersenyum. Untuk pertamakalinya ketika dia hilang ingatan, dia merasa nyaman dan aman berada di sisi Dhirga.

Hari ini adalah hari paling membahagiakan bagi Dhirga maupun Anada. Dhirga hanya ingin satu hal, ingatan Anada hilang selamanya. Hanya itu. Sungguh hanya itu.

Agar dia tidak dihantui rasa bersalah yang menggebu, yang selalu mampir di mimpinya bak sebuah terror.

*** 

Mau aku updatenya panjang? Komentar dulu makanya.

AMNESIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang