DhirgaNada 8 - Love me like You

3.1K 212 4
                                    

"So baby, come and save me" -- Little mix.

•••

Anada tidak menduga bahwa Dhirga mengajaknya menuju rumahnya, oh, ayolah, Rumahnya? Anada saja mengenal Dhirga baru tiga hari yang lalu. Ini gila, sangat gila. Bagaimana reaksi mamanya melihat Anada?

"Jangan tegang sayang..." kata Dhirga yang langsung menarik tangan Anada.

Anada melotot, bagaimana mungkin kata 'sayang' diucapkan dengan begitu mudahnya oleh Dhirga, memangnya Anada apaan?

"Kamu pacarku 'kan? Ah, bukan, tepatnya calon istri." Dhirga menaik-turunkan alisnya seolah mengerti apa yang digundahkan oleh wanitanya. "Ayo masuk, Nada!"

Anada pasrah kemudian mulai memasuki rumah besar milik Dhirga, kemudian menatap lekat-lekat rumah mewah itu. Anada memang sudah tidak aneh dengan gaya hidup mewah karena di San Francisco, dia lebih dari sekadar hidup mewah. Bahkan Anada royal, karena ibunya sangat memanjakan Anada.

Ah, ngomong-ngomong soal ibunya, bagaimana bila ibunya sampai tahu bila Anada bertemu kembali dengan orang yang membuatnya hilang ingatan. Anada harus memberi tahunya, sepulang dari rumah Dhirga.

Ruang utama di pasang sebuah foto besar, menampakan seluruh anggota keluarga. Keluarga besar, yang Anada yakini punya segudang uang. Anada hanya diam sambil menatap foto-foto itu. Kemudian ada sebuah foto, mirip dengan dirinya. Ataukah memang dirinya?

"Itu saat kamu kelas satu SMA dan aku kelas tiga SMA," katanya sambil melingkarkan tangannya di perut rata milik Anada dan menyimpan dagunya di bahu Anada. Anada bingung harus melakukan apa, dia hanya diam sambil menahan napasnya. Berharap, dia pingsan dari pada harus sadar dengan semua prilaku Dhirga kepadanya.

Dhirga terkekeh melihat Anada memejamka mata sambil menahan napasnya, "jangan gitu dong, Nada. Kan sudah dibilang aku pacarmu! Masa sama pacar begitu." Dhirga menoel pipi Anada.

"Ummm... Dhirga, Aku jadi-nggak tahu harus gimana. Ini pertama kalinya buatku," kata Anada agak terbata-bata karena rasa gugup itu tetap ada. "Apa lagi, ini di rumah kamu. Mungkin, nanti mama kamu-"

"KAK NADA?!" suara cempreng itu memanggilnya dari arah pintu masuk. Anada langsung menoleh dan melihat seorang gadis yang membawa map khas anak kuliahan. "Ini beneran kak Nada?" tanyanya sambil terus mencoba untuk mendekati Anada.

Anada langsung mencoba untuk melepaskan pelukan Dhirga, tapi, hasilnya nihil lengan itu malah melingkarkannya lebih erat dan pemilik lengan besar itu menatap Anada dengan protes. Seolah jangan memintanya untuk melepaskan pelukanannya.

Kenapa menjijikan sekali?

Coba saja bayangkan, bagaimana bila ada orang yang baru saja saling mengenal dalam waktu hitungan hari. Tapi, sudah berani-beraninya memeluk di depan orang lain. Aksi so manja, Dhirga membuat Anada mendadak ingin muntah.

"Dhirga lepas!" pinta Anada sedikit mencubit tangan Dhirga.

Dhirga menatap Anada dengan wajah sedikit kecewa. Tapi, akhirnya mengalah. Lalu berdecak jengkel melihat wajah adiknya yang tampak kebingungan.

"Hai." Anada tersenyum cangung pada gadis itu. "Anada..." Anada menglurkan tangannya kepada gadis itu.

Tapi, bukannya membalas uluran tangan Anada. Gadis itu malah memeluk Anada dengan erat. "Kakak kemana aja? Rena kangen tahu..." katanya dengan wajah cemberut.

Anada melempar tatapan kepada Dhirga. Dhirga yang mengerti langsung menarik Anada. "Lo tuh ganggu orang lagi pacaran tahu enggak? Sana masuk," titah Dhirga pada adiknya.

"Pacaran? Situ ABG?" Rena sengaja menekankan kata 'abg' agar abangnya ingat umurnya yang sudah lumayan itu.

"Bebas dong! Makannya cari cowok, jomblo mulu tuh idup. Pas Wisuda enggak punya cowok, gue adalah orang pertama yang sangat senang. Mau tumpengan gue," kini girilan Dhirga yang meledek adiknya.

"Bang Dhirga nyebelin banget sih!" Rena memanyunkan bibirnya kemudian pergi menuju lantai dua.

Sementara Anada hanya menyaksikan bagaimana dua orang itu beradu mulut. Dhirga tertawa melihat adiknya yang menyebalkan kabur. Bodo amat. Memangnya dia peduli?

Toh, Dhirga hanya peduli kepada Anada.

Dhirga langsung melirik Anada sekilas, lalu kembali menariknya menuju kursi bar di area dapur. Dhirga duduk di sana, sambil melingarkan tangannya di perut Anada yang berdiri. Entah mengapa, ada rasa aneh ketika Dhirga menyadarkan kepalanya di perut Anada. Seperti, ada yang menggelitikinya.

Tanpa Anada ketahui bahwa dirinya kini merona. Tanpa sadar Anada mangangkat tangannya kemudian menyimpannya di kepala Dhirga. Mengelusnya pelan. Bahkan tidak ada yang menyuruhnya, otaknya juga berontak.

Apa yang sedang berkendali saat ini adalah hatinya?

"Nada kamu harus tahu, tidak ada seorangpun yang bisa mencintai aku seperti kamu mencintai aku. Dari dulu, dan aku yakin sampai saat ini."

***

AMNESIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang