"Memori adalah hal yang paling mahal dan tidak bisa dibeli"
•••
Anada tersenyum lega, saat dia sudah sampai di rumah tantenya. Itu, tandanya, tidak akan ada lagi debaran siting dalam dadanya. Dhirga melambaikan tanganya pada Anada, setelah mengantarkannya pulang.
"Dah sayang..." katanya.
Kenapa ini sangat menjijikan? Oh, ayolah, ini wajarkan dalam sebuah hubungan pacaran?
Anada hanya membalas lambaian tangan Dhirga dan tersenyum canggung. Dhirga mengedipkan sebelah matanya kemudian menjalankan mobilnya, meninggalkan perumahan milik tante Anada itu.
Ah, bagaimana cara Anada menjelaskan pada tantenya jika dia dan Dhirga kembali menjalin hubungan? Walau, Anada tidak ingat.
Setelah Dhirga tidak lagi terlihat, Anada langsung berbalik. Dan, dia dikejutkan dengan kehadiran tantenya. Yang sudah bercak pingang, seraya menaika sebelah alisnya, seolah tidak suka dengan kedatangan Aanda yang—sangat sengaja diantarkan oleh Dhirga.
"Kamu kayaknya enggak mau dengerin omongan tante ya?" sindir keras tantenya.
Anada mengigitt bibirnya, dan dengan nada yang sangat pelan, Anada berucap, "tante, Nada cuma—"
"Sudahlah Anada, jangan banyak alasan. Sekarang, kamu pilih, kamu yang telpon ibumu, atau tante yang telpon ibumu? Kasih tahu semuanya!"
Anada tersenyum canggung dengan berat hati, dia mengangguk lalu memasuki rumah. Anada kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menelpon ibunya, yang berada di San Francisco seorang diri.
"Halo bu?"setelah nada sambungan telah tersambung.
"Iya, Nada? Kenapa ada masalah?" tanya orang di sebrang sana.
Anada menarik napasny terlebih dahulu, seolah mengumpulkan nyawa dan tenaga untuk berterusterang kepada ibunya. "Bu, aku ketemu Dhirga!"
Anada yakin ibunya kini sedang mengerutkan kening khas-nya.
"Kamu inget sesuatu, Nada?" tanya ibunya.
"Nggak, bu, hanya saja—aku menjalin hubungan dengannya!" Anada menutup matanya seolah takut dengan amukan ibunya.
"Iya, Nada, enggak apa-apa. Tapi, kamu harus inget satu hal ya," kata ibunya, "kamu harus selalu laporaan sama ibu. Mengerti, tentang hal apapun!"
Anada tersenyum, "iya, bu!"
Aneh. Kenapa Anada senang ibunya memberikan izin kepadanya. Apa ini tandanya, Anada mulai membuka hati atau apa? Halah, yang benar saja. Perlu dicatat, bahwa mereka baru mengenal. Tapi, lelaki itu mengatakan bahwa Anada dan dirinya saling mencintai. Apa ini sebuah ikatan batin? Tapi, kenapa dia punya ikatan batin?
"Ya, udah jaga diri baik-baik Nada!" kata ibunya kemudian menutup telponnya.
"Iya bu."
Anada langsung menatap tantenya, Anada mengulas senyum kepada tantenya. Tantenya, langsung tersenyum dan mengelus puncak kepala Anada.
"Kamu perlu tahu Nada, bahwa tante juga akan mengizinkannya bila ibu kamu juga mengizinkannya!" kata tantenya.
"Makasih, tante," senyum mengembang di bibir Anada.
"Tapi, maaf, tolong jangan biarin dia ketemu tante ya!"
"Kenapa?" tanya Anada penasaran.
"Kamu akan tahu alasannya jika kamu ingat kembali," jawab tantenya yang langsung memasuki kamarnya seolah tak ingin mendengar pertanyaan lainnya.
Ternyata, sebegitu pentingnya ingatan Anada bagi semuanya. Kini, Anada yakin bahwa masa lalunya jauh dari kata mudah. Masalalunya, jauh dari kalimat sederhana. Apalagi, sudah dikatakan oleh Calvin, bahwa pernah ada pertumpahan darah.
Yang berarti, pasti ada korban di baliknya. Yang Anada ketahui, dia adalah salah satu korban Dhirga. Dan yang ingin Anada ketahui lagi, siapa saja korbannya, dan mengapa Dhirga tega melakukannya?
Apa, Anada sangat berharga atau bagaima?
"Ingatan, please, cepat kembali."
***
[Gue ada cerita baru, kalian bisa chek di work sebelah. Sama kok updatenya cepet.]
Gini, ya, mungkin sebagian kalian mengira bahwa cerita ini konfliknya mudah banget. Atau apalah, nggak! Kalian salah besar, cerita ini konfliknya bener2 sulit. So, terus baca ya! Promosiin ke temen2 kalian juga. Kalo mau vote, silakan kalo enggak juga enggak apa-apa. Hehe. Nggak maksa loh. Mau ada yang baca atau enggak, gue tetep mau nulis😊
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA ✔
Любовные романыTelah diunpublish sebagian. Untuk versi lengkapnya boleh check Google play link dibio. [15+] "When meet you again" ••• Dhirga telah merebut segala kebahagiaan Anada, orang yang teramat dicintainya. Kemudian mereka...